santri santri hebat inilah para kestaria Allah..
jujur,mungkin jika tentang kehidupan sederhana ataupun sebuah prinsip hidup “tanpa kemewahan” sudah banyak aku baca dari novel novel karangan indonesia,.
tapi aku tak menyangka jika kepulangan ku waktu itu ketanah air menyadarkan aku bahwa betapa hidup ini tak harus terus menerus mengejar materi karena materi yang terkejar tak akan ada ujungnya.
jika di awal mula aku tahu tentang prinsip hidup yang telah di tancapkan dalam dalam adalah “mampu hidup prihatin” bisa di jalani dengan sepenuh hati oleh pemudapemuda ini.
Bagaimana tidak,hidup di era sekarang ini yang segala nya serba wah dan mudah para santri ini di ajarkan untuk tidak terus menerus hidup memikirkan duniawi saja,tetapi mampu bertahan hidup apa adanya. dan mereka-mereka ini bukannya mempertuhankan kiai mereka tetapi atas dasar kesadaran mereka merasa “wajib” untuk mewujudkan rasa terima kasih mereka atas ilmu yang telah di berikan secara”cuma-cuma” oleh pondok pesantren itu, Pondok pesantren yang merakyat,sangat sangat merakyat.
luntur sudah semua dugaan meleset ku tentang pesantren ini karena aku akhirnya ikut terjun mengenal dekat para santri ini,hidup di satu lingkungan dengan mereka.
para santri kebanyakan bukan dari provinsi ku di jawa timur,akan tetapi kebanyakan dari mereka adalah orang orang jawa tengah,dan seluruh indonesia .
Santri santri ini bukan lah orang-orang desa yang tidak mengerti aturan tata krama,bahkan jika boleh di adu para santri ini ahlak nya bisa melebihi petinggi negara,. mereka bukan sembarang santri,mereka datang jauh jauh dengan niatan untuk mencari ilmu agama dan mengahapal al-quran,kebanyakan dari mereka (untuk santri putra) mereka kebanyakan para tamatan SMA dan sederajat,mungkin hanya beberapa saja yang bukan lulusan SMA.
sedangkan yang santriwati mereka biasa nya di kirim oleh orang tua mereka sejak smp. salah seorang ustadzah ku sudah 10 tahun di jawa timur,usia nya hanya terpaut 3 tahun lebih tua dari ku. ia asli orang padang sumut, ketika aku tanya apa alasannya bisa sampai dibangil yang begitu kecil ini,ia terneyum dan menjawab bahwa ia rela meninggalkan sma untuk memperdalam islam,dan atas petunjuk ALLAH swt, seseorang membantu nya mencari jalan hingga sampai di kota bangil.
Parasantri tidak di pungut biaya apapun,bahkan untuk makan.. sama hal nya dengan para ustad nya mereka bahkan tidak di bayar untuk mengajar di pondok ini,mungkin sistem nya masih agak sedikit kolot,yaitu pengabdian. santri yang sudah lulus sementara waktu mengabdikan dirinya untuk membagi ilmu nya kepada adik adik yang santri lain,sedangkan untuk keseharian mereka(untuk makan dsb) mereka bekerja sendiri menurut profesi nya masing masing.
Beberapa yang aku kenal bekerja sebagai,penjual koran di perempatan jalan,penjual buah-buahan,bercocok tanam,petani,sampai tukang becak. dan hal yang paling mengagumkan adalah mereka bekerja hanya untuk cukup untuk makan sehari selama mereka masih berstatus “santri” dan ustad ustad muda yang belum berkeluarga. selebihnya mereka akan menyumbangkan hasil jerih payah mereka untuk pondok pesantren.
kebetulan beberapa santri di utus oleh pak kiai untuk menanam sayuran di kebun milik kakek ku,seorang ustad muda bernama syafi’i yang bertanggung jawab kebun terong dan cabe milik pondok. Hanya dengan modal bibit yang di berikan oleh pak kiai,sedangkan pupuk ia dapatkan dari kotoran kambing milik pak kiayi di sawah belakang kebun.
lebih dari 100 pohon terng dan cabe menghiasi tanah yang tadinya tak terawat. dalam 1 tahun terong yang di hasilkan berjumlah puluhan karung. biasanya oleh mas sapi’i hasil panen nya ia setorkan ke pondok untuk di olah oleh para santriwati di jadikan bahan santapan penghuni pondok,sedangkan sisanya di jual ke pasar dan uang nya di belikan sayur lain.
mas sapi’i (sebutanku) sudah hampir berusia 33 tahun,ia sengaja mengabdikan diri nya untuk membagi ilmu yang telah ia dapat dari pondok pesantren itu,meskipun ia hanya terlihat sebagai manusia biasa, teapi di kawasan pesantren ia sangat di hormati. orangnya sangat pendiam dan tak pernah aku mendengar sekalipun ia mengeluh.
suatu hari mas sapi’i dan 2 orang santri lain di mintai tolong oleh ibunda ku untuk membantu menguras kolam ikan berukuran 10X15m. karena di bantu dengan mesin penyedot diesel pekerjaan mas sapi’i dkk tidak begitu sulit,kebetulan hari itu adalah jumat pekerjaan mereka “pause” untuk beberapa saat untuk melaksanakan shalat jumat di pondok mereka.kendaraan mereka pun tak ada yang mewah,kebanyakan dari mereka berjalan kaki ataupun menggunakan sepeda ontel.
sebelum berangkat sholat jumat,aku di suruh ibunda ku untuk mengantarkan masakan yang telah jadi kepada para santri di warung (bangunan di depan rumah yang di gunakan untuk usaha warnet kakak ku dan warung anak-anak pondok) saat aku memasuki warung,kudapati mas sapi’i dan 2 orang santri tadi sedang asik keroyokkan makan mie instan 2 bungkus dalam 1 buah nampan. melihat aku membawakan masakan wajah mereka semakin sumringah dan bersyukur.
aku yang sedikit shok dengan apa yang telah aku alami membuatku semakin takjub dengan mereka. saat ibuku meminta tolong,mereka sama sekali tak bertanya tentang ongkos,mereka mengerjakan dengan suka rela dan dengan hati ikhlas. Dan untuk hanya sekedar menggantikan tenaga yang terkuras pun, mereka “tidak mau” meminta.
ibuku memang sengaja meminta tolong aku untuk mengantar makanan itu kepada mereka untuk menunjukkan bahwa “masih banyak orang di luar sana yang hidup nya tidak hanya memikirkan dunia saja” iya,,mereka bekerja berdasarkan hati dan ikhlas dan penuh syukur karena ibadah kepada Allah.
dan inilah beberapa ayat Allah yang pas untuk mereka.. para pejuang Allah sejati :
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. (al baqoroh : 172)
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al araf : 31)