Kebahagiaan Nengsih bukan Materi-what a life-

aku tak pernah melupakan amanah dari ibunda nengsih..

“dinda…titip nengsih ya.. kamu temannya yang paling dekat kalo aku sudah tiada tolong jaga nengsih ”

sahabat kecil ku yang merana..

sejak kelas 5 SD nengsih sudah harus kehilangan ibunda nya karena sang bunda menderita komplikasi darah tinggi,ayah nya yang tua renta dan sangatlah kurus karena di makan kemiskinan masih harus menanggung beban keluarga besarnya.nengsih memiliki 3 kakak perempaun 1 kakak laki laki dan 1 adik perempuan .

ayah nya adalah seorang pedagang es lilin di kereta api jurusan surabaya-malang.sehari-hari hanya mampu membawa pulang keuntungan 10 ribu rupiah sejak jam 8 pagi sampai petang.sedangkan nengsih dan adik nya masih di SD.belum mampu membantu ayah bundanya
tapi ayah nengsih adalah ayah yang sabar setiap sore ayah nengsih membantu ibunda nengsih untuk kebelakang dan memandikannya subbhanallah 🙂 seorang pria yang bertanggung jawab

sepeninggalan ibu nya ayah nya menikah lagi dan hidup berpisah dengan nengsih,sedangkan nengsih ikut dengan kakak pertamanya

nengsih sering ke rumah secara tiba tiba dan menangis di hadapanku ia mengatakan kakak nya tidak lagi sayang kepada nya,karena kesalah kecil kakak kandung nya tega memarahinya bahkan astagfirullahaladzim…nengsih menunjukkan luka sayatan di punggung nya yang masih merah darah dan baru..ia menangis ketika aku mengobati nya dengan betadine..nengsih bahkan bertanya kepadaku tentang cara untuk bunuh diri..aku tak kuasa menahan tangis…kami beruda berpelukan..menangis bersama…kali ini lebih serius karena kakak nya sudah berani main tangan..aku memohonkan kepada kakak nya agar nengsih untuk beberapa waktu bisa tinggal di rumah ku dengan alasan menemaniku membantu pekerjaan rumah.tak ada cara lain untuk membuatnya tenang dan sementara tak bersama keluarganya

nengsih tak sanggup meneruskan sekolah smp,bahkan pernah aku sempat menawari nya membatu pembayaran uang spp selama ia sekolah di smp tetapi ia menolak dengan alasan masih memiliki adik perempuan.ia lebih baik mengalah untuk bekerja dan membantu adik nya menyelesaikan sekolah sampai sma. aku tak mampu mencegah keinginan negsih dan aku hanya bisa mendoakan diri nya ..

nengsih…nengsih…

( akhir 2004)akhirnya jodoh mempertemukan nengsih dengan seorang pemuda ganteng gagah berani dari desa rombo wetan ..dalam pernikahannya sempat aku hadiri dengan kawan ku kak ani ke rumah ayah nya di desa bendomungal kecamatan bangil ,di acara persepsi pernikahan yang sangat lah sederhana nengsih tampak anggun dan berkali-kali menciumi ku karena kebahagiannya.

di acara pernikahan nengsih yang sederhana,cukup sepi mungkin hanya beberapa puluh tamu yang di undang dan suguhannya benarlah sederhana..namun aku yakin makna di balik kebahagiaan nengsih lebih dari segala nya..

1 tahun kemudian (2005) nengsih tengah hamil 7 bulan..perut nya buncit, dengan bangga dia menunjukkan hasil usg bahwa bayi nya adalah perempuan 🙂 dan ia akan menjadi ibu muda yang sangat bahagia..beberapa bulan kemudian nengsih mengirimiku sms

“dinda…bayi ku telah lahir…perempuan..cantik sekali…seperti kamu :)”

2006 sebelum keberangkatan ku aku mencoba berpamitan kepada nengish,karena ia tak ada di rumah kakak nya maka aku meminta alamat kepada kakak nya untuk mendatangi rumah suami nya.
subbhanallah…
bersama dengan mba alifah kawan ku yang memang gadis desa rombo kami menemukan alamatnya.sebuah rumah guduk kayu dengan berlantai tanah..
aku dan mba alifah sempat duduk kedalam rumah nya yang memang tak ada apa-apa (bahkan tak ada sofa hanya ada sebuah dipan kayu ) kami di suguhi teh hangat oleh ibunda mertua nengsih.

“ternyata telah nyata di hadapan ku bahwa kebahagiaan tak terukur dari materi..”

nengsih masih sangat lah bahagia di dalam kondisinya yang sesulit apapun 🙂

akhir 2008 mamah ku memberitahukan berita duka..bahwa nengsih telah menjadi yatim piatu.. dan sampai detik ini aku masih mengingat amanah ibu nengsih untuk terus menjaga tali silaturahmi wlaupun aku tak sanggup menjaga nya karena ia telah berkeluarga

aku bahagia melihat nengsih masih bisa tersenyum di tengah tengah kehidupan yang menangis di sekitar nya…

aku selalu menyayangi nengsih 🙂

Es tung-tung sang Pahlawan

jadi keinget kejadian waktu pulang ke indonesia liburan summer kemaren..

cerita nya pas di tanggal 17 agustus saat Bangsa Indonesia sedang bersuka cita memeriahkan hari kemerdekaan..

kebetulan kota bangil di hari itu sedang melangsungkan lomba baris berbaris yang diikuti oleh peserta di seluruh sekolah dan warga kota bangil. meriah.. ramai orang dari yang ikut berpartisipasi,jualan,ato cuma nonton-nonton.. yang jelas RAMEE!!

hari itu juga kebetulan aku dan sahabat ku ana sedang main kerumah teman yang jarak nya lumayan jauh dari rumah ku, aku dan ana yang memang sering keliling kerumah teman teman untuk sekedar bersilaturrahmi pun akhirnya di hari kemerdekaan itu pula harus pulang kesorean.. sebetul nya bukan maksud diri untuk pulang sore,tetapi karena aku memang sedang tidak dalam mood nonton baris berbaris yang bikin macet di mana-mana itu akhirnya menunggu hingga pukul 4 sore.

hari itu..

jam 4 sore,matahir masih sedikit terik..
tak sengaja aku melihat seorang bapak tua yang mungkin usia nya sudah di atas 60 tahunan menaiki sepeda ontel dengan dagangannya.. “ES TUNG TUNG” es yang harga nya sekitar 500 rupiah dan ciri khas nya yang jualan selalu memakai kentongan yang bunyi nya tung tung.. asli nya sih aku ga tau apa nama es nya..

nah.. melihat wajah kelelahan bapak tua, aku cuma bisa memerhatikan sambil berlalu,beliau melewati ku..(saat itu aku dan ana melawan arah) entah memang aku yang sensitip aku tak bisa melepaskan pandangan ku dari sepeda bapak tadi dan dagangannya.. sepintas aku berpikiran “sudahkah laku dagangan si bapak tua itu?? ” jujur,,aku sedang sakit batuk saat itu,sehingga aku tak berpikir membeli es ,tetapi maksud hati ingin sekali membantu bapak tua tadi. tapi aku takut melukai perasaannya karena tersinggung jika aku memberi nya uang begitu saja.

hati ku miris sekali..
kupandangi sosok nya yang kurus dengan urat-urat di wajah tua nya yang muncul.. pasti hidup bapak tua itu tak mudah..sosok nya yang kian menjauh.. membuat hati ku makin miris..kini ia hanya hanya berjarak kita 10 meter dari motor ku yang terdiam karena hendak menyebrang…
tiba tiba..

aku turun dari sadel motorku.. berlari meninggalkan ana.. dan menghampiri bapak tua

“paaak… essssss…. paaaaaakk esssss” teriak ku.. yang ternyata tak membuat nya berhenti.. rupa -rupanya pendengaran beliau telah berkurang sehingga tak mendengar teriakkan ku..

aku terus berlari.. hingga tak kusangka.. ana membantu ku untuk membuat nya berhenti dengan mengerjar nya dengan motor,

“pak es.. berapaan?” tanyaku
beliau tersenyum, senyum yang sangat ramah dan iklas…
beliau hanya tersenyum.. tanpa membalas..

“pak ES E PINTENAN” tanya ku dengan suara agak sedikit keras di dekat telinganya..

“700 nak” jawab nya sambil tersenyum, gigi nya tak tampak lagi.. hanya beberapa saja yang masih menghuni mulut si bapak tua..

“aku beli 3 ” kata ku…

dan si bapak tua membuka penutup termos isi es tung tung tersebut..

hati ku makin berkecamuk.. tangan si bapak tua sudah benar benar rapuh.. beliau sudah mengalami parkinson sehingga untuk membuka tutup termos beliau berusaha semampu nya

dan ketika aku melihat “isi” dagangannya,hati ku makin basah.. dagangannya masih UTUH… mungkin hanya 2 atau 3 buji saja yang laku terjual,bagaimana mungkin beliau bisa memberi makan anak istri nya?? sendiri??

“pak.. aku beli 10..” kata ku lagi dengan nada bergetar.. aku sungguh tak kuasa menahan rasa sedih yang mendalam..mendengar aku akan membeli 10 buah es nya ia sangat senang.. senyum nya makin lebar di tengah-tengah peluh nya.

ketika aku membayar nya aku sengaja memberi uang lebih sehingga aku punya alasan agar tidak memberikan uang kembalian..
aku serta merta mengambil es yang telah ku beli sambil bilang “monggo” dan pergi menaiki motor ku.

si bapak tua..terdiam sambil memerhatikan selembar uang kertas yang telah beliau terima..

bapak tua ini,,bisa jadi adalah seorang pahlawan yang turut serta membantu bangsa indonesia dalam melawan penjajahan..

setidak nya beliau adalah pahlawan tak terkenang.. yang ternyata masih harus hidup susah hingga jaman ini..

aku menangis..di atas jok motor sambil berlalu..
tak lama aku menjadi bingung sendiri mau di apakan 10 biji es tung tung ini??

karena hari yang panas.. aku yang sedang batuk tak mampu menghabiskan 10 buah sekaligus dan tak tega aku membuanganya…

ketika ana yang memboncengku melintasi barisan anak-anak sma yang sedang berpartisipasi dalam lomba baris dan kebetulan sedang “duduk dan istirahat” di tengah jalan.. maka.. ana dengan tangkas mengambil es tung tung dari tangan ku dan memberi nya kepada sekumpulan wajah lelah itu

alhamdulilah…

NB : postingan ini bukan bermaksud untuk menyombongkan diri .. tetapi lebih kepada “mengajak” para pembaca untuk sedikit menoleh ke sisi lain hidup.. bahwa hidup tidak serta merta hanya seperti itu.. seperti yang kita rasakan dan alami sekarang.. karena masih banyak manusia lain yang hidup nya lebih keras tetapi tak kehilangan senyum nya 🙂

Dicintai Untuk Disakiti

“bisa kah kau melepaskan aku? jika memang begini cara mu?” tanya ku meratap…

ini sudah ke empat kali nya dia membuat ku mendadak panas dingin dan pusing akibat darah rendah karena shock…

“aku mencintaimu….aku membutuhkan mu… tolong jangan pergi dari sisi ku… aku mohon dengan sangat..” ratap nya memohon kepadaku.

“tapi aku tak bisa terus menerus menahan cemburu… tahukah kamu?? aku menderita karena cinta mu..” keluh ku menahan air mata,rasanya beku hati ini di buat lelaki yang kini berdiri di hadapanku saat ini sambil memelas,memohon dan mengemis agar aku sedikit berhati lunak? aku tak bisa…

luka ku,derita ku dan trauma ku masih sangat membekas dalam hati,rasa nya baru kemaren aku harus menangis kecewa dan menahan sakit nya di madu oleh kekasih ku sendiri, nurwan nama nya lelaki elok rupawan ia yang 5 tahun lalu begitu aku cintai ini tega bermain belakang dengan adik kelas ku sendiri yang telah aku kenal kan padanya,tak bisa di pungkiri memang tetapi lelaki ini terus mengejar cinta nya kepada gladis adik kelas ku sendiri…dalam salah satu pesan cinta nya kepada gladis yang sempat aku curigai dan berhasil aku baca membuat jantung ku hampir berhenti dalam pesan nya

kekasih hati ku gladis, bersabarlah karena engkau berhak mendapatkan kebahagiaan mu.. aku akan terus di sisi mu sampai ajal menjelang… dan aku berjanji untuk mu…

bagaimana hati ku tak terbakar di buat nya,seketika emosi ku meluapp dan meledak di hadapan gladis dan kawan2 ku di dalam kelas ips 3 sma ku. seketika tangis ku meledak dan aku hampir saja menampar gladis tapi urung karena di cegah oleh kawan2 ku…

aku terdiam menahan kelu dan tangis..anita dan novi memelukku dan mencoba meredakan emosi ku yang sudah terlanjur di ujung tanduk.sedangkan dewi segera mengaman kan gladys ke rumah nya…

aku tersadar dari semua kesalahan ku yang terlalu mempercayai dan mencintai nurwan dan selalu menganggap bahwa ia lah lelaki terbaik yang pernah aku temui.. tapi justru lelaki macam inilah yang menorehkan luka yang begitu mendalam dalam hati ku

semenjak aku putus dan berusaha melupakan nurwan akupun tak bisa lagi menjadi perempuan normal yang bisa dengan tulus mencintai lelaki manapun.. bayangan di dua kan dan di bohongi membuat ku tramua dan tak bisa lagi bersikap normal terhadap lelaki manapun..

selang 5 tahun tragedi nurwan.kini aku tengah di gandeng oleh seorang lelaki yang telah ku kenal keluarga nya.. menawan paras wajah nya,lembut tingkah nya terhadap perempuan tetapi sayang di sayang kedekatan ku bersama nya tak membuat aku bahagia,semenjak aku memiliki identitas baru perasaan sakit selalu menyelimuti ku setiap saat, bagaimana tidak rupawan nya kekasih ku ini mampu mendekatkan bunga bunga kepada kumbang tanpa di pinta,.

sudah berapa banyak perempuan menyatakan cinta dan sayang kepada kekasih ku ini..

wanita mana yang bisa tahan melihat kekasih nya di hinggapi bunga-bunga dari tempat nya dengan suka cita..

yang lebih membuat ku sakit adalah sikap nya yang tak tega an dengan perempuan …ia tak bisa berkata kasar kepada perempuan yang menyatakan cinta nya hal ini makin membuat ku sakit menahan cemburu.

apalah daya ku sekian kali aku berusaha lari dari cintanya,tapi seakan kaki ku tak berdaya di buat nya,aku tak bisa bergerak karena mohon nya agar aku tak meninggal kannya.ia berusahamenyakin kan diriku bahwa ia benar2 menyayangiku,mencintaiku… ah cinta? bisakah aku mempercayainya? setelah untuk kesekian kali nya aku gagal?? harus kah aku mempercayai nya lagi?cinta cinta….

aku masih terdiam menahan dongkolku.. untuk kali ini musuh nyata ku adalah cewe jauh nya bernama nurul,sesungguh nya ini bukan salah nurul yang terlalu mencintai kekasih ku,bisakah aku menyalahkan nurul untuk kasus ini?

satu hal yang tak bisa aku terima adalah mengetahui password email dan beberapa jaringan sosial di internet,sedangkan aku? harus memohon dan menangis untuk meminta nya agar aku bisa merubah nya? ternyata?

nurul tak lebih bodoh dari seekor rubah yang licik,dengan berbagai macam cara nurul membuatku bertengkar dengan kekasih ku.dan berulang kali aku termakan cemburu buta ku sendiri terhadap nurul yang jauh di sana…bayangan nurwan yang tega membodohi ku dengan gladis membuat ku makin teriris.. setiap kali aku mengingat nurul.. dadaku terasa sesak,mataku berkunang-kunang dan suhu tubuh ku naik drastis… dan aku masih sangat trauma dengan kejadian 5 tahun lalu…

“dinda… tolong jangan benci nurul.. ia tak salah.. jika kau ingin membebci.. bencilah aku… lakukan apapun yang kau mau untuk melampiaskan amarahmu kepadaku… agar kau puas.. tapi jangan pernah tinggal kan aku…aku mohon..” dan kali ini kekasih ku menitikan air matanya tanda penyesalan terdalam,sedangakan aku masih bungkam diam seribu bahasa tanpa kata… dan masih saja merenungi dan memegang dadaku yang sedari tadi sakit…

“tak ada… tak ada yang bisa di salahkan… jika memang ada.. aku lah orang nya,.aku masih belum bisa melupakan masa kelam ku,aku masih terluka.. baik kau dan nurul.. tak ada yang bisa di salahkan.. akulah yang masuk di antara kalian,mrusak segala nya dan nurul lah yang tersiksa karena aku telah mencuri mu dari nya.. aku ingin mengembalikan diri mu kepada dirinya… aku mohon jangan buat aku merasa menjadi pencuri.. aku tak bisa terus begini…” rintihku di tengah sakit dada ku yang makin menggejolak remuk redam.. melepaskan orang paling terkasih demi kebahagiaannya.dan itu mungkin…

“apa kau tidak mencintai ku lagi dinda? mengapa kau ingin mengembalikan ku kepada diri nya? sungguh aku tak mengerti jalan pikiranmu” tanya nya di derai airmata.. makin syahdu ratap matanya membuat ku makin sakit..mengiris hati ini

“karena sungguh cinta ku yang teramat besar lah yang membuatku tak dapat bersama mu lagi… ku mohon lepaskan aku.. lepaskan aku…” pintaku menahan perih..

“jika memang ini yang menjadi pilihan mu… aku akan rela..demi kebahagiaan mu..tapi aku akan buktikan bahwa tak ada lagi nurul,firdaus,bahkan perempuan lain dai hati ku terkeculai kamu… aku tak akan bisa melepaskan hatimu dari hati ku walaupun jika tak bisa lagi bersama…” jawabnya menahan tetsan air mata duka dalam yang menandakan perpisahan kami di malam itu..

bulan dan bintang menjadi saksi atas ikrar yang telah di janjikan dirinya di hadapanku,walaoupun jauh sekali dalam lubuk hati ku., aku masih tak rela berpisah denganya.. bintang..kekasihku…

**to be continued**

Dicintai Untuk di Sakiti- end-

Aku tak pernah menyangka jika akhir nya aku harus jatuh di lubang yang sama untuk ke sekian kali nya.entah aku ini bodoh atau bebal!
Masih saja kukatakan iya ketika bintang meraukku kembali.tetap masih dengan tidak bisa mempercayai nya sepenuh hati,iya benar tidak bisa mempercayai nya tetapi masih saja tidak dapat menggelengkan kepala.
“jika 1 kali laki-laki membohongimu,maka ia akan terus membohongimu”
Kata mama ku suatu kali,dan mau tau apa respon ku? Tetap saja bebal. Aku tak mau dan tak bisa berdiam diri melihat wajah sendu nya saat menatap ku hari itu,memohon untuk memberikan kesempatan ke dua kali nya
“jika kamu memang memilihku untuk mu,maka aku ingin kamu memutuskan nurul”
“iya.. aku akan.. tapi tidak sekarang.. aku tidak mau nurul sakit hati!” jawab nya memelas
Hah? Diri nya tidak ingin melihat nurul sakit hati tetapi tega melihat ku menangis menahan perih karena ulah nya? Sungguh biadap!
“aku beri kamu waktu 3 hari dari sekarang! Jika kamu tidak memutuskan nurul maka aku akan pergi”
“jangan dinda.. jangan pergi dari ku.. aku tidak akan membiarkan kamu pergi walau sejengkal”
Kata-kata nya memang terkesan sangat gombal.. ah.. bukan gombal.. lebih tepat nya kain pel!
Aku tak pernah bisa membayangkan mengapa aku ini bisa menjadi perempuan paling bodoh sedunia! Kenapa aku harus mempertahan kan pria yang mendua jelas-jelas seperti ini?
Pikiran ku buntu! Hati ku telah terkoyak! Aku hanya dapat berpikir untuk membuat nya jera jika sampai hal yang tidak aku inginkan terjadi pada ku.

Hari itu,
Bintang mengajak ku jalan-jalan,sebetul nya aku ingin menghindar,karena aku sudah muak berdekatan dengan pria ini.tetapi ia memaksa ku.dan aku tak dapat menggelengkan kepala ku tidak bisa..
“dinda,sementara kamu disini dulu,aku mau sholat jumat dulu di masjid di sebelah sana”
Pesan nya sembari meninggalkan ku.
Dengan hati tanpa rasa bersalah,aku duduk di salah satu restoran fastfood seorang diri,iya seorang diri. Ini hal pertama kali yang aku lakukan,seumur hidup ku minimal aku di temani sahabat ku untuk duduk di tempat seperti ini,bosan rasa nya dan itu benar.
Untuk mengurangi rasa bosan yang teramat,ku putuskan untuk sebentar Online lewat hape kesayangan ku.
Lewat hape slider kebanggaanku ini aku sering menyapa kawan-kawan ku baik yang sudah pernah kenal atau belum pernah bertemu muka sekalipun,kupandangi satu persatu nama kawan-kawan ku dari list friend ku,dan aku terbelalak seketika ketika aku mendapati nama “bintang” sedang online!
Bagaimana mungkin ia bisa online sedangkan ia sedang sholat jumat,apa mungkin ia hanya beralasan untuk pergi sholat jumat sedang kan ia pergi ke warnet untuk Online!
Bodoh,itu tidak mungkin karena jika benar begitu mengapa ia terlihat online? Sunguh tidak masuk akal,sedangkan ia tak mungkin online menggunakan ponsel nya karena ponsel nya terlalu tua untuk melakukan hal canggih seperti ini.
Satu satu nya pransangka yang sangat masuk akal adalah seseorang sedang menggunakan ID bintang,dan hanya seseorang yang mampu melakukan hal itu! Nurul!
Aku menghembuskan nafas,hati ku dongkol,sebal tiada tara. Makanan cepat saji di hadapan ku tergeletak seketika,aku kehilangan nafsu makan. Ingin rasa nya aku menonjok wajah sangar itu! Eneg aku melihat nya,tak ada lagi rasa cinta atau sayang lagi yang tersissa yang ada hanyalah perasaan terinjak dan sakit,tapi aku tak ingin memberi pelajaran untuk bintang hingga ada bukti kuat dari semua prasangka ku dan jika terbukti.. aku tak akan tinggal diam! Aku akan buktikan pada nya kebenaran kata-katanya tentang ku!

Kupasang wajah senyum sekena nya ketika ia datang menghampiri ku,wajah nya sumringah seakan ia tak mengetahui apa yang sedang terjadi,aku pun tak ingin membahas nya sekarang aku terlalu emosi untuk sebuah penjelasan yang bisa saja aku melakukan hal bodoh di muka umum,aku tak ingin hal itu terjadi tak akan!
“kita pulang yuk,, aku sakit perut!” pinta ku dengan wajah terpaksa manis
“pulang? Sekarang? Tapi kan aku baru selese sholat jumat? Kita belum jalan-jalan” Tanya nya dengan berat hati.
“tapi perut ku sakit,plis.. maag ku kambuh,kamu ga pengen repot gendong aku karena aku pingsan kan?” Tanya ku sedikit dramasir
“oke,jika keadaan mu benar-benar gawat,kita tunda lain kali ya ..” Tanya nya sambil mengkerdipkan satu matanya
Ku tersenyum dan lagi-lagi menganggukkan kepala!

Sesampai nya di rumah aku membukan email ku dan mengirimi surat kepada nurul :

Assalamuaikum warah matullah wabarokatuh,
Nurul,
Kamu pasti kaget dengan datang nya email ini kepada mu secara tiba-tiba, dan aku tak bermaksud untuk itu,ada beberapa hal yang sangat mengganjal di hati ku,kamu tahu kan? Siapa aku? Aku dinda yang saat ini sedang menjalin hubungan dengan “bintang” aku ingin bertannya pada mu tentang beberapa hal,dan jika kamu tak keberatan aku ingin langsung berbicara dengan mu!

Tak beberapa lama kemudian nurul menelpon ku :
“assalamualaikum warahmatullah wabarokatuh” suara sorang gadis dari seberang,logat nya kental asli Sumatra, namun santun
“walaikumsalam warahmatullah wabarokatuh ”
“dinda,ini nurul,silahkan kau Tanya apa yang kau ingin tau tentang ku”
“terima kasih nurul,kau tepati janju untuk bicara dengan ku,boleh kah? Kau ceritakan dulu tentang hubungan mu dengan bintang?”
“dinda,jika kau Tanya tentang ku dan bintang maka jawab nya sudah tentu kau tahu,bahwa aku dan bintang masih berhubungan kami tak pernah ada masalah,meskipun sempat terjadi cekcok diantara kami perihal kedatangan mu ini” Tanya nya

WHAT??? Aku? Dalam hal ini aku yang salah? Dada ku tersedak,seakan berhenti sejenak berdetak,sungguh terkejut aku dibuat nya dengan pernyataan nurul itu,

“maaf nurul,jika kedatangan ku kali ini ke Indonesia,membuat hubungan kalian terganggu,aku tak bermaksud,jika aku tahu bintang adalah kekasih mu,aku tak akan pernah memaafkan diri ku untuk merebut nya dari mu sungguh tidak perhan terlintas dalam benak ku untuk merebut kekasih orang lain.. maaf”

“tidak dinda,sudah kukatakan pula pada bintang untuk melepasku,tentu akan mengalah untukmu,apalah aku ini,yang tak bisa berada dekat dengan nya,sedangkan kau? Kau jelas sudah jelas,perempuan macam mana kau ini,keluarga maupun apapun itu bintang lebih tahu,tetapi bintang telah berjanji padaku untuk memutuskan mu dari janjinyalah aku bertahan bertahan di duakan dari nya”

“astagfirullah,” kepala ku mendadak pening,sakit teramat,bagaimana mungkin hal ini terjadi? Bintang berjanji pada ku untuk melepas nnurul setelah 3 hari dan ternyata ia juga telah berjanji pada nurul untuk melepas ku.

“dan dinda,agar kau tahu saja, ini bukan untuk pertama kali nya bintang menduakan ku,bahkan ia telah melakukan nya pada ku lebih dari 2 kali dengan perempuan yang tak kenal lah aku pada nya” jawab nya menjelaskan.setelah itu,sambungan telfon terputus karena kehilangan signal dan aku kupn tertunduk lesu,ada emosi dalam hati yang bergejolak hebat! Semua benar,prasangku benar..

Kuhapus air mata ku,kukatakan pada diri ku ini bukan saat yang tepat untuk menangisi hal seperti ini,aku tak boleh diam. Karena aku tak akan tau siapa lagi perempuan yang akan menjadi korban selanjut nya.

Aku datang menemui nya,wajah nya kaku,aku tahu ia menahan malu dan ketakukan,seperti nya ia telah mengetahui tentang ku dan nurul

“nurul menelpon ku! ”
“iya,aku tau.. dia menelpon ku setelah dia telpon kamu” jawab nya dengan suara tertahan.

Baru kali ini aku melihat dengan jelas,wajah seorang playboy yang sedang ketakukan seperti ini,wajah nya sangat ingin membuatku tertawa,sekaligus

“BRAAAK” ku ayunkan sebuah tonjokan maut tepat di hidung mancung yang selalu iya banggakan itu dengan sekuat tenaga

“auuuw” sembari mundur dan memegangi hidung nya yang baru saja terkena bogem mentah dari ku

“lain kali,llihat dulu siapa yang kau permainkan!” bisik ku pada nya sembari meninggalkan diri nya sendiri.

Hanya sebuah bogem mentah yang bisa aku berikan pada nya,sejujur nya itu tak akan membuat nya jera,tetapi setidak nya ia akan mengingat nya,sebuah tonjokkan dari sahabat dekat adik nya! Yang karena ulah nya pula aku dan adik nya yang telah bersahabat sejak masih orok harus hancur karena kesalah pahaman yang sepele.

Ketika Cinta harus mengalah

“ra.. aku sedang di sidang di hadapan kedua orang tua ku..kemana aku harus berpegang za…tolong aku”

sms fania membuatku kembali terdiam,ini sudah ke 3 kali nya fania di hadapkan oleh kedua orang nya hanya karena ia ketahuan pergi dengan reza.

“fani,sabar sayang.. berpeganglah terus kepada Allah..aku akan selalu berdoa padamu!” jawabkku singkat,aku menangis membaca sms nya. hatiku perih

fania adalah sahabat ku sejak masih smp perempuan yang manis cantik serta lembut,karena sayang nya aku dengan nya aku sudah menganggap nya sebagai saudara ku sendiri. ketika aku duduk di bangku SMA kami harus terpisah karena fania lebih memilih masuk ke SMA swasta dan aku ke Negri, meskipun begitu hubungan kami tetap seperti dahulu kami sering hang out bersama dan senang berkeliling ber dua bersama saat week end,sampai suatu ketika seorang teman sekelas ku jatuh hati pada nya.

reza namanya,seorang keturunan china untuk kami yang tinggal di kota kecil diskriminasi sangat kencang termasuk padanya.aku tau benar bagaimana reza karena reza adalah teman ku sejak SD. tapi ia tumbuh menjadi cowo yang baik dan bahkan ia masuk islam saat kelas 3 sd.

“tunggu aku,aku kesana sekarang” sms ku ke fania,aku bergegas menghapus air mataku dan berlari mengambil kontak mobilku. aku harus bertemu fania sekarang.
“mbok.. ratih pergi ke rumah fani” teriakku kepada mbok yem.

20 menit kemudian aku telah sampai di depan pagar rumah fania yang tinggi dan sangat mewah itu. aku belum beranjak dari dalam mobil ku aku belum siap dengan alasan apa aku bisa membawa pergi fani. aku masih bingung!!

“prang…..!!!kau benar-benar memalukan mama! kau tau kan fani siapa kita dan keluarga kita!!! ”

suara teriakan ibunda fani membuat nyali ku ciut. tapi aku haru membawa fani pergi!

“tin tin..” ku pencet klacson mobilku,seorang mba mba usia 25 datang tergopoh-gopoh membukanan pintu pagar,ah itu itu yati pembantu rumah ini.

suara teriakan itu sudah tidak terdengar lagi seperti nya ibunda fani sudah masuk kedalam kamar nya. rumah besar itu sepi sekali seperti tidak pernah ada apa-apa aku melangkah berjinjit.berhati-hati oleh pecahan vas keramik yang suaranya terdengar keras terjatuh saat aku di luar tadi.

aku masuk kedalam kamar fania,ia terdiam di pojok kamar dengan kaki yang di tekuk. saat melihatku masuk ia menggangkat wajahnya dan tersenyum ada bekas air mata di pipi nya. Aku membaur dan memeluk nya,

“sabar sayang.. sabarrr”kataku
“mama tau aku dan reza masih berhubungan,mama marah!hiks hiks” kata-katanya membuatnya kembali menangis.

Sabar fania sayang..sabar…Allah bersama mu.

“za…kamu abis ketemu fania kemaren??” tanyaku pada reza,kulihat wajahnya sendu. Sepertinya ada kejadian yang kurang enak kemarin.

“maaf ra,aku lagi ga mau bahas.. ” jawabnya lemas

“tapi kamu ga bias diam aja dong! Jawab! Ada apa kemaren???” tanyaku tegas!

“kemaren ibunda fania dateng kerumah,.saat itu fania sedang kerumah ku ra! Tentu nya kami tidak berdua saja,masih ada ibuku dan acing di rumah tapi ibunda fania murka begitu tau ia di rumah dan menyeret fania pulang!”jelas nya masih dengan wajah tertekuk.

Aku terdiam,aku tau ini berat bagi mereka berdua hubungan ini ibu fania paling menetang! Ia selalu saja mempersalahkan strata social! Sungguh kolot!

Seorang gadis muda berumur 20 an dating menghampiri kami,dengan gaya yang sensual ia berjalan meliuk,kemudian melirik ke arahku sinis

“cak,ke alun alun berapa?” Tanya seorang gadis muda kearah reza,

“5000 mba” jawab nya semangat

“ra,aku narik dulu ya.. mumpung ada pelanggan” jawab nya pelan berbisik padaku dan dengan segera menumpangi becak nya,

Reza memang seorang tukang becak itu ia lakukan karena kondisi ekonomi,ia tak merasa malu meskipun ia selalu dijadikan bahan ejekan teman-teman di sekolah.wajah tampan dan kulit putih hasil blesteran ayah nya yang memang seorang keturunan tionghoa membuat paras nya sedap di pandang! Reza…kau ini memang seperti malaikat yang turun ke bumi,sayangnya dunia tidak berpihak padanya semenjak masuk ke SMA ayah nya meninggal dunia,ia menjadi seorang yatim kemudian ia ibu dan adik nya acing di usir dari rumah nya karena ibu nya adalah selir ke 6 ayah nya. Dan yang satu-satu nya berdarah jawa.
Tetapi reza tak putus asa,meskipun ia dan kelluarga kecil nya terusir ia tetap bertahan dengan menyewa sebuah rumah kontrakan dan bekerja sebagai tukang becak di kotaku.malang sekali nasibmu za!
Aku kembali berjalan kearah mobilku,kembali ke rumahku dengan gontai,akhir-akhir ini pikiranku tertuju pada permasalahan mereka berdua, dua sahabatku!

3 bulan setelah kelulusan SMA,fani berkuliah di kota kecil bukan karena tak mampu kuliah di univesitas tersohor dan lagi-lagi hanya karena ibunda nya tidak setuju fani harus keluar kota.

“fani itu perempuan pa,ga perlu sekolah jauh2 nanti dia juga bakal ke dapur juga” jawab ibunda masih dengan pemikiran kolot nya,fani dan keluarga memang orang kaya kekayan mereka dating dari usaha keluarga yang membuka swalayan yang cukup besar di tengah kota. Tapi saying kekayan itu tidak di imbangi oleh pemikiran yang moderat. Sangat di sayangkan!

Sedangkan reza,setelah kelulusan reza berhasil mendapatkan kerja menjadi seorang buruh di gudang milik saudara nya yang china. Meski begitu reza diam diam membangun sebuah gubug untuk tempat ibu nya berjualan nasi, hal ini di lakukan oleh reza agar ibu nya tak lagi harus susah-susah menjadi buruh cuci di kampong nya,meskipun ia membangunya di atas tanah sengketa .

“za.. ini beresiko.. kalo sampe ada kenapa-kenapa dengan ibu kamu gimana?” Tanya ku sambil menemani reza membangun gubug itu.

“aah.. jangan berpikiran buruk dulu lah ra,aku sudah minta ijin sama ketua RT disini untuk membangun gedung dan pak RT mengijinkan,jadi semoga saja hal ini bias memperbaiki kehidupan kami setelah harus di gusur.. kita tak pernah tau kapan warung ini akan kena gusur kan?” jawab nya santai

Ah,reza memang lelaki pantang menyerah,sikap nya selalu optimis dan pejuang sejati, bahkan untuk masalah percintaan nya dengan fania.meskipun ia tau tak akan ada masa depan untuk mereka berdua tapi reza selalu mencari kesempatan untuk bepikir positif meski hanya 1%.

“pa, bolehkah reza dating hari ini?” Tanya fani pada papa nya,sejak fani berhubungan dengan reza 3 tahun ini hanya papa nya lah yang masih bersikap netral.

“apa? Untuk apa tukang becak itu dating? Mama ga ngijinin!” sambar mama nya

“ma,sekali ini.. reza Cuma mau silaturahmi” jawab fani menerangkan

“pasti ada mau nya! Tidak! Mama tidak setuju anak pembantu itu dating ke sini!” sergah mama dengan emosi

“maa… orang mau silaturahmi ko di larang itu kan tidak boleh,sudahlah jika mama tidak mau menemui nya biar papa yang menemui nya suapaya tau apa mau nya dia..” jelas sang papa

“ma,,ibu nya reza sudah bukan pembantu sekrang kehidupan reza sudah lebih baik,ibu nya membuat sebuah warung..mama jangan memanggil ibu nya dengan sebutan pembantu.. ” jelas fani membela

“terserah! Jangan mengharap apa-apa pada mama!” jawab mama nya sembari masuk kedalam kamar yang di buat bak istana sejuk ber AC meskipun ibunda fani selalu merasa kegerahan dengan kisah cinta putrid pertamanya!

“assalamualikum” suara seorang lelaki dating.ia dating dengan pakaian yang sangat sederhana lengkap dengan baju koko dan peci. Pakaian favorite nya

“waalaikumsalam warahmatullah” fani yang dating menghampiri pintu gerbang sendiri tanpa bantuan yati,sore itu fani menggunakan baju gamis warna hijau kesayangannya dengan jilbab putih nya ia tampak anggun dengan busana sehari-hari nya.

“ooh… init oh nak reza… ” suara papa datang mengahmpiri reza,reza langsung menyambut ayahanda dan menciumi punggung tangan sang ayah dengan hormat,sore itu di teras rumah fani mereka berbincang bertiga,sungguh akrab!

“reza, kamu ini benar-benar serius dengan nak fani?” Tanya ibunda reza sesaat sebelum reza memejam kan mata,kesan hari ini di teras rumah fani membuat reza lebih optimis,ia yakin di sana masih ada peluang untuk mencuri simpati ibunda fani.

“insyallah bu.. reza yakin..reza mohon doa” jelas reza,meskipun ibunda nya berbeda iman dengan nya tapi itu tak mengurangi rasa hormat nya kepada ibunda nya,meskipun sesekali ia merasa sangat sedih karena ia tak mampu membuat sang ibu pindah keyakinan.

-to be continued-

seng gawe motone sepet.. ngantuk polll!

Pernikahan untuk Yuna

“tetap! selama tidak ada pesta resepsi pernikahan tidak akan pernah terjadi!” ibunya mengancam.

Yuna berlari-terus berlari melewati sawah sepanjang 1km yang membatasi desa nya dengan kota. tanpa alas kaki tanpa apapun,sesekali ia menghapus air mata nya yang terus menetes tanpa bisa di bendung setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatap nya heran karena ia lebih terlihat seperti orang kurang waras,Yuna terus menangis dan berlari menuju kota,ia tak perduli lagi dengan tatapan heran orang dan teriakan “gila” untuk nya,ia berlari dengan membawa hati nya yang hancur lebur,remuk redam.

di tengah perjalanan ia berhenti sebentar tak ada orang di tengah hamparan sawah yang terbentang luas itu,tangis nya tak terbendung ia berteriak sekencang-kencangnya melupakan segala emosi!!

“Tuhaaaaaaan!!! apa salah kami??? kenapa jalan ini begitu susah!! mengapa sampai ibu ku berubah pikirannya?” teriakannya ngenas! kaki nya tertekuk tersungkur! kelu lidah nya matanya memerah terlebih hati nya! remuk sudah!

6 bulan yang lalu jawaban dari kedua orang tua nya melegakannya,karena setelah 6 tahun menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang bekerja serabutan di desa nya akhirnya orang tua nya menerima lamaran lelaki itu, ragil(nama samaran) nama pria itu.

yang aku tahu ragil adalah sosok yang sangat bertanggung jawab meskipun ia tak pernah menyelesaikan sekolah sma nya. dan kini penyesalan nya ia buktikan ia bekerja tak kenal waktu demi satu tujuan! menyekolahkan adik nya hingga tamat sma! memang tidak mudah bagi ragil yang hanya memegang ijazah smp untuk mendapat perkejaan yang bagus! setelah ragil resmi menjadi seorang piatu kemudian ayah nya menikah lagi. ragil lah yang bertanggung jawab untuk menafkahi ke dua adik nya yang masih sekolah. sayang nya ukuran tangung jawab seorang ragil begitu kerdil di mata kedua orang tua Yuna.

“kamu lihat! ragil itu kerja apa? kerja ga jelas ko kamu bisa-bisa nya manu menikah dengan nya!” ketus sari kakak yuna suatu hari sebelum hari lamaran

“apa kamu ga berpikir dua kali sebellum menerima ragil?” tanya sang ibu sedikit lunak

“tidak bu! insyallah ragil adalah yang terbaik buat aku” jawab yuna mantab!

meski akhirnya hari lamaran itu telah terlewati dan terjadi,sari tidak pernah tinggal diam. setiap bulan sari yang bersuamikan seorang kopral AD itu memeras Yuna untuk keperluan anak anak nya,dan benar Yuna abagikan sapi perah yang tak pernah di kasihani. sari tak mau peduli ia hanya ingin ibu nya tau jika akhirnya Ragil memang tidak bisa di andalkan! bahkan untuk menolong keluarga Yuna dari jeratan hutang ia tidak mampu.

“yuna,kamu pikir-pikir lagi, ragil bukan orang berseragam,masa depannya tidak terlihat! apa tidak sebaiknya kamu pikirkan lagi untuk menikah denganya??” tanya ibu Yuna saat itu.

“tidak bu! seragam bukan jaminan masa depan Yuna” jawab yuna suatu hari tepat pada hari gajian,meski telah gajian uang di tangan hanya tersisa 100 ribu untuk 1 bulan setelah semua uangnya habis di keroyok kakak -kakak nya.

malam itu Yuna tak bisa memejam kan mata,ia terus memutar otak agar ibu nya tidak pernah lagi terpikat pada seragam!ini bermula saat suami sari membawa temanya kerumah,sesama orang angkatan darat. yang menyatakan terpikat oleh Yuna tetapi bayangan mas supri(suami sari) yang kurang berkenan di mata Yuna membuat Yuna mengurungkan niat untuk menimbang nimbang dengan Ragil.

mas supri sejujur nya hanya seorang pecundang yang berseragam. dulu seragam nya berjanji untuk memberi jaminan kepada anak istri nya. tapi kenytaannya? seragam bukan lah jaminan hidup masa depannya! setelah kepulangannya dari aceh mas supri terlibat skandal hutang berpuluh-puluh juta,gaji nya habis untuk membayar hutang setiap bulan. rumah jatah ia kembalikan dengan tujuan agar gaji nya bisa utuh sepenuh nya tetapi semua itu salah! kedatangan nya yang ikut nimbrung di rumah Yuna dan ibu nya akhirnya membuat Yuna seakan terusir sempat Yuna akhirnya mengalah dan ngekost di dekat pabrik dimana ia kerja dan akhirnya ia hanya bisa bertahan hingga 3 bulan.

meski tak sampai bercerai sari dan mas supri hidup saling membenci,jika tak mengingat ke 3 buah hati nya mereka mungkin sudah berpisah lama! dan hal ini membuat Yuna trauma.

Yuna yang puas berteriak di tengah-tengah sawah seorang diri akhir nya memutuskan untuk kembali ketujuan semula.kali ini perjalanan ia lanjutkan dengan becak. dengan setengah menutupi wajah nya yang sembab karena menangis!

“dinda…” sapa nya lemah

aku yang sedang menyapu halaman rumah dengan membelakangi pagar rumah menoleh dan kudapati wajah sendu Yuna di hadapanku.setelah aku membayar becak yang ia tumpangi aku membuat kan nya teh hangat,ia hanya menangis di pelukanku. aku tau pasti sesuatu telah terjadi padanya,sahabat ku!

dengan terbata-bata ia mengatakan bahwa ibu nya mengancam membatalkan pernikahan jika tak ada resepsi.ia sudah memberikan pengertian kepada ibu nya jika ia tak meminta untuk berpesta meriah karena ia tahu baik ragil maupun keluarganya tidak mampu untuk membuatkan pesta meriah,karena keterbatasan yang mereka miliki. selain itu Yuna sudah tidak lagi bekerja setelah maag kronis merenggut kesehatannya.

aku hanya bisa memeluknya dan membiarkannya menangis di pelukanku, aku terdiam. aku hanya berpikir jika memang hal ini harus terjadi semua nya akan sia-sia,ibunya hanya akan membenarkan pengertiannya tentang seragam dan jaminan masa depan! dan sari pun akan terus menerus menggerogoti Yuna.

aku membiarkan Yuna tidur di kamarku,sedangkan aku pergi keluar rumah menemui kawan-kawan sma ku! meskipun hampir 5 tahun kami lulus SMA tapi jalinan persahabatan kami masih ada dan utuh.

“satria! aku mohon pengertianmu! aku ingin menggalang dana untuk pesta resepsi Yuna kau mengerti kan?” tanyaku pada satria,mantan ketua kelas saat aku dan yuna di kelas 3 sma.

“aku mengerti dinda.. insyallah aku akan membantu mu!” jawab nya menyakinkan aku.

sebulan kemudian kami mampu menggalang dana sekitar 2 juta rupiah untuk mewujudkan pesta pernikahan Yuna,.dana itu tergalang dari kawab-kawan alumni yang masih peduli dengan Yuna.

sedangkan disisi lain ragil dengan penuh semangat menyiapkan semampunya, ia mengikuti kejar paket C agar bisa memiliki ijazah SMA kemudian mengikuti tes pelatihan satpam! ia pun tak hanya berpangku tangan,ia juga ikut mencari jalan untuk pernikahannya.

(NB :di jawa pesta resepsi adalah tanggung jawab dari mempelai wanita)

“dinda,dana nya hanya segini? masih kurang berapa lagi?” tanya satria

“ini hanya setengah nya sat! kita butuh 5 juta untuk merealisasikan pernikahan ini! di tabunganku aku ada 1 juta,jadi kita perlu 2 juta lagi!” kataku sambil berpikir

“tapi ini sudah mentok! alumni kita sudah habis aku beritahu ini!”katanya menjelaskan.

“iya aku mengerti! untuk kuade dan seluruh perlengkapan pernikahan aku sudah mendapatkan pinjaman dari salah satu teman mama jadi kita hanya berpikir untuk jamuan para undangan!” jelasku.

jemari satria memegang-megang jenggot yang hanya seberapa helai tumbh di wajah nya. pertanda ia berpikir.

“hems.. aku punya ide lain! bagaimana jika sisa nya kita jualan saja?” kataku memberikan saran!

“ide bagus! bisa juga.. cuma apa yang bisa kita jual?” tanya nya bingung.

“aku bisa memasak,bagaimana jika kita membuat nasi bungkus yang kemudian kita jual keliling kota!” kataku dengan yakin.

“setuju.. aku akan hubungi kawan-kawan lain untuk membantu” katanya penuh semangat.

di sisa 2 bulan menjelang kepuusan pernikahan Yuna, kami terus berjualan tiada henti aku dan Yuna bangun jauh dini hari utnuk ke pasar dan memasak.

nasi bungkus yang di jual seharga 2500 rupiah akhirnya tersaji pada pukul 5.30 pagi kemudian dengan wajah sembab bangun tidur satria dan rohmad mengambil barang dagangan untuk menjualnya di alun-alun dan di pasar. sehari kami bisa mendapat untung 30 sampai 50 ribu jika habis!

1 minggu sebelum hari keputusan kami pun menghadap Ibu Yuna dan menyerahkan uang resepsi. melihat uang itu nyata dan segala persiapannya telah matang ibu Yuna akhirnya tersenyum dan mengganguk. pesta pernikahan di setujui.

“Horeeee!!! alhamdulillaaaaaah” teriak aku,rohmad dan satria! Yuna tidak bisa membndung air mata bahagianya. ia memlukku dan membisikkan padaku

“terima kasih sahabatku!”

dengan langkah ringan aku,rohmad,dan satria akhirnya pulang kerumah masing-masing 3 bulan telah terlewati. kami bisa tersenyum lega dan menunggu minggu depan untuk membatu acara resepsi itu.

tapi dana sebesar 5 juta itu keesokan hari nya telah lenyap! tak bersisa di lemari tempat Yuna menyimpan uang nya.hilangnya uang itu bersamaan dengan pergi nya mas supri yang entah kemana.

yuna berteriak shok,sedangkan ibu nya hanya diam mematung. sedangkan sari langsung pingsan di tempat.

mendengar kabar itu dari Yuna di sms singkat nya akhirnya aku dan satria datang kami melihat Yuna terngkur di kamar nya. seperti nya ia menangis keras dan lama,ibu nya hanya mengisyaratkan agar aku berbicara dengan beliau di ruangan dapur. dapur yang kecil dengan tungku api khas pedesaan.

“nak.. ibu tidak mau menyusahkan kalian lagi,melihat perjuangan kalian untuk membantu Yuna membuat ibu sangat berterima kasih pada kalian,keinginan ibu agar bisa membuatkan pesta pernikahan untuk Yuna hanya karena ibu tak ingin Yuna mengalami hal sama dengan sari,ibu ingin melihat sejauh mana kesungguhan yuna dan ragil sampai sini”

jelas sudah semua yang selama ini mengganjal di benak ku karena keras hati ibu Yuna.

“pernikahan akan tetap ada.. meski tanpa resepsi.. ” tambah nya.

aku tersenyum dan berpamitan pulang, tak ada lagi kata-kata yang bisa terucap. yuna masih tersungkur di dalam kamar berukuran 2×1 m di atas dipan tanpa kasur,ia menutup wajah nya dengan selimut kumal miliknya.

kabar tentang hilangnya uang pernikahan Yuna terdengar di telinga teman-teman,menimbulkan iba yang sangat mendalam.meski begitu kawan-kawan lain tetap datang di acara walimatul urusy yang sangat sederhana di rumah Yuna.

hari itu Yuna sangat cantik kebaya pengantin yang tetap di pinjami dari teman mama ku tetap dipakai. make up gratis dari teman mama yang berhati mulia membuat Yuna benar-benar menjadi seorang pengantin yang bahagia. ragil pun terlihat gagah dengan jas pinjaman pak lurah. semua wajah tampak bahagia tak terkecuali, ibu dan ayah Yuna menangis haru melepaskan anak nya dan menyerahkan kepada Ragil lelaki tanpa seragam.

setelah acara walimatul urusy selesai Yuna dan Ragil menjadi pasangan suami istri yang syah!

sebuah mobil kijang butut milik orang tua satria terparkit di rumah sederhana Yuna,mengangkut kedua mempelai ke suatu tempat.

yuna hanya bisa pasrah menunggu kejutan apa yang ada di depannya, dan ternyata sebuah tenda dan hidangan serta para tamu sudah lengkap yang kebanyakan kawan SMA menunggu pengantin hadir di pelataran rumah ku.meskipun sederhana tapi pesta itu terwujud! selama 3 hari 3 malam,dengan sisa tenaga dan dana yang seadanya kawan-kawan alumni Sma akhirnya membantu begadang untuk mewujudkan ini smua.

Yuna terisak isak melihat semua ini,sedangkan ragil hanya bisa menitikan air mata. mobil kedua menyusul berisikan orang tua Yuna dan beberapa kerabat Yuna..

suara isak tangis akhirnya bergemuruh ketika seorang kawan yang telah menjadi ustad melantunkan ayat suci al quran dengan sangat merdu

iya pernikahan itu untuk kamu sahabatku..

cerpen percobaan -the end-


Kisah dikedai Bakso- what a life-

Hari itu bangil seerti biasa nya. Gerah dan sangat panas.. tapi kegemaran ku makan bakso seakan tak peduli cuaca,bukannya cari makanan yang segar meski matahari ada tepat di atas ubun ubun yang telah membuatku dengan amat sempurna berfermentasi dan menimbulkan aroma sangat tajam seperti cuka.. itu karena air keringat yang bercucuran di dalam baju gamis ku.

Hari itu aku tidak sendiri karena aku datang ke sana dengan teman ku, ana kami makan bakso di sebuah kedai kaki lima di depan stasiun bangil, kedai bakso yang sangat sederhana dan telah menjadi langgananku sejak aku masih duduk di kelas 3 SD.

Sayangnya setelah 3 tahun aku jauh dari tanah air,ternyata kedai bakso itu telah berganti generasi,bukan bapak-bapak yang seperti biasa menjualkan aku dengan wajah kaku nya.

namun jujur beliau adalah orang yang sabar. Kenapa aku bisa tau jika bapak itu sabar? Iya karena masih mau menjualkan semangkuk bakso untuk seorang anak kecil berusia 9 tahun dengan uang recehnya hasil dari mencongkel celengan ayam nya,dan dari uang itu aku hanya mampu membeli 1 butir bakso dengan 1 potong tahu rebus,tetapi oleh beliau di sajikan lengkap dengan mie su’un dan kawan-kawan nya.
Beliau dan istrinya memang bersahaja meski bakso nya lumayan laris tapi entah mengapa hingga aku lulus SMA masih tetap saja berupa kaki lima,tapi si bapak juga dagangan bakso sedang sepi beliau ini berganti profesi menjadi tukang becak di stasiun bangil pula.

Saat aku kembali ketanah air setelah 3 tahun,aku cukup di kejutkan dengan berita kepulangan beliau kepada sang maha pemilik jiwa Allah azza wajalla..cukup sedih,namun rinduku terhadap suasana di kedai bakso itu cukup terobati,rasa bakso pun masih di pertahankan,kini yang berjualan adalah anak satu-satu nya sedangkan ibu nya bergantian menjaga cucu nya.

Satu pelajaran hari itu yang bisa aku dapat,
2 porsi mangkuk bakso sudah berada di hadapanku,bakso yang sangat aku rindukan,setelah aku menawari seorang ibu-ibu yang juga sudah terlebih dahulu makan di hadapanku itu aku pun langsung mengambil cabe dan kecap untuk membumbui ku,ah.. memang bakso ini “ngangeni!”

Di suapan pertama ku,perhatianku tertuju pada 2 orang lansia yang sepertinya baru turun dari kereta penataran malang.beliau-beliau itu berjalan kearah kedai bakso,tubuhnya kering dan hitam,sang nenek menggunakan kebaya lusuh,dan sang kakek menggunakan kaos yang sudah tipis kainnya entah telah beribu kali mungkin di cuci dan menempel di tubuh ringkih nya.

Beliau-beliau ini duduk di depanku tepat.sang kakek memesan 2 porsi bakso ukuran setengah harga,sepertinya tidak ada dana untuk membeli 2 piring mangkok bakso seharga 3000 rupiah.
Bakso di mangkukku terasa hambar,sangat hambar.. susah rasa nya menelan di depan beliau-beliau ini.

Tak kuasa menahan pandanganku maka setiap gerak gerik kakek dan nenek menjadi tujuan perhatianku termasuk pada radar telingaku yang menangkap percakapan beliau ini.
“nanti kita jalan ke diwet,kita pinjem uang aja 5000 untuk modal jualan lontong besok” kata si nenek.
“iya.. tapi kapan kita bisa bayar nya? Kita pinjem 3000 saja,beli setengah kilo beras buat jualan kan belum tentu laku” jawab sang kakek.
“pasti laris,aku besok jualan di pasar wes,nanti kalo laku semua langsung kita bayar,lah gimana uang kita Cuma sisa 3000 Cuma cukup untuk beli bakso ini” kata si nenek sedikit berbisik.

2 porsi pesanan kakek nenek datang ,sang nenek wajah nya sumringah.. senang sekali,dan aku menduga ini makanan pertama hari ini untuk beliau berdua. Si nenek langsung meminta tolong padaku untuk mengambilkan saos dan kecap yang terletak agak jauh dari beliau,
“nun sewu nak,tolong ambilkan saos dan kecap po ó ”katanya dengan sangat santun.
Aku mengambilkan nya dan memberikan nya kepada nenek 2 botol yang masing masing saos dan kecap murahan itu.

Masyallah.. gigi sang nenek tidak tersisa di dalam rongga mulut nya,tapi beliau masih optimis untuk bisa mengunyah butiran bola daging rebus itu. Dengan senyum terikhlas beliau masih tersenyum dan mengatakan terimakasih padaku, sang kakek sepertinya benarbenar telah lapar beliau tidak peduli dengan berbagai saos dan kecap pelengkap bakso,beliau memakan nya dengan sangat tenang dan penuh syukur,sang nenek mengeluarkan sebuah benda lonjong yang rapih tertutup daun pisang,si nenek mengeluarkan sebuah lontong yang mungkin sisa jualan beliau.

Tak perduli perut yang luar biasa lapar,beliau berikan lontong tersebut kepada si kakek namun si kakek menggeleng dan memberikan nya kepada nenek. Tetapi si nenek malah tersinggung karena lontong sisa jualannya iu di tolak kakek. Akhirnya dengan senyum si kakek membukan lontong itu dan membaginya dua untuk nenek juga.

Tak terasa airmataku hamper saja menetes mendapati pemandangan yang luar biasa menyentuh di hadapanku itu,bakso di mangkuk telah habis meski kusisakan kuah yang rasanya mendadak menjadi hambar karena lidah ku menjadi kelu itu.

Aku isyaratkan kepada ana agar lekas menyelesaikan makannya,sebelum beranjak ingin sekali aku memberikan modal untuk kakek nenek itu,tapi tiba-tiba aku merasa takut menyingung perasaan beliau-beliau ini. Kuperhatikan sekeliling,kedai bakso penuh. Selain penuh pembeli banyak orang orang yang hanya sekedar menongkrong dan berteduh dari terikanya sinar matahari.

Akhirnya kuurungkan niatku untuk memberikan uang di depan umum demi menjaga perasaan beliau.tetapi aku membisikkan kepada sang penjual bakso agar tidak memberatkan beliau dengan tagihan bakso yang telah di pesan.

Setelah mengucapkan salam selamat tinggal dengan nenek dan kakek aku dan ana beranjak pergi meninggalkan kedai bakso. Aku menangis karena aku tak mampu mengalahi sifat malu ku tadi..aku bahkan menyalahkan diriku sendiri kenapa kesempatan untuk membantu sesama yang besar seperti itu malah aku lewatkan..

Ya Rabb.. ampuni lah hamba mu yang penuh dengan keterbatasan seperti aku..

Teman-teman aku tidak ingin menggurui engkau dengan tulisan seperti ini,tetapi pesan ku hanya satu.. ketika Allah menyapamu Allah akan memberikan kesempatan kepadamu untuk menjadi orang yang beruntung yang menjadi manusia berguna untuk sesama. Semoga Allah memberikan barrakah nya kepada kita semua.. amin

Mbah Salamah- Janda Tangguh-

Sekitar 5 tahun lalu aku dan sholiha sahabatku seperti biasa bersepeda berkekliling kota Bangil ba’da isya.
Bangil memang kota kecil sehingga cukup dengan menggunakan sepeda ontel pun sudah bisa menjelajahinya.

Malam itu entah mengapa radarku berhenti mencari suasana baru didaerah kampung baru. Pandanganku tertuju disebuah gubug reyot di pinggir jalan yang menempel pada dinding rumah besar keturunan tiong hoa. sejenak aku berhenti diseberang gubug itu, berdiam dan memandang seorang nenek yang tinggal didalamnya. beliau sedang duduk menghadap jalan raya ,tubuhnya hanya terlihat dada keatas karena tubuhnya tertutup oleh jendela warung, pandangannya menerawang jauh. seakan-akan tercermin sebuah kekosongan dan kerinduan disana.

Aku ter ingat, jika gubug ini dulunya ramai pengunjung karena dulu adalah sebuah warung nasi. Jauh didalam benak ku kenapa warung ini tidak ramai seperti dahulu lagi? sholiha yang sedari tadi hanya memandang keherananku mendorongku untuk menghampiri si nenek. dari jauh memang terlihat disisa-sisa warung terdapat beberapa botol minuman soda yang utuh.

Aku menganggukkan kepala,

Sengaja aku beralasan untuk membeli sebotol minuman itu si nenek mengatakan bahwa beliau tidak punya es batu, tetapi karena niat kami memang untuk membantu nenek maka kami menerima penjualan minuman soda tanpa es itu. Dengan sumringah menjualkannya beliau berusaha bangkit dari duduk nya dengan bersusah payah.

MasyaAllah, beliau ternyata beliau sudah parkinson. untuk membuka botolnya pun kesulitan, akhirnya Sholiha membantunya untuk membuka. Aku memberanikan diri untuk bertanya mengapa nenek tidak lagi berjualan dan membiarkan warungnya kosong seperti itu.

“Mbah, habis sakit nak. semua uang modal habis untuk berobat ditambah lagi nenek ternyata nenek sudah tidak kuat untuk berjualan lagi” jawab beliau.

Saat ditanya mengapa nenek masih tinggal diwarung ternyata nenek mengaku bahwa nenek tidak punya rumah dan juga tidak punya anak, suami nenek sudah lama meninggal. Aku menjadi mati kaku tidak bisa berkata apa-apa lagi.sungguh malang hidup nenek.

Kami menyimak dengan sangat hikmat, ketika dengan semangat berkobar nenek menceritakan masa mudanya dan bagaimana beliau bisa tinggal dibangil. Sayangnya kini aku lupa bagimana sejarah beliau.Hanya satu yang aku ingat, nenek sudah hidup sebatang kara lebih dari 10 tahun.

Saat kutanya mengapa nenek tidak ikut tinggal di sanak saudara yang tinggal tidak jauh dari kota?

“Si mbah tidak mau menyusahkan orang lain nak, biar saja simbah disini asal tidak hidup menumpang toh Tuhan maha melihat kan? biar si mbah dipelihara oleh Tuhan” jawab nya penuh dengan keyakinan.

Duh, betapa malu hati ini aku yang masih muda terkadang begitu manja ketika sakit menyerang,minta dibelikan ini itu dan merasa begitu lemah hanya karena tidak mau hidup susah.

Di akhir pertemuan kami beliau memperkenalkan diri sebagai “mbah Salamah” sebelum beranjak pergi aku mencium tangan beliau, akan tetapi beliau memegangi tanganku lama sekali kemudian dari bibirnya meluncur doá doa yang sangat tulus. kami serta merta mengaminkan.

Hari demi hari terlewati sesekali aku datang seorang diri menengok si mbah di gubug nya sambil menanyakan kabarnya dan memberikan beberapa makanan.

Lebih dari 2 tahun akhirnya aku diterima beasiswa ke Rusia, dengan gembira aku datang ke gubug si mbah dan berpamitan memohon doá alangkah terkejutnya aku ketika aku datang aku menemukan gubug simbah benar-benar sudah tak terawat. kotor dan bau sekali.

Karena keterbatasan fisik beliau yang sudah sangat sepuh (sekitar usia 90 thn) beliau tidak mampu lagi untuk berjalan ke WC umum yang berjarak dari gubug beliau sekitar 10m.

Untuk makan, jangan tanya aku. karena sibuk beberapa akhir tahun itu aku lalai menengok si mbah. maaf mbah 😥

Gubug nya gelap meskipun hari tengah siang. si mbah menutup rapat-rapat gubug nya karena tidak menginginkan orang lain terganggu dengan bau yang ditimbulkan dari kakus darurat didalam gubug nya.
saat aku melonggokan kepala kedalam gubug kudapati si mbah sedang melaksanakan sholat. Sambil duduk.

Aku menunggu didepan gubug si mbah sampai si mbah selesai. setelah selesai aku menyerahkan pisang dan air mineral untuk si mbah, tentunya air tersebut sudah kubuka dari segelnya karena takut si mbah kerepotan membuka tutup botol nya.

Si mbah ternyata telah lupa kepadaku, tapi aku tidak marah atau tersinggung. aku bahkan menyalahkan diriku sendiri karena telah lalai menengok si mbah. padahal aku sering lewat tapi entah hatiku seakan tertutup dan hanya mengacuhkan kehadiran beliau di dunia ini.

1,5 tahun telah berlalu. aku sudah berada di Rusia untuk belajar, aku selalu mengingatkan mamah dan adikku untuk sering-sering mengunjungi si mbah menggantikan aku. sayang nya hari itu aku di kejutkan oleh kabar yang dikiri oleh mamah

“Neng, si mbah sepertinya sudah meninggal mamah liat gubug nya sudah dibongkar oleh orang-orang”

Kabar itu, sangat menyakitkan bagiku. si mbah yang sangat tangguh itu akhirnya dipanggil juga oleh Tuhan Yang maha esa, kerinduan akan bertemu Tuhan akhirnya terpenuhi juga. aku pernah mengingat perkataan beliau

“Si mbah ini sedang menunggu antrian untuk dipanggil oleh Tuhan tapi si mbah tidak tahu kapan Tuhan memanggil si mbah untuk bertemu dengan Nya diakhirat”

Pesan itu selalu mengingatkan aku jika bukan cuma si mbah yang sedang menunggu antrian untuk dipanggil oleh Tuhan semesta alam. akupun demikian, karena kematian tidak pernah mengenal usia dan tempat. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari ke istiqomahan untuk terus meniti dijalan Nya, Amin Amin AMin ya Robballamin.

-siapakah kita ini, tanpa sebuah hati yang hidup untuk bisa saling berbagi dan berguna untuk sesama. siapakah kita ini berdiri diatas bumi Allah dengan dada terbusung tidakkah kita malu terhadap diri sendiri ketika hati kita telah di matikan oleh Tuhan? kita bisa menjadi diri kita saat ini bukan semata atas usaha kita akan tetapi kita tercipta dari doá dan harapan orang-orang disekeliling kita. Menjadi orang yang hebat membuat kita terkadang lupa bahwa kita begitu kecil dibandingkan oleh kuasa Tuhan, sudahkah kita bercermin kepada diri sendiri? terkadang hati ini sulit di lumpuhkan ketika terlambung oleh pujian dan harta, tetapi ingat kita ada untuk satu tujuan untuk kembali kepada Tuhan-

Ps : Mbah, Dinda kangen..semoga mbah di Sana baik-baik ya,. apakah doa dinda diterima disana mbah?Tahukah mbah jika berkat doa mbah Dinda terus berjuang untuk bisa berlajar dan bertahan menjadi orang yang paling berguna untuk orang lain. Dinda belajar dari ketangguhan mbah, terima kasih mbah.. semoga kelak kita bisa dikumpulkan di dalam Syurga amin.

5-4-2010

D.H

Anak lelaki tertua

“Aku di jodohkan oleh ibu.. tapi aku belum menjawab, aku menunggu jawabanmu..kita menikah saja” pertanyaan Laila membuatku bengong, tak berkata-kata.

Meskipun aku dan Laila sudah menjalin hubungan kasih semenjak di bangku SMP bahkan kedua orang tua kami mengetahui hubungan ini. Tapi entah mengapa orang tua laila begitu mudah menerima pinangan orang lain selain diriku. Memang sejak 3 tahun aku dan Laila harus berhubungan jarak jauh karena aku mengikuti orang tua ku yang berpindah tugas ke kota kecil di jawa timur sehingga dengan terpaksa harus meninggalkan laila di tanah sunda sendirian.

Sejak 3 hari yang lalu, ketika aku menerima surat dari Laila tentang pertanyaan yang mengagetkan itu, aku di serang beribu pertanyaan mengenai diriku sendiri. Ingin hati ku menjawab “iya” tapi aku adalah seorang anak laki-laki tertua di keluargaku, aku tidak mungkin memberikan contoh yang kurang baik buat adik-adikku. Aku belum bekerja, aku masih hidup menumpang di rumah orang tua dan yang terberat adalah aku masih seorang mahasiswa semester 1. Mana mungkin aku mengatakan kepada orang tua ku dengan alasan “kekasihku akan dinikahkan dengan orang lain jika aku tidak memberikan jawaban keseriusan”. Itu konyol, aku tidak mungkin memberikan contoh seperti itu. Aku merasa belum mampu untuk berumah tangga dan menghidupi anak istriku kelak tanpa pegangan apapun.

Surat ke-dua :

Dear, Raffi

Kenapa kau belum menjawab pertanyaanku? Orang tua ku berulang kali mempertanyakan tentang keseriusan hubungan kita. Aku masih berusaha menunggu jawabanmu dan meyakinkan ibu jika kau akan datang melamarku.

Waktuku tersisa 1 bulan lagi, aku berharap kau datang memberikan jawaban kepada kedua orang tuaku tentang hubungan kita.

Kekasihmu,
Laila

Hati ku berdebar tak karuan, aku belum sanggup menuliskan jawabanku. Tanganku terasa kaku, pikiranku buntu dan aku tak punya nyali untuk membuat hati kedua orang tua ku terluka karena aku adalah anak lelaki tertua yang di tuntut untuk bisa memberikan contoh baik dan menjaga nama baik keluarga ku. Maafkan aku…laila

Surat ke-tiga
Dear Raffi,
Lelaki itu datang lagi, mendesak kedua orang tua ku, agar cepat menikah denganku. Aku tak mengenalnya, ia kawan kakak ku dan aku tidak mencintainya.

Waktu 1 bulan sudah hampir terlewati. Aku masih menunggumu kedatanganmu disini. Jika sampai batas waktu kau tidak datang pernikahanku akan menjadi kenyataan. Tolong aku.. aku membutuhkan kamu.

Kekasihmu,
Laila.

Hatiku remuk redam membaca surat ke-tiga Laila. Tuhan, jawaban seperti apa yang bisa aku berikan kepada Laila?? Inikah akhir dari kisah cinta kami berdua?? Tuhan, aku tak ingin membuat kecewa kedua orang tuaku, aku harus bisa tegar untuk sanggup memberi contoh adik-adikku. Tuhan, tolong aku lelaki lemah ini.

1 minggu dari batas waktu yang di berikan keluarga Laila telah terlewati, aku masih bungkam dan tersungkur di atas tempat tidurku. Aku menangisi nasib dan kelemahanku, bahkan untuk memberikan penjelasan tentang ketidakberdayaanku saja aku tak mampu. Sungguh aku bukan seorang pria. Aku membiarkan cintaku terlepas dari genggamanku sendiri. Laila…aku mencintaimu, aku tak ingin membuat mu hidup tersiksa, ketika aku tak mampu menghidupimu secara layak.

Tepat 1 minggu dari hari pernikahan nya Laila mengirimkan aku sebuah surat ke-empat.

Dear Raffi,
Aku telah resmi menikah 2 hari yang lalu, hati ku begitu kecewa karena aku terus menunggumu.
Tapi aku percaya dan bisa mengerti keadaanmu yang di tuntut untuk menjadi contoh bagi adik-adikmu. Semoga kau cepat menemukan penggantiku dan jangan biarkan kekasihmu kelak merasakan perihnya hatiku.

Laila.

Aku berlari cepat kearah pematang sawah yang mengering karena musim paceklik dan terletak tak jauh dari rumah, menahan deraian air mata yang rasanya sudah tak sanggup aku bendung lagi, aku terus berlari hingga di tengah hamparan sawah yang tak seorangpun tau ada seorang pria yang sedang menahan sakit di hatinya, aku mencoba terus menahan air mata yang mulai jatuh tak terkontrol, kemudian berteriak sekeras-kerasnya. Aku tak sanggup menahan rasa perih ini! Aku merasa menjadi manusia terbodoh yang tega membiarkan belahan hatiku di ambil orang lain.

“AAARRRRGGGHHHHH…….” Aku membanting-banting tubuhku di tengah sawah tak berpenghuni, sendiri.. aku sakit, hatiku hancur tak berkeping.
Burung-burung gereja menyeruak berterbangan menghindari suara gemuruh yang keluar dari bibirku yang tak pernah sekalipun berbicara kasar dan keras. Karena aku adalah anak lelaki tertua yang menjadi panutan adik-adikku, aku adalah anak dari seorang direktur utama sebuah pabrik di kota ini. Aku anak seorang anak konglomerat yang tak mampu mempertahankan belahan jiwaku ketika nasib merebutnya dariku.

Setelah lelah menangis dan berteriak di pematang sawah, aku kembali berjalan dengan lunglai kearah rumah, kakiku berat. Mataku merah padam, urat-urat di leherku bermunculan, ada kemarahan sekaligus ketidak berdayaan ketika aku aku berdiri tepat di depan rumah gedong dengan pagar besi tinggi yang seakan-akan menjadi sebuah gedong yang membatasi segala keinginan dan kemampuanku sebagai manusia. Aku benci terlahir sebagai anak lelaki tertua yang dituntut menjadi anak baik-baik.

10 tahun terlewati, sebulan semenjak kejadian itu aku meminta izin kepada keluargaku agar melanjutkan kuliah di Jakarta dengan alasan mandiri. Tapi sayang, kuliahku harus berantakan karena aku harus bekerja sendiri menafkahi hidupku, orang tua ku dipindah tugaskan di Jawa tengah dan memberhentikan dana sokongan kuliahku.

Perempuan? Aku bahkan tak pernah memikirkan nya, meskipun usiaku kini sudah menginjak hampir kepala 3, surat terakhir Laila adalah tentang keadaannya yang bahagia dengan keluarga barunya, laila telah di karuniai 3 orang buah hati yang lucu-lucu. Tapi sayang laila harus hidup menjanda karena suaminya telah meninggal dunia 1 tahun yang lalu, laila kembali mengisi hatiku yang telah sekian tahun membatu dan didera rasa bersalah tak berujung.

Meskipun akhirnya kami kembali menjalin hubungan “lagi” dengan syarat “menjadi sahabat”.
Meskipun perasaanku kepada laila tak pernah berubah, tetapi aku tetap membatasi diri agar tak lebih dekat denganya, siapalah aku? Pekerjaanpun aku tak punya, bagaimana aku bisa mampu mempersunting Laila yang telah menjadi janda kaya raya, dari harta peninggalan almarhum suaminya.

Suatu hari laila memintaku untuk mampir kerumah nya di tanah sunda, ia ingin bertemu dan kembali kopdar berdua hanya denganku.

Setelah 15 tahun aku tak bertemu dengan nya akhirnya aku bisa melihat wajahnya yang selembut bidadari itu, ia makin cantik, apa lagi di lengkapi busana muslimah yang tergerai indah menutupi tubuh nya yang semampai. Sikap nya terhadapku masih seperti dulu, renyah dan lembut.

“Aa, apa kabar?? aa kelihatan kurusan yah?? Apa kamu bahagia?? ” Tanya nya ketika melihat tubuhku yang hanya tinggal kulit dan tulang, hidupku dipenuhi beban bagaimana aku bisa menjadi gendut ketika aku harus menahan rasa bersalah dan kehilangan setelah bertahun-tahun?

“gapapa neng, aa baik baik aja, memang akhir-akhir ini lagi banyak kerjaan” jawabku dengan dusta, tak mungkin aku mengatakan bahwa aku adalah seorang pengangguran tanpa ijazah di tangan.

“aa, apa aa sudah punya pengganti Laila???” Tanya nya berharap agar aku menjawab dengan jujur.

Aku menggeleng-geleng dan tersenyum getir,
“aa, belum mikirin neng! “
apa aa perlu mencari pengganti neng di hati aa??” lanjutku dalam hati.

Laila tersenyum, ia mengerti apa yang ada di dalam hatiku, ia membacanya!!

“aa, cepatlah menikah,, temukan pengganti neng..aa harus bisa melupakan neng.. neng terus menerus di landa rasa bersalah karena neng ga sanggup memperjuangkan cinta kita di depan orang tua eneng a!” air matanya mengalir perlahan di ujung matanya yang indah.

Aku tak ingin membuatnya merasa bersalah lagi, aku tak ingin bidadariku menangis karena khuatir dengan keadaanku. Tak ingin,..
“neng, maafin aa yah.. aa masih mencari seorang wanita yang sifat dan sikapnya seperti eneng, tapi aa belum menemukannya. Maafin aa ya neng.. biarlah aa menikmati kesalahan ini sendiri, eneng ga perlu merasa bersalah ini semua karena kurang berani nya aa “ hatiku hancur menjawabnya. Tapi sungguh aku tak ingin membuatnya khuatir dan sakit lagi.

Setelah pertemuan kami hari itu, aku seakan kembali menemukan penggalan hatiku yang telah hancur 15 tahun lalu. Laila dan aku sering bertemu meski hanya untuk share masalah keluarganya, tentang usahanya dan tentang anak-anaknya.

Tak terasa 10 tahun telah terlewati bersama Laila, hidup membujang tak membuatku merasa sepi karena Laila setiap saat mengirimiku sms dan kami sering telp. Tapi hubunganku dengannya hanya sebatas “sahabat” . Sampai saat ini aku tak punya nyali melamar Laila yang telah menjadi janda.

Sampai akhirnya aku tak sengaja bertemu dengan seorang juniorku semasa kuliah 20 tahun lalu, pertemuanku dengan juniorku membuatku teringat dengan sesosok orang yang sangat aku kenal, sikap dan wajahnya mirip sebelas dua belas dengan laila, ketika aku tahu Mila masih sendiri aku memberanikan diri untuk membuka hatiku lagi.

Mila begitu gesit masuk memenuhi relung hatiku, bukan karena aku yang meminta tetapi Mila adalah seorang perempuan yang tegas dan berpendirian teguh. Bahkan ia memintaku untuk menceritakan semua hal tentang ku termasuk kisah cintaku dengan Laila,. Ia tersenyum ia tak merasa tersinggung karena aku menyamakan sosok nya dengan mantan kekasihku, di bibir tipis nya terkulum senyum tanda syukur karena ia masih diberi kesempatan menjadi sesosok wanita tegar bernama Laila.

Bahkan ia mengatakan padaku agar ketika dirinya tak mampu menjadi seorang yang sesempurna Laila maka aku harus bisa menegurnya secara langsung, bahkan dengan inisiatifnya sendiri menelpon Laila agar tak merubah hubungan antara aku dan Laila.

“karena aku tau, aa pasti butuh sosok laila di hati aa… biarlah aku cukup menjadi pengganti laila disampingmu meski tak bisa di dalam hatimu” katanya suatu hari.

Rasa cinta yang telah hilang selama 25 tahun itu kembali hadir dan bersemai indah, di usiaku yang menginjak kepala 4 akhirnya aku memberanikan diri untuk mempersunting Mila.
Tanpa aku ketahui 1 minggu sebelum pernikahan kami, Mila mengunjungi Laila untuk memohon doa restu darinya sembari mengirimkan undangan pernikahan kami.

“teteh, ngapunten.. Mila bade nikah sama aa raffi, mohon doa teteh supaya teteh ridho dan ikhlas dengan pernikahan kami, dan sekali lagi Mila mohon supaya teteh tetep terus berada di dalam kehidupan kita sebagai seorang sahabat… teteh boleh menelpon aa kapanpun teteh mau jika teteh butuh teman share meskipun itu di tengah malam, Mila tidak akan pernah marah atau cemburu…bagi Mila teteh sudah seperti seorang kakak sendiri” suara Mila terdengar tegar dan ikhlas. Membuat merinding Laila yang bahkan tak sanggup menahan air mata bahagia.

“Mila, teteh merasa sangat bahagia karena akhirnya Raffi sudah menemukan wanita sholeha seperti mila yang bisa menerima Raffi luar dalam, teteh akhirnya bisa merasa bebas dan sedikit ringan dari rasa bersalah berpuluh tahun, teteh pasti ridho dan ikhlas dengan pernikahan kalian.. terima kasih atas kebesaran hati Mila untuk teteh” jawab Laila dengan memeluk haru Mila.

Melihat sosok Mila, ia seperti melihat dirinya sendiri 10 tahun yang lalu, seorang wanita tegar dan dewasa. Bedanya Mila lebih mampu memperjuangkan cinta nya.

Dan aku sebagai laki-laki merasa sangat bahagia ketika pada akhirnya aku mampu mencintai Mila istriku luar dalam, karena hatinya yang selembut mentari, karena ketegaran dan kelapangan hatinya yang bersinar bagaikan purnama. Indah di tengah-tengah kegelapan malam…

D.H

Tentang perasaan (cerbung)

gugel

 

Chapter 1

Nur Annisa adalah namaku, seorang mahasiswa psikologi tingkat 2 disebuah universitas negri, aku dikenal gadis yang begitu tegar, kuat dan memiliki prinsip, sampai suatu ketika aku jatuh hati pada seorang lelaki yang dikenalkan oleh salah seorang seniorku.

Entah sejak awal perkenalan aku sudah sangat kagum pada lelaki ini, Bagas panggilannya. Seorang lelaki yang sepadan usianya tetapi memiliki karakter yang kuat, seorang lelaki yang memiliki prinsip untuk tidak berpacaran hingga lulus kuliah. Awalnya aku hanya kagum pada kesantunan Bagas saat berbiacara padanya, ia juga menunjukkan akhlaknya yang islami. Meski setahuku Bagas tidak pernah masuk pesantren.

Perkenalan kami telah berlangsung selama 2 tahun, terkadang kami saling sapa meski hanya lewat telp, sms, dan chat. Perasaan ku yang semakin hari semakin tak menentu karena mengenalnya, aku merasa telah jatuh cinta pada Bagas begitu dalam, pernah sekali waktu di situs jejaring social milik Bagas, Aku tak sengaja menemukan fotonya dengan seorang perempuan dengan santun Aku mencoba mempertanyakan gadis berjilbab yang bersama nya di foto itu, jika bukan didalam foto itu si gadis berjilbab itu tersenyum mesra aku tak akan nekad mempertanyakan nya.

“foto yang mana Nis?? Rasanya aku tidak pernah upload foto berdua dengan perempuan” komentar Bagas pada pertanyaanku

“iyah, maaf… tapi memang bukan Bagas yang upload sepertinya gadis itu yang upload kemudian men-tag Bagas disana” seruku

“Astagfirullah… maaf Nissa, jangan salah paham dulu, Bagas tidak punya maksud apa-apa..Dia seorang senior Bagas ” jelasnya

Siapa aku Bagas? Aku bukan lah siapa-siapa dihadapanmu, kenapa kau takut aku salah paham dengan foto itu? Aku bisa mengerti, lelaki santun sepertimu sudah tentu banyak yang suka, dan aku hanya salah seorang dari mereka, yang mungkin kau anggap sama “seorang temanmu”.

Begitu saja, setelah beberapa waktu setelah kau jelaskan tentang siapa perempuan di foto itu, kau terdiam, lama.. seakan kau menghilang entah kemana. Aku mulai bingung dengan perasaanku yang ternyata begitu dalam mencintaimu. Bagas… dimana kamu! Yang telah melenakan aku disini!

Disuatu pagi Ym mu menyala, kau sapa aku dengan sapaan khas mu yang santun, begitu gembiranya hati ini. Dan kulihat wajahmu cerah disana. “ahhh Bagas.. betapa tampannya dirimu dan hatimu itu, kau datang lagi…terima kasih”

Akhirnya aku dan Bagas menjadi sahabat, aku tahu meski aku tak bisa menjadi seseorang yang special di hatimu, menjadi sahabat adalah yang terbaik. Hatiku bersinar ketika aku tahu kau disana sehat dan bahagia. Menjelang pertemuan kita yang pertama aku begitu salah tingkah, karena aki menginginkan tampil seperti Nur Annisa yang kau kenal lewat internet begitupun aku, tak sabar rasanya aku ingin menemui sosok mahluk Tuhan yang kukagumi ini.

Hari itu, sengaja kita berjanji bertemu disebuah mall di Jakarta, ia menelponku terus menanyakan keberadaanku, kau tahu aku bukan orang asli Ibu kota hingga ia rela menunggu aku disini. Aku langsung menuju restoran fastfood dengan bantuan dari security mencari tempat dimana kamu menunggu aku datang.
Aku langsung mengenalimu tanpa harus menebak, dan ternyata kau memang lebih tampan dan berkharisma melebihi yang aku lihat lewat jendela laptopku, tutur bahasamu yang santun dan damai itu melenakan aku, aku bisa melihat cahaya hatimu dari dahimu yang ternoda hitam bekas sujud pada Tuhanmu.

“Nisa pulang naik apa?” tanyanya diakhir perjumpaan kami
“belum tahu, mungkin Nisa naik angkot atau metro mini”
“Nisa berani? Jika tidak, mau bareng dengan Bagas? Kita satu arah, hanya saja Bagas naik motor”
“Jika Bagas tak keberatan, boleh Nisa bareng saja? Nisa tak terbiasa naik bis/angkot”
“Insyallah.. silahkan, Nisa”

Dan benar, ia mengantarku sampai rumah tanteku. Sepanjang jalan kami mengobrol tentang masa depan, tentang cita-cita dan pekerjaan, sampai jodoh

“Bagas sudah ada perempuan yang disukai?” aaaiiiihh, bodohnya diriku, mengapa aku Tanya pertanyaan tabu seperti ini dihadapan seorang lelaki.

“ko Nisa Tanya seperti itu?”
“Ya..hmmm…hmmm… hanya ingin tahu, karena setahu Nisa, Bagas banyak penggemarnya” kataku salah tingkah
“hahahha… Nisa ini terlalu melebihkan, mungkin Nisa yang sudah banyak penggemarnya, karena Nisa pantas di kagumi”
Wajahku mendadak terasa panas, sepertinya melebihi cuaca panas Jakarta, aku terdiam dengan hati bertanya-tanya.
“ah.. tidak Bagas, tapi ko Bagas belum jawab pertanyaan Nisa?” tanyaku sedikit mendesak, ayolah Bagas, jawab saja agar hatiku plong!please
“sudah alhamdulillah….”
“Siapa??”
“ko sepertinya Nisa antusias sekali hehe?”
“teman kuliah yah??” tanyaku ingin tahu
“bukan”
“teman satu desa yah?”
“bukan juga”
“teman waktu kecil???”
“bukan hehehe”
“terus, teman apa dong? Apa Bagas dijodohkan??”tanyaku tak tahu malu, aah. Biar saja.. asal hati ini plong
“hahaha.. ini bukan jaman siti nurbaya Nisa, Bagas tak dijodohkan ko” jelasnya geli
“lalu?? Apakah teman kenalan?”
“dikenalkan lebih tepatnya” jelasnya

Bagas… siapa dia? Siapa perempuan yang beruntung itu?? Tak mungkin itu aku, karena aku bukanlah perempuan yang kau idamkan, meskipun aku sempat ge er karena kau bilang kau kagum padaku. Tapi sadarkah kau perempuan yang duduk dibelakangmu ini begitu mencintaimu??

“Annisa?? Ko diam, kamu tidak ngantuk kan?? Perjalanan kita masih jauh, bagaimana kalo kita sholat ashar dulu??” tanyanya memecah lamunanku

“iyaah.. iyaaah Bagas, ide bagus, kita sholat dulu sebelum habis waktunya”

Aku memang sangat lelah, karena kurang tidur sedari malam, bagaimana mungkin aku bisa memejamkan mata kita aku tahu ini adalah hari pertamaku bertemu denganmu, oh.. Bagas..

Setelah aku mengambil wudhu, aku berjalan masuk kedalam masjid dan ternyata dengan peci putihmu, kau bersandar ditiang menungguku
“Anisa, mau berjamaah tidak?” tanyanya
“eeng… boleh…” jawabku meski aku tak yakin apakah boleh kami berjamaah, karena selama ini aku tak pernah melakukannya, yah.. mungkin akidah islamku sedikit berbeda denganmu.

Sepanjang sholat, aku mendengarkan suaramu yang damai itu, jujur aku tak sanggup khusuk. Hatiku bergelombang persis seperti deburan ombak. Kau telah benar-benar meracuniku Bagas..
Hingga aku berani memintamu langung diatas sajadahku, didalam sujudku didalam mesjid ini, ketika aku menjadi ma’mum mu…

“Tuhan, ampuni aku.. karena ketidak khusukan ku menemuimu.. tapi ingin saja kukatakan, pria didepanku ini Tuhan, yang aku cintai.. “

Chapter 2

Hubungan kembali kami lanjutkan dengan telp dan sms, sengaja kau telp aku ketika hari libur kuliahmu, karena kau biang kalo jadwalmu padat, sedang aku juga disibukkan dengan tugasku. Sabtu minggu meski hanya berbicara sekitar 1 jam, itu sudah cukup mengobati rasa rinduku, ah… Bagas, aku mulai merindukanmu…

Sampai ketika itu, orang tuaku mulai mempertanyakan siapa pria yang dekat denganku, aku tak sanggup menjawab karena kamu berstatsu bukan siapa-siapaku meski keberadaanmu menempati ruang executive dihatiku

“Annisa,..sampai kapan kamu akan diam nak? Ingat usia mu sudah saat nya kamu menikah nak” Tanya ibuku mendesak, sejak tahun lalu seorang pria anak seorang teman keluarga ibu terus menanyakanku, karena ibu tak bisa terus terdiam tanpa memberikan jawaban yang tak pasti, maka ibu menunggu kepulanganku kali ini
“Ibu, Nisa masih belum mau menikah.. Nisa masih ingin menyelesaikan kuliah bu” jawabku sendu, aku tak ingin menyakiti hati ibu
“ibu mengerti nak, tapi kan tahun depan kau selesai.. berilah jawaban pada Rama ia berkali-kali mengatakan ingin menunggu jawaban ibu yang kau sampaikan, jangan menggantungkan perasaan orang anakku..”

Kata-kata ibu sangat menggundahkan hatiku, sejujurnya aku tak ingin membuat mas Rama menunggu tanpa kepastian, aku mengenalnya sebagai seorang kakak yang baik, hanya saja aku tidak mencintainya. Dan aku sangat mengerti penolakanku pada mas Rama akan berdampak buruk pada ayah dan ibu yang juga sudah menganggap mas Rama sebagai anaknya sendiri.

“Ibu.. setidaknya beri Anisa 1 bulan lagi untuk berpikir” jawabku tak menentu

“Annisa, apa kabar??? Maaf akhir-akhir ini aku jarng bisa menelpon kamu, kuliahku sedang padat. Tapi kamu bisa sms aku setiap saat jika kamu butuh bantuan aku” suara bagas terdegar tergesa-gesa.

“Alhamdulillah baik, Iya terima kasih Bagas” jawabku lemas
“Anisa?? Kamu tidak apa-apa? Suara kamu terdengar lesu. Apa kamu sakit??” tanyanya setengah khawatir
“Tidak apa-apa, Cuma sedang ada pikiran saja Bagas” kataku menutupi, Bagas.. Bagas.. andai kamu tau ini semua tentang rasa cintaku kepadamu, cinta yang tak mengerti kemana arah tujuannya, apakah kamu tak merasakannya Gas??
“Annisa, minggu depan ada Film bagus di Bioskop. Rencananya aku ingin menonton. Andaikan kamu ada disini aku akan ajak kamu nonton bersama aku” kata-kata Bagas petir disiang bolong, pertanda apa ini? Untuk apa ia mengatakan itu?? Setahuku, Bagas agak menjaga jarak dengan perempuan, itu bukan seorang Bagas yang bisa-bisanya mengatakan ingin mengajakku jalan? Bagas! Beri aku kepastian.. aku tak mungkin menyatakan perasaanku, karena aku tak akan mengatakannya terlebih dahulu kepadamu!

“Annisa, ini sudah 1 bulan seperti yang kau janjikan nak, sudahkah kau putuskan jawabanmu?” pertanyaan ibu mengagetkan aku yang sedang asik menulis didepan meja belajarku, aku menoleh memandangi wajah ibu yang penuh harap, aku tersenyum tipis dan memeluknya
“Ibu, maafkan Anisa, Annisa belum punya jawaban ibu” jawabku dengan setengah hati, aku tak sanggup membiarkan cintaku mati begitu saja, tapi aku juga tak mampu melihat ibu, ayah dan mas Rama terus menerus tergantung dengan sikapku. Aku masih menunggu Bagas…

“kriiing…….Assalamulaikum wr wb” suaraku terdengar di sebrang
“waalaikumsalam warahmatullah, Annisa. Ada apa menelpon malam-malam?” Tanya uara Bagas di sebrang, memang tak biasanya aku menelpon diatas jam 10 malam seperti ini
“Bagas.. maaf ya .. Annisa ganggu ga? Bagas sedang apa??” tanyaku berhati-hati
“tidak papa Annisa, Bagas baru saja selesai mengaji, Nisa belum istirahat?”
“Belum, Nisa ga bisa bobo.. ”
“Ada yang dipikirkan yah??”
“iya..”
“Gas, Boleh Nisa sedikit curhat? ” tanyaku memberanikan diri
“wah.. ada apa ini? Sepertinya penting, mudah-mudahan Bagas bisa membantu yah”
“Bagas,.. Boleh Nisa minta pendapat, apakah pantas Nisa di cintai???” aku sudah tak bisa lagi berpikir jernih paksaan ibu dan ayah membuatku tak bisa menahan diri.
“Nisa,. Setiap manusia itu pantas untuk dicintai bahkan Bagas kagum dengan Nisa”
“Gas,.. manakah yang terbaik menurut Bagas, menuruti orang tua atau mempertahankan cinta?”tanyaku menjejal
“Annisa? Kenapa Tanya seperti ini? Tentu saja menurut kepada kedua orang tua itu wajib asal dalam kebaikan”
“Bagas,. Apa itu cinta menurutmu?”
“Cinta adalah sebuah perasaan yang tak terlukiskan Nisa, begitu indah dan dalam tetapi juga melenakan, oleh karena nya untuk urusan Cinta Bagas tidak terlalu mengerti karena sepertinya Bagas baru akan memikirkannya setelah Bagas lulus kuliah”

Jelas sudah Bagas, tidak ada kesempatan untukku. Kau memang menutup hatimu untukku, sebagai seorang perempuan yang kagum dan penuh cinta kepadamu, aku tak ingin merubah dan merusak prinsip itu. Belum tentu juga kau mencintaiku…

“terima kasih Bagas, kini Anisa mengerti, selamat tidur assalamualikum wrwb” jawabku lesu, sambil menutup telpku.

Aku mengerti posisiku, tak mungkin aku bisa memaksakan cinta ini kepadanya… untuk seseorang yang tak pernah aku tahu tentang perasaannya. Malam itu, aku tak sanggup memejamkan mata, aku bertekad untuk menghapus rasa ini pada Bagas.

“Ibu.. Annisa sudah siap jawabannya”

Wajah ibu terlihat cerah menoleh kepadaku, ayah yang duduk dikursi goyangnya menurunkan Koran paginya, diam menyimak dan menunggu jawaban dari putrid satu-satunya.

“Nisa menerima lamaran mas Rama” kataku cepat sambil berjalan kearah pintu untuk pergi ke suatu tempat, mengasingkan diri dengan jawaban yang baru saja ia lontarkan.

-bersambung-