Ketika Jilbabku di “cumbu” beruang kutub

Aku berlari menuju kampus bahasa rusia dengan menerobos salju yang turun sangat lebat,sepatu musim semi yang aku gunakan membuatku harus berhati hati berjalan karena tak di lengkapi dengan sol yang memadai untuk menahan licin nya air yang membeku di jalanan,lapisannya yang tipis tanpa wol di dalam nya pun membuat kaki ku sedikit membeku tentu bukan kebodohan,hanya sebuah kemalasan yang menderaku,sebetulnya bukan alasan yang di sengaja tapi aku punya dasar nya, sudah beberapa minggu ini rostov sudah menghangat angin musim semi yang hangat bertiup ringan ke seluruh penjuru kota rostov.

Sama seperti hati manusia cuaca akhir akhir ini tidak bisa di tebak,sehari hangat sehari bisa bersalju.. dingin dan pucat!

Sama hal nya dengan rostov beberapa waktu lalu cuaca menghangat 10 derajat celcius!! Dan lihat lah kawan? Hari ini?? Minus 14 derajat di bawah 0!! Kehendak Tuhan.. tidak ada yang bisa melawan.

Yang hadir hari itu di kelas bahasa rusia hanya aku seorang,dan seharusnya jika lengkap jumlah kami 5 orang mahasiswa. memang kelas bahasa rusia ini adalah kebijakan universitasku yang memberikan kelas tambahan 2 kali selama seminggu sampai kami di tingkat akhir nanti,jangan di kita meskipun aku sudah berapa di tingkat tiga dimana aku sudah tinggal di rusia sekurang kurangnya 4 tahun aku sudah bicara cas-cis-cus dalama bahasa rusia!
Belum.. bahkan terkadang orang asli rusia tidak mengerti apa yang aku bicarakan –miris- haha
Aku tidak berbohong,bahasa rusia itu termasuk bahasa yang rumit,tidak cukup hanya di pelajari dengan waktu 1 tahun. Karena gramatika bahasa rusia itu luas dan konkert.

Aku memasuki lorong kelas yang masih gelap dan dingin,belum ada tanda-tanda kelas yang di mulai,mungkin karena seharusnya paling pagi adalah pukul 9,hanya saja karena jadwal kami bentrok dengan kelas lain maka jadwal di mulai setengah jam lebih awal, aku menghampiri kelas ku,pintu terkunci aku tak menemukan siapapun! Hhh.. biasa! Teman-teman lain sudah malas,apa lagi jadwal mereka di kampus jurnalistik itu sudah cukup padat,di kampus ku juga! Kami memiliki jadwal yang sama meskipun berbeda jurusan dan letak kampus, akhirnya aku yang memang anak tiri di jurusan ku itu akhirnya di barengi oleh mahasiswa asing dari fakultas jurnalistik! 3 orang mahasiswa china dan 1 orang afrika di tambah aku.

Mendapati kelas kosong aku langsung menuju kantor ruang gurum didalam ruang dosen ku yang berusia 69 tahun ini sudah duduk manis di depan computer menyiapkan materi, iya! Orang rusia itu sangat disiplin! Tak peduli tua muda! Jika memiliki tanggung jawab maka akan terus dilaksanakan meskipun badai salju menghalangi,terkadang malas nya bangun pagi membuat ku mendholimi beliau! Aku biasa beralasan sakit karena menuruti mata ku yang masih di penuhi krikil! Sebagai mahasiswa asing bahasa berat untuk ku! Tapi ini adalah resiko ku telah mengambil keputusan ini,tidur jam 3 atau jam 4 pagi sudah menjadi menu sehari hari.. tapi mengingat wajah senja dan sabar nya kakek dosen ku ini aku tak tega! Aku yang masih muda beli ini masa harus terus terusan menuruti hawa nafsu,tak perduli dengan pengorbanan kakek dosenkku yang berjalan setiap hari ke kampus! Jangan Tanya kenapa berjalan. Tentu karena beliau ini di gaji dengan minim! Aku salut dengan ke disiplinan beliau!

Ia menyuruhku duduk di sebelah nya,sudah lewat 10 menit dalam kediaman kami berdua ternyata kawan kawan lain belum juga muncul,sampai akhirnya ia memulai pembicaraan :

VN : dinda, boleh saya Tanya sesuatu??

Din : silahkan jika saya mampu menjawab maka saya akan menjawab semampunya.

VN : harasho,anggap saja sekalian ini sebagai kelas kita hari ini “conversation” !

Din : dengan senang hati 

VN : kenapa sih kamu masih menggunakan jilbab??

VN(Vladimir nikolevic) pernah bekerja di sinegal selama 3 tahun menjadi seorang reporter untuk salah satu surat kabar rusia. Kebetulan karena sinegal adalah salah satu Negara dengan mayoritas islam,beliau selalu saja memiliki pertanyaan yang belum pernah terjawab dengan puas.

Din : karena saya tau ini wajib hukum nya untuk seorang wanita muslimah agar berbeda dengan yang non muslimah.

NV : tapi ini Russia! Bukan Negara mu, kau boleh bebas berekspresi! Tak akan ada orang yang melarangmu berbuat apa saja untuk kebebasab mu!

Din : iya saya tau, tapi Tuhan maha melihat! Meskipun saya bisa melakukan apa saja tapi tetap ada batasan dalam bersikap untuk seorang yang benar-benar menganggap islam agama nya.

NV : tapi banyak orang islam yang tidak begitu! saya tahu banyak orang arab yang beragama islam yang bertingkah bebas dan bahkan (maaf) sama seperti kami. Lihat lah turki,mereka islam,tapi sebagian besar perempuan mereka tidak mengenakan jilbab.

Din : maaf saya bisa menjawab begini, semua amalan seseorang tergantung dari pribadi masing-masing,islam pada dasarnya memiliki hukum yang sama yang di sebut syariat. Itu hanya sebuah kebohongan terhadap diri sendiri jika mereka mengetahui tentang hukum tetapi melanggar nya. jika saya pribadi saya sudah tahu jelas tentang hukum itu jadi untuk apa saya membohongi diri sendiri dan melanggar? Berarti saya tidak menghargai diri sendiri dengan menjadi seorang pembohong?

NV : apa dasar hukum kamu?

Din : al-quran dan sunnah

NV : ini yang jadi ganjalan saya lagi, al-quran kan di tulis oleh manusia! Kenapa kamu percaya?

Din : bukan buatan manusia tapi firman allah kepada nabi di abadikan sepeninggal nya Nabi Muhammad,agar al quran tidak musnah di atas bumi ini. Al quran berisi tentang kisah-kisah masa lalu,yang bisa di jadikan pelajaran sepanjang masa, dan penuntun dalam hidup di segala aspek untuk seluruh umat.

NV : tapi tetap saja kan manusia yang menulis! Apa kamu percaya begitu saja? Siapa tahu isi nya diganti oleh seseorang yang memang hendak merusak! Kita tidak tahu manusia kan?
Din : Allah sendiri yang berjanji memelihara Alquran hingga kiamat.

NV : dan kamu percaya?oke tapi pertanyaan saya lebih kepada orang-orang islam itu sendiri,kamu tidak ingin seperti yang lain? Menggunakan pakaian mini,atau menunjukkan keindahan tubuhmu! Aku tau postur tubuh mu bagus sekali..kau tinggi dan langsing!
Din : maaf?

NV : iya,maaf tapi benar kamu tidak ingin??

Din : tentu saja tidak.. untuk saya aku menunjukkan tubuh kepada orang-orang yang bukan keluarga saya? Itu hal yang dilarang!

NV : tapi ini Russia!sekali lagi Kau boleh berkespresi!

Din : menggunakan jilbab juga berekspresi kan?hehe

NV : kamu tidak malu di anggap aneh?

Din : jika menurut saya benar kenapa harus malu? Tuhan maha melihat! Saya tak perduli anggapan orang lain .

NV : baik baik,saya mengerti tentang kuat nya prinsip kamu dengan agama mu,saya menghargaimu,apa lagi bagi saya hidup di Negara non muslim yang penuh dengan godaan seperti ini pasti akan sangat berat! Kau perempuan kuat!tapi tahu kah kamu? Bertahun-tahun saya mengajar disini saya tidak pernah bertemu dengan perempuan muslim yang kuat seperti kamu. Beberapa pertanyaan yang sempat mengendap di dasar hati saya kembali muncul saat saya tahu bahwa salah satu murid saya seorang muslimah yang berjilbab,pertanyaan itu kembali kepermukaan hati saya!

Din : tidak apa-apa.. saya sudah sering di Tanya-tanya hal seperti ini,saya bisa memaklumi.
NV : sebetulnya saya masih belum bisa mengerti tentang orang-orang islam ini,beberapa di antaranya adalah teman-teman saya di Senegal,sesame reporter,seorang muslim yang taat rajin beribadah dan istrinya juga mengenakan jilbab seperti kamu,yang membuat saya kaget adalah ketika tugas luar kota bersama saya untuk beberapa hari dia malah tidur dengan perempuan lain.dan ia bisa melakukan hal itu sebagai laki laki! hal ini langsung menjadi uneg-uneg di pikiran saya,kenapa islam agama yang tidak adil,perempuan mereka di berikan pakaian yang menutup dan membatasi aktivitas mereka sedangkan lihat laki-laki nya? melakukan apa saja dan ketika kembali ke pelukan istrinya ia menjadi sok suci!

Din : untuk kasus teman tuan seperti yang tuan ceritakan saya tidak bisa memberikan komentar apa apa,tapi saya bisa menjelaskan. Dimana letak ketidak adilan islam? Dari pakaian nyakah?? Anda salah,karena Islam sangat menghormati dan mengagungkan perempuan lah maka islam memberikan kehususan dengan membedakan kami dengan perempuan non muslim, banyak fungsi nya pula.. dengan pakai an ini saya aman dari gangguan yang tidak di inginkan dari laki-laki iseng.

NV : lalu bagaimana dengan turki? Kenapa mereka tidak menggunakan jilbab seperti kamu?
Din : karena ada unsure politik,menurut sepengetahuan saya, sebelum nya turki tidak melarang muslimah nya menggunakan jilbab,tapi ketika (maaf saya lupa nama presidennya) menjaba sebaai presiden. Segala hal yang bersifat keagamaan di larang.termasuk jilbab! Tapi sekarang sudah banyak yang memulai menggunakan jilbab. Memang tidak mudah menghilangkan hal yang sudah menjadi kebiasaan. Tapi saya yakin lambat laun pasti akan pulih kembali.

NV : harasho,saya mengerti,selain menggunakan jilbab kamu pernah minum alkohol?

Din : tidak

NV : free sex?

Din : tidak

NV : ke diskotek?

Din : tidak juga

NV : ya Tuhan! Bagaimana kamu menghabiskan masa muda mu?tanpa hal-hal itu

Din : hahaha.. tapi saya tetap bisa menjalani nya dengan syukur!

NV : saya menghargai kamu sebagai seorang muslimah. Semoga kau terus berjuang dengan prinsip mu itu 

Din : spasiba

Based on true story.

Kejadian ini adalah percakapan ku dengan guru bahasa rusia ku pada hari ini,sebuah pandangan baru tentang islam di mata non muslim, sejujur nya sebuah kerusakan islam sendiri karena musuh terbesar islam adalah orang-orang islam itu sendiri. Semoga Allah memberikan kekuatan iman ku dan orang orang mukmin di seluruh dunia. Amin

 

Izinkan Jilbabku menjaga..

bismillahirohmanirohim…

“dinda,kenapa kamu menutup kepalamu dengan kerudung..apakah kamu tidak gerah?”

rasanya ratusan kali pertanyaan itu selalu menyidakku…diawali dengan pertanyaan alasan mengapa aku menggunakan jilbab?sampai fungsi nya..

dan berkali-kali aku tersenyum dan menjelaskan semampuku..kepada kawan-kawan(non muslim)
tak sedikit pula yang mencibir ku karena terlihat seperti orang bodoh di musim panas(kala musim panas datang rostov russia akan sangat panas hingga 40derajat) dan ketika seluruh penghuni kota telah menanggalkan hampir seluruh pakaiannya (kecuali hanya minim saja) dan aku masih saja asik menjulurkan jilbab ku lengkap dengan lengan panjang dan celana/rok panjangku..

di tengah-tengah masyarkat aku memang terlihat aneh…sangat aneh karena tak merasa gerah..(tentu gerah..tapi neraka lebih gerah)dan tak sedikit yang membicarakanku hingga mengatai ku BODOH secara langsung di hadapanku..dan aku hanya tersenyum 🙂

banyak pula yang menjauhi ku karena aku “beda” dari mereka..benar..aku memang berbeda dari mereka dan aku tak malu karena itu.justru aku senang di anggap berbeda dari mereka 🙂

aku tak beruasaha melepas ketika kawan-kawan mulai mencoba merayuku dengan tatapan menyindir..

“dinda,..aku lebih menghargai seseorang yang taat kepada agama nya di sini(sambil menunjukan dimana jantung terletak) dari pada menggunakan atribut keagamaan seperti kamu..karena banyak yang menggunakan atribut keagamaan tetapi hatinya “kosong” mereka menutup tubuh mereka bagaikan orang suci tapi tak sedikit dari mereka yang justru hanya menggunakan atribut hanya karena “MODE” dan bukan lah suatu bentuk ketaatan ,tak sedikit dari mereka yang tertawa seperti kami tertawa di jalan-jalan,tak sedikit dari mereka yang juga pergi ke diskotik dan mabuk,tak sedikit dari mereka yang juga berpacaran layak nya kami..”

aku tersenyum 🙂 walau aku sedih dengan pandangan mereka …aku menjawabnya…

“tapi tak semua nya kan?? masih banyak yang menggunakan atribut keagamaan memang sebagai bentuk ketaatan yang mutlak…tak hanya di sini (hati) tapi juga di luar sehingga orang lain bisa melihatnya sebagai sesuatu yang nyata tak tersembunyi..”

“lalu..buat apa kau menggunakannya? itu menyulitkan dirimu..kau tak bebas…”

aku terus terseyum …dan menjawab…

“aku menggunakannya karena Tuhan ku menyuruhku menggunakannya…maka aku tak mau melanggarnya..dan aku..tak merasakan kesulitan apapun..sekali sekali tak pernah”

“kau tak malu di bedakan?”

dan aku masih tersenyum…

“sama sekali TIDAK…aku senang mereka membedakan ku..aku lebih nyaman dengan mereka yang membedakanku karena nya mereka tak menyamakan aku dengan kawan2 lain…sekalipun tak ada yang mau dekat dengan ku aku tak merasa risih…”

“apa yang membuatmu berpegang pada prinsip mu?”

terus saja aku menggembangkan senyum ku : “insyallah hati yang di dasari pada kepercayaan kepada kebenaran yang akan bertahan … karena hati tak pernah bisa di bohongi…”

alhamdulilah sampai detik ini…jilbab ku masih terpasang di kepalaku menjulur indah menutup aurat ku..

ya Allah…kuatkanlah hatiku dengan terus memegang teguh prinsip kepada kebenaran 🙂 amin

Prema teman kecilku-what a life-

“premaaaa…. ojok dolen karo dinda….engkok mbetik awakmu…”

teriakan 15 tahun lalu masih terngiang di telingaku sampai saat ini. tak kusangka setelah kepergianku ke rusia aku tak akan lagi mendengar suara tersebut…tak akan lagi mendengar beliau berteriak karena tak sudi membiarkan putir nya bermain dengan ku di kampung belakang..ketakutan beliau akan kenakalanku di usia 7 tahun yang sering naik phon ceres di belakang kampung sambil tidur siang…sebenci apapun beliau terhadap ku aku tak pernah membenci beliau dan anak anak nya…

beliau telah tiada…

genap sudah sahabat ku prema menjadi piatu 6 bulan silam. umik(begitu aku memanggilnya) telah di panggil allah karena sakit nya.

rasanya masih lekat di benak ku ketika aku berpamitan untuk kuliah dengan bangga umik tersenyum dan mendoakan ku “lek sukses ojo lali”(jika sukses jangan lupa)..
dan masih terekam di benak ku ketika seluruh kampung di beritahu bahwa semalam aku sempat telpon dari rusia untuk menanyakan kabar…beliau bangga mendapat telpon dariku…beliau senang karena aku masih mengingatnya..

walau bagaimanapun..prema adalah sahabat kecilku sekaligus tetanggaku..putri turunan india pakistan menjadi kan wajah nya luarbiasa cantik…

tetapi kekhawatiran umik nya karena kenakalan anak kecil usia 7 tahun yang selalu beringus di hidungnya,item,dan bores membuatnya enggan merestui kami bersahabat…

aku meman terkenal nakal di usia ku..aku sering memanjat pagar TK yang tingginya 2 kali tinggiku hanya untuk bermain perosotan di TK stasiun belakang rumah.seorang anak kecil yang senang mengomandai teman-teman ku untuk ikut menjelajah kampung di saat orang-orang istirahat siang.hingga tak jarang ketika pulang tubuhku penuh luka goresan entah karena terpeleset saat main hujan hujan..saat kawat berkarat menggores kaki dan lengan ku saat memanjat pagar besi TK dan saat aku jatuh dari pohon ceres setinggi 3 meter.

sesampainya di rumah…ayah ku sudah siap pukulan untuk memarahi ku agar tak mengulangi lagi..dan ibuku sudah siap dengan cubitannya untuk menghukumku atas kenakalan ku hari ini…

dan begitulah seterus nya hingga aku tumbuh dewasa..hingga cubitan berganti dengan teguran..hingga pukulan hanya berupa teguran berat…

aku tak pernah menyesali masa anak-anak ku yang telah kuhabiskan dengan berbagai macam kenakalanku di luar rumah..

prema selalu menjadi bayangan yang selalu aku gandeng… tak jarang prema memohon untuk membawanya kabur dari rumah nya

“dinda..jangan dengerin umik aku mau main…cepat jemput aku kerumah…”

prema kabur dari rumahnya dengan menggandeng tanganku dan berlari ke arah kampung…sedangkan di belakangku umik prema berlari mengejar dengan membawa sapu lidi untuk memberikan hukuman “premaaa…ojok dolin karo dindaaaaaaaaa”(prema jangan main dengan dinda)

kami tertawa bersama dan berebutan buah ceres di atas pohon berdua… udara di atas pohon sangat sejuk..sangat enak di buat tidur siang dan berburu ceres..prema dan aku sangat menyukai ini..pohon inilah menjadi saksi kami untuk kebahagiaan prema dan aku.

15 tahun kemudian sebuah pesan singkat masuk ke nomer ku “dinda..apa kabar? umik sakit sekarang aku lagi jaga umik di RS jember doakan umik lekas sembuh ya-prema”

“halo prema…doaku selalu untuk umik..semoga umik lekas sembuh ya..” jawabku sembuh

“iya terima kasih..umik selalu tanya kapan kamu pulang?” balas nya lagi
“aku masih belum tau… doakan aku lekas lulus ya,.. kamu gimana? kamu mau masuk sekolah perawat ya??” tanya ku

“iya kalo umik sudah sembuh..doakan ya” balas nya kembali

1 bulan setelah itu…

keinginan prema untuk masuk sekolah perawat tak pernah kesampaian.umik telah tiada,ia harus menggantikan umik untuk menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan baju di pasar Bangil dan seminggu sekali ia harus ke surabaya untuk kulakan dengan kakak kandungnya..dan ayah nya menikah lagi dengan seorang wanita dan pindah ke kota lain..kini prema tak sempat meraih cita-cita nya sebagai perawat..

aku selalu sayang kepada prema sayang sekali ….sahabat kecil ku…

“dan ketika takdir telah berbicara manusia akan bungkam dengan kebisuan nya “

Kebahagiaan Nengsih bukan Materi-what a life-

aku tak pernah melupakan amanah dari ibunda nengsih..

“dinda…titip nengsih ya.. kamu temannya yang paling dekat kalo aku sudah tiada tolong jaga nengsih ”

sahabat kecil ku yang merana..

sejak kelas 5 SD nengsih sudah harus kehilangan ibunda nya karena sang bunda menderita komplikasi darah tinggi,ayah nya yang tua renta dan sangatlah kurus karena di makan kemiskinan masih harus menanggung beban keluarga besarnya.nengsih memiliki 3 kakak perempaun 1 kakak laki laki dan 1 adik perempuan .

ayah nya adalah seorang pedagang es lilin di kereta api jurusan surabaya-malang.sehari-hari hanya mampu membawa pulang keuntungan 10 ribu rupiah sejak jam 8 pagi sampai petang.sedangkan nengsih dan adik nya masih di SD.belum mampu membantu ayah bundanya
tapi ayah nengsih adalah ayah yang sabar setiap sore ayah nengsih membantu ibunda nengsih untuk kebelakang dan memandikannya subbhanallah 🙂 seorang pria yang bertanggung jawab

sepeninggalan ibu nya ayah nya menikah lagi dan hidup berpisah dengan nengsih,sedangkan nengsih ikut dengan kakak pertamanya

nengsih sering ke rumah secara tiba tiba dan menangis di hadapanku ia mengatakan kakak nya tidak lagi sayang kepada nya,karena kesalah kecil kakak kandung nya tega memarahinya bahkan astagfirullahaladzim…nengsih menunjukkan luka sayatan di punggung nya yang masih merah darah dan baru..ia menangis ketika aku mengobati nya dengan betadine..nengsih bahkan bertanya kepadaku tentang cara untuk bunuh diri..aku tak kuasa menahan tangis…kami beruda berpelukan..menangis bersama…kali ini lebih serius karena kakak nya sudah berani main tangan..aku memohonkan kepada kakak nya agar nengsih untuk beberapa waktu bisa tinggal di rumah ku dengan alasan menemaniku membantu pekerjaan rumah.tak ada cara lain untuk membuatnya tenang dan sementara tak bersama keluarganya

nengsih tak sanggup meneruskan sekolah smp,bahkan pernah aku sempat menawari nya membatu pembayaran uang spp selama ia sekolah di smp tetapi ia menolak dengan alasan masih memiliki adik perempuan.ia lebih baik mengalah untuk bekerja dan membantu adik nya menyelesaikan sekolah sampai sma. aku tak mampu mencegah keinginan negsih dan aku hanya bisa mendoakan diri nya ..

nengsih…nengsih…

( akhir 2004)akhirnya jodoh mempertemukan nengsih dengan seorang pemuda ganteng gagah berani dari desa rombo wetan ..dalam pernikahannya sempat aku hadiri dengan kawan ku kak ani ke rumah ayah nya di desa bendomungal kecamatan bangil ,di acara persepsi pernikahan yang sangat lah sederhana nengsih tampak anggun dan berkali-kali menciumi ku karena kebahagiannya.

di acara pernikahan nengsih yang sederhana,cukup sepi mungkin hanya beberapa puluh tamu yang di undang dan suguhannya benarlah sederhana..namun aku yakin makna di balik kebahagiaan nengsih lebih dari segala nya..

1 tahun kemudian (2005) nengsih tengah hamil 7 bulan..perut nya buncit, dengan bangga dia menunjukkan hasil usg bahwa bayi nya adalah perempuan 🙂 dan ia akan menjadi ibu muda yang sangat bahagia..beberapa bulan kemudian nengsih mengirimiku sms

“dinda…bayi ku telah lahir…perempuan..cantik sekali…seperti kamu :)”

2006 sebelum keberangkatan ku aku mencoba berpamitan kepada nengish,karena ia tak ada di rumah kakak nya maka aku meminta alamat kepada kakak nya untuk mendatangi rumah suami nya.
subbhanallah…
bersama dengan mba alifah kawan ku yang memang gadis desa rombo kami menemukan alamatnya.sebuah rumah guduk kayu dengan berlantai tanah..
aku dan mba alifah sempat duduk kedalam rumah nya yang memang tak ada apa-apa (bahkan tak ada sofa hanya ada sebuah dipan kayu ) kami di suguhi teh hangat oleh ibunda mertua nengsih.

“ternyata telah nyata di hadapan ku bahwa kebahagiaan tak terukur dari materi..”

nengsih masih sangat lah bahagia di dalam kondisinya yang sesulit apapun 🙂

akhir 2008 mamah ku memberitahukan berita duka..bahwa nengsih telah menjadi yatim piatu.. dan sampai detik ini aku masih mengingat amanah ibu nengsih untuk terus menjaga tali silaturahmi wlaupun aku tak sanggup menjaga nya karena ia telah berkeluarga

aku bahagia melihat nengsih masih bisa tersenyum di tengah tengah kehidupan yang menangis di sekitar nya…

aku selalu menyayangi nengsih 🙂

Es tung-tung sang Pahlawan

jadi keinget kejadian waktu pulang ke indonesia liburan summer kemaren..

cerita nya pas di tanggal 17 agustus saat Bangsa Indonesia sedang bersuka cita memeriahkan hari kemerdekaan..

kebetulan kota bangil di hari itu sedang melangsungkan lomba baris berbaris yang diikuti oleh peserta di seluruh sekolah dan warga kota bangil. meriah.. ramai orang dari yang ikut berpartisipasi,jualan,ato cuma nonton-nonton.. yang jelas RAMEE!!

hari itu juga kebetulan aku dan sahabat ku ana sedang main kerumah teman yang jarak nya lumayan jauh dari rumah ku, aku dan ana yang memang sering keliling kerumah teman teman untuk sekedar bersilaturrahmi pun akhirnya di hari kemerdekaan itu pula harus pulang kesorean.. sebetul nya bukan maksud diri untuk pulang sore,tetapi karena aku memang sedang tidak dalam mood nonton baris berbaris yang bikin macet di mana-mana itu akhirnya menunggu hingga pukul 4 sore.

hari itu..

jam 4 sore,matahir masih sedikit terik..
tak sengaja aku melihat seorang bapak tua yang mungkin usia nya sudah di atas 60 tahunan menaiki sepeda ontel dengan dagangannya.. “ES TUNG TUNG” es yang harga nya sekitar 500 rupiah dan ciri khas nya yang jualan selalu memakai kentongan yang bunyi nya tung tung.. asli nya sih aku ga tau apa nama es nya..

nah.. melihat wajah kelelahan bapak tua, aku cuma bisa memerhatikan sambil berlalu,beliau melewati ku..(saat itu aku dan ana melawan arah) entah memang aku yang sensitip aku tak bisa melepaskan pandangan ku dari sepeda bapak tadi dan dagangannya.. sepintas aku berpikiran “sudahkah laku dagangan si bapak tua itu?? ” jujur,,aku sedang sakit batuk saat itu,sehingga aku tak berpikir membeli es ,tetapi maksud hati ingin sekali membantu bapak tua tadi. tapi aku takut melukai perasaannya karena tersinggung jika aku memberi nya uang begitu saja.

hati ku miris sekali..
kupandangi sosok nya yang kurus dengan urat-urat di wajah tua nya yang muncul.. pasti hidup bapak tua itu tak mudah..sosok nya yang kian menjauh.. membuat hati ku makin miris..kini ia hanya hanya berjarak kita 10 meter dari motor ku yang terdiam karena hendak menyebrang…
tiba tiba..

aku turun dari sadel motorku.. berlari meninggalkan ana.. dan menghampiri bapak tua

“paaak… essssss…. paaaaaakk esssss” teriak ku.. yang ternyata tak membuat nya berhenti.. rupa -rupanya pendengaran beliau telah berkurang sehingga tak mendengar teriakkan ku..

aku terus berlari.. hingga tak kusangka.. ana membantu ku untuk membuat nya berhenti dengan mengerjar nya dengan motor,

“pak es.. berapaan?” tanyaku
beliau tersenyum, senyum yang sangat ramah dan iklas…
beliau hanya tersenyum.. tanpa membalas..

“pak ES E PINTENAN” tanya ku dengan suara agak sedikit keras di dekat telinganya..

“700 nak” jawab nya sambil tersenyum, gigi nya tak tampak lagi.. hanya beberapa saja yang masih menghuni mulut si bapak tua..

“aku beli 3 ” kata ku…

dan si bapak tua membuka penutup termos isi es tung tung tersebut..

hati ku makin berkecamuk.. tangan si bapak tua sudah benar benar rapuh.. beliau sudah mengalami parkinson sehingga untuk membuka tutup termos beliau berusaha semampu nya

dan ketika aku melihat “isi” dagangannya,hati ku makin basah.. dagangannya masih UTUH… mungkin hanya 2 atau 3 buji saja yang laku terjual,bagaimana mungkin beliau bisa memberi makan anak istri nya?? sendiri??

“pak.. aku beli 10..” kata ku lagi dengan nada bergetar.. aku sungguh tak kuasa menahan rasa sedih yang mendalam..mendengar aku akan membeli 10 buah es nya ia sangat senang.. senyum nya makin lebar di tengah-tengah peluh nya.

ketika aku membayar nya aku sengaja memberi uang lebih sehingga aku punya alasan agar tidak memberikan uang kembalian..
aku serta merta mengambil es yang telah ku beli sambil bilang “monggo” dan pergi menaiki motor ku.

si bapak tua..terdiam sambil memerhatikan selembar uang kertas yang telah beliau terima..

bapak tua ini,,bisa jadi adalah seorang pahlawan yang turut serta membantu bangsa indonesia dalam melawan penjajahan..

setidak nya beliau adalah pahlawan tak terkenang.. yang ternyata masih harus hidup susah hingga jaman ini..

aku menangis..di atas jok motor sambil berlalu..
tak lama aku menjadi bingung sendiri mau di apakan 10 biji es tung tung ini??

karena hari yang panas.. aku yang sedang batuk tak mampu menghabiskan 10 buah sekaligus dan tak tega aku membuanganya…

ketika ana yang memboncengku melintasi barisan anak-anak sma yang sedang berpartisipasi dalam lomba baris dan kebetulan sedang “duduk dan istirahat” di tengah jalan.. maka.. ana dengan tangkas mengambil es tung tung dari tangan ku dan memberi nya kepada sekumpulan wajah lelah itu

alhamdulilah…

NB : postingan ini bukan bermaksud untuk menyombongkan diri .. tetapi lebih kepada “mengajak” para pembaca untuk sedikit menoleh ke sisi lain hidup.. bahwa hidup tidak serta merta hanya seperti itu.. seperti yang kita rasakan dan alami sekarang.. karena masih banyak manusia lain yang hidup nya lebih keras tetapi tak kehilangan senyum nya 🙂

Kisah dikedai Bakso- what a life-

Hari itu bangil seerti biasa nya. Gerah dan sangat panas.. tapi kegemaran ku makan bakso seakan tak peduli cuaca,bukannya cari makanan yang segar meski matahari ada tepat di atas ubun ubun yang telah membuatku dengan amat sempurna berfermentasi dan menimbulkan aroma sangat tajam seperti cuka.. itu karena air keringat yang bercucuran di dalam baju gamis ku.

Hari itu aku tidak sendiri karena aku datang ke sana dengan teman ku, ana kami makan bakso di sebuah kedai kaki lima di depan stasiun bangil, kedai bakso yang sangat sederhana dan telah menjadi langgananku sejak aku masih duduk di kelas 3 SD.

Sayangnya setelah 3 tahun aku jauh dari tanah air,ternyata kedai bakso itu telah berganti generasi,bukan bapak-bapak yang seperti biasa menjualkan aku dengan wajah kaku nya.

namun jujur beliau adalah orang yang sabar. Kenapa aku bisa tau jika bapak itu sabar? Iya karena masih mau menjualkan semangkuk bakso untuk seorang anak kecil berusia 9 tahun dengan uang recehnya hasil dari mencongkel celengan ayam nya,dan dari uang itu aku hanya mampu membeli 1 butir bakso dengan 1 potong tahu rebus,tetapi oleh beliau di sajikan lengkap dengan mie su’un dan kawan-kawan nya.
Beliau dan istrinya memang bersahaja meski bakso nya lumayan laris tapi entah mengapa hingga aku lulus SMA masih tetap saja berupa kaki lima,tapi si bapak juga dagangan bakso sedang sepi beliau ini berganti profesi menjadi tukang becak di stasiun bangil pula.

Saat aku kembali ketanah air setelah 3 tahun,aku cukup di kejutkan dengan berita kepulangan beliau kepada sang maha pemilik jiwa Allah azza wajalla..cukup sedih,namun rinduku terhadap suasana di kedai bakso itu cukup terobati,rasa bakso pun masih di pertahankan,kini yang berjualan adalah anak satu-satu nya sedangkan ibu nya bergantian menjaga cucu nya.

Satu pelajaran hari itu yang bisa aku dapat,
2 porsi mangkuk bakso sudah berada di hadapanku,bakso yang sangat aku rindukan,setelah aku menawari seorang ibu-ibu yang juga sudah terlebih dahulu makan di hadapanku itu aku pun langsung mengambil cabe dan kecap untuk membumbui ku,ah.. memang bakso ini “ngangeni!”

Di suapan pertama ku,perhatianku tertuju pada 2 orang lansia yang sepertinya baru turun dari kereta penataran malang.beliau-beliau itu berjalan kearah kedai bakso,tubuhnya kering dan hitam,sang nenek menggunakan kebaya lusuh,dan sang kakek menggunakan kaos yang sudah tipis kainnya entah telah beribu kali mungkin di cuci dan menempel di tubuh ringkih nya.

Beliau-beliau ini duduk di depanku tepat.sang kakek memesan 2 porsi bakso ukuran setengah harga,sepertinya tidak ada dana untuk membeli 2 piring mangkok bakso seharga 3000 rupiah.
Bakso di mangkukku terasa hambar,sangat hambar.. susah rasa nya menelan di depan beliau-beliau ini.

Tak kuasa menahan pandanganku maka setiap gerak gerik kakek dan nenek menjadi tujuan perhatianku termasuk pada radar telingaku yang menangkap percakapan beliau ini.
“nanti kita jalan ke diwet,kita pinjem uang aja 5000 untuk modal jualan lontong besok” kata si nenek.
“iya.. tapi kapan kita bisa bayar nya? Kita pinjem 3000 saja,beli setengah kilo beras buat jualan kan belum tentu laku” jawab sang kakek.
“pasti laris,aku besok jualan di pasar wes,nanti kalo laku semua langsung kita bayar,lah gimana uang kita Cuma sisa 3000 Cuma cukup untuk beli bakso ini” kata si nenek sedikit berbisik.

2 porsi pesanan kakek nenek datang ,sang nenek wajah nya sumringah.. senang sekali,dan aku menduga ini makanan pertama hari ini untuk beliau berdua. Si nenek langsung meminta tolong padaku untuk mengambilkan saos dan kecap yang terletak agak jauh dari beliau,
“nun sewu nak,tolong ambilkan saos dan kecap po ó ”katanya dengan sangat santun.
Aku mengambilkan nya dan memberikan nya kepada nenek 2 botol yang masing masing saos dan kecap murahan itu.

Masyallah.. gigi sang nenek tidak tersisa di dalam rongga mulut nya,tapi beliau masih optimis untuk bisa mengunyah butiran bola daging rebus itu. Dengan senyum terikhlas beliau masih tersenyum dan mengatakan terimakasih padaku, sang kakek sepertinya benarbenar telah lapar beliau tidak peduli dengan berbagai saos dan kecap pelengkap bakso,beliau memakan nya dengan sangat tenang dan penuh syukur,sang nenek mengeluarkan sebuah benda lonjong yang rapih tertutup daun pisang,si nenek mengeluarkan sebuah lontong yang mungkin sisa jualan beliau.

Tak perduli perut yang luar biasa lapar,beliau berikan lontong tersebut kepada si kakek namun si kakek menggeleng dan memberikan nya kepada nenek. Tetapi si nenek malah tersinggung karena lontong sisa jualannya iu di tolak kakek. Akhirnya dengan senyum si kakek membukan lontong itu dan membaginya dua untuk nenek juga.

Tak terasa airmataku hamper saja menetes mendapati pemandangan yang luar biasa menyentuh di hadapanku itu,bakso di mangkuk telah habis meski kusisakan kuah yang rasanya mendadak menjadi hambar karena lidah ku menjadi kelu itu.

Aku isyaratkan kepada ana agar lekas menyelesaikan makannya,sebelum beranjak ingin sekali aku memberikan modal untuk kakek nenek itu,tapi tiba-tiba aku merasa takut menyingung perasaan beliau-beliau ini. Kuperhatikan sekeliling,kedai bakso penuh. Selain penuh pembeli banyak orang orang yang hanya sekedar menongkrong dan berteduh dari terikanya sinar matahari.

Akhirnya kuurungkan niatku untuk memberikan uang di depan umum demi menjaga perasaan beliau.tetapi aku membisikkan kepada sang penjual bakso agar tidak memberatkan beliau dengan tagihan bakso yang telah di pesan.

Setelah mengucapkan salam selamat tinggal dengan nenek dan kakek aku dan ana beranjak pergi meninggalkan kedai bakso. Aku menangis karena aku tak mampu mengalahi sifat malu ku tadi..aku bahkan menyalahkan diriku sendiri kenapa kesempatan untuk membantu sesama yang besar seperti itu malah aku lewatkan..

Ya Rabb.. ampuni lah hamba mu yang penuh dengan keterbatasan seperti aku..

Teman-teman aku tidak ingin menggurui engkau dengan tulisan seperti ini,tetapi pesan ku hanya satu.. ketika Allah menyapamu Allah akan memberikan kesempatan kepadamu untuk menjadi orang yang beruntung yang menjadi manusia berguna untuk sesama. Semoga Allah memberikan barrakah nya kepada kita semua.. amin

Mbah Salamah- Janda Tangguh-

Sekitar 5 tahun lalu aku dan sholiha sahabatku seperti biasa bersepeda berkekliling kota Bangil ba’da isya.
Bangil memang kota kecil sehingga cukup dengan menggunakan sepeda ontel pun sudah bisa menjelajahinya.

Malam itu entah mengapa radarku berhenti mencari suasana baru didaerah kampung baru. Pandanganku tertuju disebuah gubug reyot di pinggir jalan yang menempel pada dinding rumah besar keturunan tiong hoa. sejenak aku berhenti diseberang gubug itu, berdiam dan memandang seorang nenek yang tinggal didalamnya. beliau sedang duduk menghadap jalan raya ,tubuhnya hanya terlihat dada keatas karena tubuhnya tertutup oleh jendela warung, pandangannya menerawang jauh. seakan-akan tercermin sebuah kekosongan dan kerinduan disana.

Aku ter ingat, jika gubug ini dulunya ramai pengunjung karena dulu adalah sebuah warung nasi. Jauh didalam benak ku kenapa warung ini tidak ramai seperti dahulu lagi? sholiha yang sedari tadi hanya memandang keherananku mendorongku untuk menghampiri si nenek. dari jauh memang terlihat disisa-sisa warung terdapat beberapa botol minuman soda yang utuh.

Aku menganggukkan kepala,

Sengaja aku beralasan untuk membeli sebotol minuman itu si nenek mengatakan bahwa beliau tidak punya es batu, tetapi karena niat kami memang untuk membantu nenek maka kami menerima penjualan minuman soda tanpa es itu. Dengan sumringah menjualkannya beliau berusaha bangkit dari duduk nya dengan bersusah payah.

MasyaAllah, beliau ternyata beliau sudah parkinson. untuk membuka botolnya pun kesulitan, akhirnya Sholiha membantunya untuk membuka. Aku memberanikan diri untuk bertanya mengapa nenek tidak lagi berjualan dan membiarkan warungnya kosong seperti itu.

“Mbah, habis sakit nak. semua uang modal habis untuk berobat ditambah lagi nenek ternyata nenek sudah tidak kuat untuk berjualan lagi” jawab beliau.

Saat ditanya mengapa nenek masih tinggal diwarung ternyata nenek mengaku bahwa nenek tidak punya rumah dan juga tidak punya anak, suami nenek sudah lama meninggal. Aku menjadi mati kaku tidak bisa berkata apa-apa lagi.sungguh malang hidup nenek.

Kami menyimak dengan sangat hikmat, ketika dengan semangat berkobar nenek menceritakan masa mudanya dan bagaimana beliau bisa tinggal dibangil. Sayangnya kini aku lupa bagimana sejarah beliau.Hanya satu yang aku ingat, nenek sudah hidup sebatang kara lebih dari 10 tahun.

Saat kutanya mengapa nenek tidak ikut tinggal di sanak saudara yang tinggal tidak jauh dari kota?

“Si mbah tidak mau menyusahkan orang lain nak, biar saja simbah disini asal tidak hidup menumpang toh Tuhan maha melihat kan? biar si mbah dipelihara oleh Tuhan” jawab nya penuh dengan keyakinan.

Duh, betapa malu hati ini aku yang masih muda terkadang begitu manja ketika sakit menyerang,minta dibelikan ini itu dan merasa begitu lemah hanya karena tidak mau hidup susah.

Di akhir pertemuan kami beliau memperkenalkan diri sebagai “mbah Salamah” sebelum beranjak pergi aku mencium tangan beliau, akan tetapi beliau memegangi tanganku lama sekali kemudian dari bibirnya meluncur doá doa yang sangat tulus. kami serta merta mengaminkan.

Hari demi hari terlewati sesekali aku datang seorang diri menengok si mbah di gubug nya sambil menanyakan kabarnya dan memberikan beberapa makanan.

Lebih dari 2 tahun akhirnya aku diterima beasiswa ke Rusia, dengan gembira aku datang ke gubug si mbah dan berpamitan memohon doá alangkah terkejutnya aku ketika aku datang aku menemukan gubug simbah benar-benar sudah tak terawat. kotor dan bau sekali.

Karena keterbatasan fisik beliau yang sudah sangat sepuh (sekitar usia 90 thn) beliau tidak mampu lagi untuk berjalan ke WC umum yang berjarak dari gubug beliau sekitar 10m.

Untuk makan, jangan tanya aku. karena sibuk beberapa akhir tahun itu aku lalai menengok si mbah. maaf mbah 😥

Gubug nya gelap meskipun hari tengah siang. si mbah menutup rapat-rapat gubug nya karena tidak menginginkan orang lain terganggu dengan bau yang ditimbulkan dari kakus darurat didalam gubug nya.
saat aku melonggokan kepala kedalam gubug kudapati si mbah sedang melaksanakan sholat. Sambil duduk.

Aku menunggu didepan gubug si mbah sampai si mbah selesai. setelah selesai aku menyerahkan pisang dan air mineral untuk si mbah, tentunya air tersebut sudah kubuka dari segelnya karena takut si mbah kerepotan membuka tutup botol nya.

Si mbah ternyata telah lupa kepadaku, tapi aku tidak marah atau tersinggung. aku bahkan menyalahkan diriku sendiri karena telah lalai menengok si mbah. padahal aku sering lewat tapi entah hatiku seakan tertutup dan hanya mengacuhkan kehadiran beliau di dunia ini.

1,5 tahun telah berlalu. aku sudah berada di Rusia untuk belajar, aku selalu mengingatkan mamah dan adikku untuk sering-sering mengunjungi si mbah menggantikan aku. sayang nya hari itu aku di kejutkan oleh kabar yang dikiri oleh mamah

“Neng, si mbah sepertinya sudah meninggal mamah liat gubug nya sudah dibongkar oleh orang-orang”

Kabar itu, sangat menyakitkan bagiku. si mbah yang sangat tangguh itu akhirnya dipanggil juga oleh Tuhan Yang maha esa, kerinduan akan bertemu Tuhan akhirnya terpenuhi juga. aku pernah mengingat perkataan beliau

“Si mbah ini sedang menunggu antrian untuk dipanggil oleh Tuhan tapi si mbah tidak tahu kapan Tuhan memanggil si mbah untuk bertemu dengan Nya diakhirat”

Pesan itu selalu mengingatkan aku jika bukan cuma si mbah yang sedang menunggu antrian untuk dipanggil oleh Tuhan semesta alam. akupun demikian, karena kematian tidak pernah mengenal usia dan tempat. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari ke istiqomahan untuk terus meniti dijalan Nya, Amin Amin AMin ya Robballamin.

-siapakah kita ini, tanpa sebuah hati yang hidup untuk bisa saling berbagi dan berguna untuk sesama. siapakah kita ini berdiri diatas bumi Allah dengan dada terbusung tidakkah kita malu terhadap diri sendiri ketika hati kita telah di matikan oleh Tuhan? kita bisa menjadi diri kita saat ini bukan semata atas usaha kita akan tetapi kita tercipta dari doá dan harapan orang-orang disekeliling kita. Menjadi orang yang hebat membuat kita terkadang lupa bahwa kita begitu kecil dibandingkan oleh kuasa Tuhan, sudahkah kita bercermin kepada diri sendiri? terkadang hati ini sulit di lumpuhkan ketika terlambung oleh pujian dan harta, tetapi ingat kita ada untuk satu tujuan untuk kembali kepada Tuhan-

Ps : Mbah, Dinda kangen..semoga mbah di Sana baik-baik ya,. apakah doa dinda diterima disana mbah?Tahukah mbah jika berkat doa mbah Dinda terus berjuang untuk bisa berlajar dan bertahan menjadi orang yang paling berguna untuk orang lain. Dinda belajar dari ketangguhan mbah, terima kasih mbah.. semoga kelak kita bisa dikumpulkan di dalam Syurga amin.

5-4-2010

D.H

Pertanyaan besar -Indonesia Inside-

Setelah seharian aku dan nana berpetualang di kota surbaya untuk mencari tempat penelitian tugas akhirku taun ini, aku kembali ke Bangil melewati jalan tikus untuk menghindari kemacetan bosan memang jalan yang berliku sempit melewati perkampungan, tetapi pemandangan didepanku lebih mengalihkan perhatianku. Sekumpulan wanita baya berdiri dibahu jalan jalan kampong itu kupandangi prilaku mereka yang membuatku lebih bertanya-tanya lagi, di setiap mobil yang melewati mereka, mereka akan langsung menempel kekaca mobil tersebut terkadang mengetuk-ngetuk kaca pintu mobil tersebut terus begitu hingga akhirnya tiba giliranku untuk lewat, mereka terdiam reaksinya tak sama seperti pada mobil mobil lain yang lewat. Dahiku mengeryit heran.. ada banyak pertanyaan di balik tempurung otakku, entah apa itu? Yang jelas aku bingung.. sebetulnya siapa mereka??

Rasa penasaran yang sangat membuatku harus bertanya ke Nana yang memang lebih tau medan dibanding aku yang memang kurang tau hal-hal ajaib seperti itu.

“nana, mereka itu ngapain sih?? Ko aneh? Apa mereka menawarkan jasa atau berjualan sesuatu? Tapi ko ga ada barang dagangannya??” tanyaku heran.

“mereka itu pengemis din” jawabnya singkat membuatku semakin mengernyitkan dahi.

“hems… tapi setelannya tidak seperti orang emis na? ” tanyaku semakin heran

“loh.. emang mereka sebetulnya warga kampong setempat, bukannya spesialis pengemis” jawabnya lebih lanjut

“haaaaaaaaaaaaa??” teriakku heran menutup pembicaraan.

Hatiku bergejolak hebat, begitukah mental masyarakat disini??? Mengapa dijaman seperti ini harga diri tak ada lagi harganya? Apapun dilakukan demi hidup enak! Bahkan untuk sebuah harga diri untuk menengadahkan telapak tangan meminta dan memohon bukan pada Tuhan.

Aku memang tidak men-judge semua lapisan masyarakat tentunya, dan aku yakin masih banyak orang yang rela mati kelaparan tanpa harus bergantung pada mahluk lain. Aku hanya terheran-heran dengan mereka yang sekiranya masih dapat makan dan minum serta memiliki rumah yang layak huni tapi masih rela menjual harga diri untuk menjadi seorang pengemis.

Miris… mental dan prilaku seperti ini telah tercetak di era yang katanya sudah merdeka hampir 65 tahun ini menjadi sebuah pertanyaan besar…

• sayangnya saat aku melewatinya lagi di siang hari bukan ibu-ibu baya yang berdiri di sisi samping jalan dan melakukan hal yang sama, tetapi pemuda, bapak-bapak dan anak kecil pun ikut mengemis disepanjang jalan.

“salah siapakah ini???”

Lagu sileum di film KCB

* Lirik lagu sileum di KCB, lagi seneng ama lagu ini.. sedih banget T_T

Salamu’alaikom warahmatullah
Jaroe dua blah ateuh jeumala
Kedua belah tangan di tas jemala


Jaroe lon siploh di ateuh ule
sepuluh tanganku ini di atas kepala
Meuah lon lake bak kawom dumna
Mohon maaf kuhaturkan kepada semuanya
Jaroe lon siploh di ateuh ubon
Sepuluh tanganku ini diatas ubun
Salamu’alaikom lon tegur sapa
Salam alaikum, ku tegur sapa..
Jaroe lon siploh beu ot sikureng
Jari tanganku yang sepuluh kuangkat sembilan
Syarat ulon khen tanda mulia
Sebagai syarat, tanda mulia
Jaroe sikureng lon beu ot lapan
Jari sembilan kuangkat delapan
Geunan to timphan ngon aso kaya
Ganti timphan dengan isi srikaya
Jaroe lon lapan lon beuot tujoh
Jari tanganku yang delapan kuangkat tujuh
Ranup lam bungkoh lon jok keu gata
Sirih dalam bungkus ku serahkan pada tuan

 

Sang pemburu Vs Sila ke-5 Pancasila

Hari ini baru saja saya menonton salah satu program tivi di Indonesia, program yang cukup unik dan bagus menurut saya. Karena cukup membuat mata kita terbuka lebar untuk mengetahui betapa besar, megah, dan kayanya negri ini. Tapi sayangnya dibalik besar dan kayanya alam negri Indonesia ini masih banyak tersimpan kesenjangan sosial yang cukup tajam.

Dalam episode kali ini menceritakan tentang masyarakat di pulau flores sana yang sebagian besar berprofesi menjadi pemburu gurita. Bukan hanya kaum muda mudi saja yang kuat secara fisik dan mental tetapi tidak tua tidak muda, semua bekerja sama. Menyelami kedalaman laut tanpa alat pengaman, perburuan yang penuh resiko bahkan nyawa taruhannya. Seharian menyelam dilaut, jerih payah mereka hanya dihargai 10.000 rupiah per kilo

Bayangkan, dikota kota besar atau direstoran-restoran yang menyajikan kemewahan seakan akan mengacuhkan keangkuhan dari jerih payah saudara-saudara kita yang bertaruh nyawa demi seekor gurita di Flores sana.

Lalu kemana penerapan butir ke-5 pancasila yang berbunyi “KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA”, kemana KEADILAN SOSIAL itu bisa didapat?? SELURUH RAKYAT INDONESIA? rakyat yang mana??

Apakah hanya rakyat yang bergelar sarjana, pejabat, atau sederetan pengusaha dan orang-orang terpandang saja ??

Silahkan tanya pada diri nurani anda sendiri…

 

September, 17

Rostov On Don, Russia