Perjuangan Simbah Sarbi’ah

Senja menghantar kepulanganku hari ini kekota bangil menggunakan KA penataran jurusan Blitar lewat malang, setidaknya hal ini sudah kulakukan 2 minggu terakhir ini. Sebetulnya hari ini terasa biasa-biasa saja kecuali ketika aku tersadar hari ini adalah hari SNMPTN yaitu, selekesi nasional masuk perguruan tinggi negri. Ramai manusia memenuhi st. Wonokromo tanpa sama sekali kusadari, terbesit dalam hati kembali saja kekantor dan menginap dirumah salah satu rekanan kerja. Tapi entah mengapa ada perasaan yang membuatku terus bertahan disini.

Seluruh jadwal kereta terlambat dibanding hari-hari sebelumnya, kali ini menurutku paling parah karena hampir meleset 1 jam. Rasa lelah seharian dikantor sudah merambat hingga sekujur tubuh, penat dan bosan rasanya. Hingga pukul kira-kira 16.45 KA Raphi Dhoho akhirnya datang, serempak riuh ramai calon penumpang bergema keseluruh penjuru stasiun, terlihat penuh dan sesak. Seorang nenek cukup sepuh datang menghampiriku sambil bertanya “mboten numpak nak? ” saya yang bingung dan heran hanya bisa menggeleng pelan “kulo, penataran mbah..”
KA Dhoho terus terjejali oleh para penumpang yang sebagian besar adalah adek-adek yang mengikuti SNMPTN di kota Surabaya, hingga akhirnya, sang KA Dhoho berangkat tanpa mengenal ampun dari para calon penumpang yang menjerit tak kebagian tempat dan terpaksa harus tertinggal.

Tampak tak jauh dari tempat dudukku, simbah tadi yang tak sengaja menyapaku. Beliau sedang duduk dan berbicara dengan seorang gadis muda yang aku duga dia juga salah satu seorang calon SNMPTN, Yona namanya, benar dia adalah calon SNMPTN gadis asli Blitar.

Karena penasaran melihat gelagat sang nenek yang kebingungan aku duduk mendekati, benar ternyata sang nenek tertinggal KA Dhoho yang seharusnya membawa beliau ke kotanya Gus Dur, Jombang. Karena merasa tak berdaya dengan segala keterbatasan raga tuannya sang nenek tidak mampu menerobos buasnya calon penumpang KA Dhoho tadi.
Sambil menunjukkan tangan kirinya yang dibebat kain karena sakit, sang nenek bercerita diselingi isak yang terbendung (duh, sorry aku translate ke bahasa Indonesia aja ya? maklum boso jowoku senin kemis. Murakbal! Hehe)
” Mbah sudah coba paksa naik Dhoho tapi ga bisa, penuh nak.. sesak.. tangan mbah begini” tatapnya menunjukkan tangan sebelah kirinya. Pandanganya jatuh kelantai.. jauh..susah.. gelaap..
” Mbah ngapain di Surabaya?” tanyaku
” Mbah dari karang menjangan(RSUD. Dr. SOETOMO) nak, habis suntik insulin”
” Loh, mbah dari Jombang sendiri??”
” Iya nak, mbah harus suntik insulin seminggu 3 kali, tapi tadi ketinggalan kereta, tadi mbah udah Tanya petugas stasiun, katanya tidak boleh numpang tidur disini, padahal kereta ke jombang tidak ada lagi kecuali KRD(atau entah apa namanya, lupa saya)”
” Kenapa mau nginap mbah?? Kalo memang ada KRD?”
” Kalo naik KRD nak, jam 9 malam baru sampai dan harus naik becak untuk sampai kerumah, tapi bayarnya 12 ribu, uang mbah sisa Cuma empat ribu saja nak, tadi niket juga dibelikan sama orang” sendu ia berkata sambil mengusap air mata dengan kerudung tua yang menempel dikepalanya.
Hati siapa yang tidak miris?? Seorang nenek berusia 79 th Berangkat ke Surabaya sendirian untuk mengobati diri sendiri. Terhujam rasa hatiku..perih..
” Mbah, ini ada sedikit ongkos buat naik becak” kataku sambil mengulurkan tangan kearah mbah, hal ini dilihat Yona yang langsung sigap membantu simbah untuk memasukkan uang pemberianku kedalam tasnya
” Ditaroh yang dalem nggeh mbah, jangan sampai jatuh uangnya” kata Yona pelan, Simbah manggut-mangut sambil menitikan air mata, lagi..
Pembicaraan aku teruskan, sambil sedikit bertanya tentang kehidupan simbah di jombang.
” Nama simbah sinten?”
” Nami kulo Sarbi’ah, kalo mau kerumah, mudah, bilang saja rumahnya Nur, yang kerja di hongkong”
“loh, ko Hongkong? Simbah sendiri dong?” tanyaku ingin tahu
” Iya nak, anaknya simbah ada 2 yang 1 meninggal sakit. Tinggal 1 mau kerja kehongkong, tiap bulan kirim uang ke mbah lewat pamannya, tapi ya itu, setiap mbah butuh uang, pamannya tidak mau kasih uang. Selalu saja marah-marah sambil membanting-banting barang” ceritanya nanar
Aku dan yona terdiam, tak ada kata-kata diantara kami..
Tak lama, seorang bapak muda yang sedari tadi duduk dibangku tepat dihadapan kami sepertinya mengamati diam-diam apa yang sedang menimpa sang nenek, dia bangkit dari tempat duduknya, kemudian memberikan lembaran uang berwarna biru yang dilipat kecil ketangan simbah sambil tersenyum dan beranjak pergi meninggalkan kami yang masih tak percaya. Alhamdulillah…

Yona yang tanggap langsung membantu lagi simbah untuk memasukkan uang yang baru saja diterima dari bapak tadi, ” Disimpan yang benar mbah, buat keperluan mendatang” bisiknya sambil sibuk membantu membuka retsleting tas plastic kumuh milik simbah. Astagfirullah…

Simbah cerita, rumahnya tak jauh dari pondok pesantren tebu ireng yang besar dibawah nama Almarhum kyai Gusdur. Katanya, disela-sela kesendiriannya, ketika simbah sakit beberapa santri dari tebu ireng suka menemani simbah tak jarang pula membagi makanan sekedarnya untuk mengisi perut simbah, mengingat simbah Cuma bisa makan nasi 8 sendok dipagi hari dan 4 sendok nasi di sore hari, simbah tak keberatan makanannya dimakan bersama dengan santri lain. MasyaAllah…

Simbah memang sengaja ke Surabaya untuk berobat, karena untuk mencapai puskesmas terdekat di kotanya memerlukan biaya setidaknya Rp.20.000 untuk sekali jalan naik becak, memilih naik kereta karena tiket kereta hanya Rp.3.500 rupiah, sementara di RSUD mendapatkan obat yang maksimal. Sempat aku terheran mengapa simbah berada di St. Wonokromo, padahal dari RSUD lebih dekat dengan st. Gubeng, simbah bilang tiket sudah habis, makanya simbah jalan kaki menuju st. Wonokromo. Ya Allah….jauh itu jaraknya. Aku tahu betul apalagi untuk usia simbah.
Cerita terpaksa usai, ketika KA penataran yang ditunggu datang, saya berpamitan, Yona memberikan uang pas sebesar dua belas ribu rupiah untuk ongkos simbah naik becak, takut-takut dijalan dibohongi orang dan uangnya jatuh, sambil berpesan kepada simbah agar hati-hati, meminta maaf karena dirinya belum bekerja, hanya tersisa sedikit uang saku untuk ongkos simbah. Yona paling lama berpamitan, airmatanya meleleh mencerminkan kekhawatiran yang luar biasanya untuk simbah.
***

Allah memang tidak pernah tidur, yang dilangit dan dibumi semuanya meliputi Kuasa-Nya.
Aku yakin, semua yang ada didunia ini tidaklah terjadi tanpa sepengetahuan Allah. Kita ini hanya boneka-Nya yang sedang sejenak hinggap diraga yang dipinjami oleh-Nya dan mengikuti aturan main yang berlaku. Jika Allah sudah berkehendak maka dengan kehendak-Nya kita hanya boleh mengikuti tanpa boleh protes dan melawan. Ya Rabb.. betapa miskinnya kami ini tanpa cinta dan kasih-Mu
Ya Muhaimin…

 

 

M/A/K/L/U/M

Halo warga Rumpierss??

Hari ini, aku lagi kepengen nulis tentang sebuah hikmah dari sebuah kejadian yang akhir-akhir ini sering terjadi disekitar kita. Hal sepele yang ternyata kalo dibahas menjnadi lebih sepele lagi lagi loh..

Tentang sikap maklum. Sebenarnya apa sih maklum itu?? Kalo boleh aku mengartikan dengan sedikit mengarang indah, maka “maklum adalah sebuah keadaan psikologis seseorang untuk dapat menerima keadaan orang lain “.

Bukan terkadang namun selalu, maklum itu menjadi sebuah keadaan yang menuntut orang untuk egois, karena kebanyakan orang ingin selalu dirinya “bisa” dimaklumi oleh orang lain sedangkan untuk “memaklumi” orang lain menjadi berat sekali.

Ada sedikit cerita berkasus yang lagi hangat-hangat kuku(karena baru saja terjadi).

 Seseorang sebut saja si-A yang –sebenarnya- ditanya baik-baik oleh temanku karena melihat ada yang sedikit tidak “beres” dengan keadaan kantor, ternyata si-A yang ditanya ini, rupanya memiliki dedikasi yang sangat tinggi terhadap kantor hingga mencari si-X yang tertuduh  dengan bergegas dan dengan emosi bertegangan tinggi. Si-X yang merasa dituduh dan ditantang (ternyata si-A datang langsung menantang menghampiri si –X dengan nada menantang) datang keruang kantor sambil marah-marah, bersamaan dengan si-A, hampir jotos-jotosan  juga, menjadi tegang. Sebentar saja rame se-isi ruangan kantor menahan emosi.  Saling menuduh siapa yang palling salah dari yang salah.

Begitulah jika semua menjadi emosi karena masing-masing tidak ada maklum untuk keadaan mereka berdua, yang satu merasa tertuduh, jika saja ada maklum diantara keduanya pasti pertengkaran “jotos-jotosan” tersebut tidak akan terjadi. Andai ada maklum salah paham tidak berakhir dengan emosi berlebih. Karena mungkin saat si –X merasa tertegur oleh si-A -yang memang menegur berlebihan- langsung emosinya memuncak.

Intinya, maklum adalah kata kunci kedamaian, tapi siapa sih yang bisa maklum ketika emosi sudah diubun-ubun? Jawabannya ya… tentu orang-orang yang merasa dirinya lemah. Jadi ketika salah paham mulai menjangkit, seharusnya kita tersadar bahwa dengan banyak memaklumi orang dan diri sendiri kita bisa terhindar dari berbagai “masalah” yang ditimbulkan dari berbagai macam “asal-muasal emosi”.

Coba jika si-X maklum dengan keadaan si-A yang merasa bertanggung jawab dengan kantor, pasti si-X lebih berlapang dada  coba jika si-A yang juga maklum dengan keadaan si-X yang datang hanya beberapa kali kekantor tapi jadi tertuduh.

Seharusnya, kita semua bisa maklum dengan keadaan diri sendiri dan keadaan orang lain, pastinya kita bisa dong belajar untuk tidak menjadi egois.

Salam,

DD hidayanti

Sukhoi ooh.. Sukhoi…

google

Hai hai hai.. lama tak berjumpa yaah.. lama sekali rasanya saya tidak berkunjung kesini, kangeen banget rasanya sama kehangatan warga rumpiers.. huheuehue…

 

Akhir-akhir ini, berita tentang sukhoi bikin hati jedag-jedug, setiap hari saya mengikuti tentang perkembangan evakuasi tragedi sukhoi, pasti beberapa teman yang sudah mengenal saya( iya, cuma yang mengenal dan pernah tahu saya) pasti langsung keingetan, wah gimana yah? kok bisa ada tragedi sukhoi? de el el.. berangkat dari situ, saya jadi sedikit tidak tenang apalagi sekian lama diikuti berita sukhoi semakin menjadi-jadi, semua orang ikut-ikutan sumbang wicara, bahkan media menggembor-gemborkan hingga terkesan menyudutkan Rusia, sedih sekali rasanya,.. kenapa begini?? hiks.. berikut ini ada tulisan yang dibuat oleh seorang sahabatku seorang dosen psikologi di universitas negeri di Surabaya, tentang Sukhoi. Berikut kutipannya : 

 

“Ini adalah tulisan saya di blog http://ardinov.com/?p=187 beberapa hari yang lalu. Atas permintaan beberapa teman, maka tidak ada salahnya juga di post juga disini, agar ada sedikit perbedaan sudut pandang terkait wacana pemberitaan media atas kecelakaan pesawat ini.

Akhir-akhir ini headline dan media massa nasional disibukkan dengan kejadian yang menimpa pesawat Sukhoi Superjet 100. Beberapa stasiun televisi bahkan menayangkan Breaking News nonstop selama beberapa hari. Tak ada kecelakaan yang tidak tragis. Tidak ada maut yang tidak mengundang air mata. Kehilangan nyawa dari keluarga korban sebagaimanapun bentuk kematiannya tak akan pernah dapat diganti nilainya dengan uang atau apapun.

 

Namun dinamika pemberitaan media massa nasional nampaknya juga cukup menarik dicermati. Angle beberapa media massa sering kali terlampau menyudutkan negara asal pesawat. Efeknya kemudian bukan pada negara asal produsen pesawatnya saja, namun bagi sebagian orang awam adalah judge dan stereotype yang berlebihan terhadap orang-orang negeri beruang merah tersebut. Apalagi sejarah yang dibuat oleh penguasa Indonesia di era tertentu mempunyai catatan kelabu dengan negara yang mayoritas didominasi Ras Slavic tersebut. Jadilah kemudian berita semakin buruk dan dramatis. Penelitian yang dilakukan oleh Chip Heath di Universitas Chicago pada tahun 1996 menunjukkan hal yang menarik. Informasi ekstrem akan diserap tergantung pada preferensi yang kongruen terhadap value seseorang terhadap obyek tersebut, sehingga jika value kita terhadap sesuatu sudah terlanjur buruk, maka kita akan cenderung percaya terhadap segala informasi buruk terhadap obyek tersebut. Apapun stereotype sebagian masyarakat kita terhadap Orang Rusia kurang lebih masih sama dengan stigma yang dilekatkan oleh penguasa di jaman orde baru.

 

Apa yang saya tulis tak terkait dengan nasionalisme dan bisnis pesawat. Saya hanya tertarik untuk mencermati psikologi masyarakat dan kesimpangsiuran berita. Pemberitaan atas apa yang terjadi pada kecelakaan pesawat tersebut bisa dibilang membingungkan dan bertendensi menyudutkan mulai dari : 1) Pemberitaan pilot yang ditemukan bertubuh utuh dan berparasut yang arahnya kemudian adalah dugaan pilot melompat tak bertanggung jawab meninggalkan penumpang, 2) pesawat rusia yang berteknologi jadul karena ELT tak bisa dilacak dan masih menggunakan frekuensi lama, 3) MCS rusia yang bemental tape, merepotkan, dan seenaknya, 4) sampai soal blackbox yang diusulkan untuk dibuka di Rusia yang heboh diberitakan.

 

Soal Black Box, tak ada yang pernah tahu apa yang terjadi pada saat tim Rusia menawarkan bantuan untuk membuka Black Box kepada Indonesia. Tawaran ditolak oleh pihak Indonesia. Toh pihak Rusia pun tak memaksa dan menerima, tapi keesokan harinya media massa Indonesia menjadi ramai dengan headline tersebut. Beberapa judul Koran menuliskan “Indonesia menolak tegas Blackbox dibuka di Rusia”. Judul menunjukkan heroisme. Orang kemudian digiring pada opini dan asumsi bahwa akan ada manipulasi data dari pihak Rusia jika dibawa ke tempat pembuat Sukhoi ini. Orang kemudian lupa Black box pesawat Boeing buatan Amerika ketika terjadi tragedi Adam Air yang jatuh 1 januari 2007 itu juga dibuka di Amerika. Siapa yang tahu jika Rusia bisa saja menawarkan pembukaan Blackbox tersebut sebatas pada loncatan ide atau obrolan di tengah makan malam saja. Disinilah pikiran saya jadi meloncat dengan apa yang dikatakan oleh Jean Baudrillard. Dia pernah dengan ekstrem mengatakan, “bisa jadi perang Iraq tahun 1991 hanyalah realitas yang dilebih-lebihkan, dia hanya terjadi di satu tempat dan tak terjadi di semua tempat di Iraq, namun media mengambil angle yang seolah-olah hal tersebut adalah perang heroik Amerika yang terjadi di seluruh Iraq”.

 

Saya jadi teringat lagi berita beberapa tahun yang lalu. Adakah dulu Koran nasional juga berkomentar sama pedasnya soal kecelakaan Airbus A330 Air France pada tahun 2009 atau soal seringnya kecelakaan pada pesawat Boeing 737-200? Tentu tidak, karena magnitude dan kepentingannya tak sampai terasa disini. Saya juga tiba-tiba teringat soal berita tahun 2002 soal meninggalnya pekerja AS di Freeport. Agen-agen amerika sampai melakukan investigasi di Indonesia. Adakah waktu itu TNI dan Koran nasional bersuara lantang layaknya sekarang? Tentu tidak, karena Indonesia secara politis memang tak berdaya dengan negara adidaya tersebut. Ketergantungan Indonesia secara politis terhadap Amerika jauh lebih besar dibandingkan ketergantungan Indonesia terhadap Rusia. Thus ini lebih dari urusan interest dan angle yang dipilih oleh media.

 

Sthriving for Superiority

Apapun, berita sinisme dan ejekan yang saat ini gencar plus sebagian masyarakat kita yang ikutan sinis adalah dikarenakan sthriving for superiority. Baik Indonesia dan Rusia mempunyai kecenderungan ingin menunjukkan diri sebagai bangsa yang tak kalah dengan bangsa lain. Rusia ingin memperlihatkan bahwa dirinya tak kalah dengan Eropa Barat dan Amerika. Jatuhnya pesawat yang menjadi simbol kebanggaan dan kebangkitan Bangsa Slavic pasca jatuhnya USSR ini otomatis membuat mereka gelagapan, kelimpungan, dan tak ingin kehilangan muka.

 

Indonesia sendiri juga mengalami hal yang sama. Ini adalah saat Indonesia menunjukkan superioritasnya terhadap dominasi Barat. Kesempatan tersebut hanya ada jika kita sendiri tak punya banyak ketergantungan terhadap bangsa tersebut. Rusia adalah jawaban yang tepat di saat sekarang. Satu sisi, bangsa kita seringkali tak punya posisi tawar dalam berdiplomasi ketika dihadapkan oleh kepentingan barat. Diplomasi luar negeri kita seringkali terlihat inferior. Sebenarnya, seperti kata Adler, sense of inferiority itulah yang kemudian menjadi pendorong bagi kemajuan, namun dalam konteks dan kadar pengalaman tertentu inferiority justru dapat menyebabkan inferiority complex atau superiority complex.

 

Bisa jadi hal tersebut terjadi pada bangsa kita. Kita memang patut berbangga dan memberi apresiasi melihat Basarnas mampu untuk menjelajahi Gunung Salak dan kompak dalam menginvestigasi korban. Rusia yang kalang kabut untuk segera menginvestigasi produk yang dianggap kebangkitan industri dirgantaranya dan yang juga warga negaranya ikut menjadi korban, malah justru membuat kita muak dan dianggap sebagai pengganggu. Namun bisa jadi ini bukan soal mereka mengganggu atau tidak. Ini adalah masalah sthriving for superiority yang diperebutkan oleh kedua Negara.

Prestasi mengevakuasi korban dengan tangan kita sendiri tentunya akan lebih membanggakan, dibandingkan prestasi yang sudah dicampuri oleh kelompok lain. Menjadi juara satu sendirian, seringkali lebih membanggakan dibandingkan juara satu rame-rame. Padahal ini bukan kompetisi, ini adalah misi evakuasi. Oleh karenanya, Koran nasional begitu heboh menyindir 2 tim SAR Rusia yang kelelahan dan balik kandang ketika akan menjelajah Gunung Salak. Padahal kenyataannya yang pulang bukanlah anggota SAR/MCS Russia, namun adalah wartawan dan seorang ahli investigasi dari fabrikan Sukhoi. Ejekan muncul disana-sini, tak peduli bahwa mereka sebenarnya juga berhak untuk terlibat. Sense of humanity kadang seringkali dilupakan bahkan dalam misi kemanusiaan, justru yang lebih terasa disini adalah tarik-menarik kepentingan untuk urusan harga diri dan menunjukkan siapa yang paling hebat.

 

Good news doesn’t sell newspapers

Lepas dari urusan harga diri, tiba-tiba saya jadi teringat penelitian yang dilakukan oleh The Pew Research Center for the People & the Press di Amerika Serikat tentang pemberitaan Media Massa dari tahun 1985 hingga tahun 2011. Disana ditemukan bahwa 66 persen responden menyadari bahwa berita yang ada dalam media massa di amerika serikat seringkali tidak akurat. 77 persen juga mengatakan berita seringkali berat sebelah.

 

Konon memang berita buruk lebih laku dijual. Good news doesn’t sell newspapers. Dan apapun inilah konsekuensi dari kapitalisme dan kebebasan media. Bisnis media mau tidak mau menyebabkan kita menjadi korban eksploitasi tragedi. Benar atau tidaknya informasi bukan jadi yang utama. Yang terpenting adalah profit dari berita bombastis dan rating media yang naik. Lain hal, kita tak pernah tahu media itu berpihak pada kepentingan yang mana. Perilaku pembaca bisa jadi tak salah, karena mereka hanyalah hasil giringan opini dari media massa. Karakteristik masyarakat sedikit banyak media yang kurang lebih ikut berperan.

 

Masyarakat terlampau banyak dicekoki dengan berita prematur. Akhirnya kemudian lahirlah masyarakat yang penuh prejudiced, gemar mengutuk-ngutuk, dan tak utuh dalam membuat sebuah kesimpulan. Media juga terlalu menghadirkan efek dramatis dan hiperbolik dalam menginformasikan berita. Responden yang jelas-jelas sudah sedih, masih dipaksa lagi untuk bercerita tentang perasaannya. Tragedi yang memang pada hakikatnya pilu masih ditambah lagi ketragisannya dengan efek-efek gambar dan musik montase yang diputar hampir 24 jam. Tangisan yang ditampilkan itu bukan lagi untuk menumbuhkan empati tapi soal eksploitasi. Masyarakat dipaksa tenggelam dalam dunia simulacrum yang dibuat oleh media. Realitas asli kemudian dibuat sedemikian rupa hingga dramatis, dengan tangisan, slow motion dan gambar montase. Benar ini dapat menumbuhkan kesadaran bagi yang melihatnya, tapi dalam kadar tertentu ini justru mengakibatkan rendahnya resiliensi keluarga dalam menghadapi tragika. Mereka yang seharusnya mempunyai daya tahan psikologi yang kuat, bisa jadi jadi justru menjadi lemah dan panik gara-gara efek pemberitaan media yang terlalu berlebihan.

 

Yang paling ironis kemudian beberapa orang disekitar saya mulai terpancing dan memunculkan sentimen lama yang tak ada hubungannya dengan urusan pesawat. Mereka mengutuk-ngutuk, “dasar komunis ndak tanggung jawab!”, “Dasar Rusia yang seenaknya keras kepala!”. Walau saya paham Sukhoi itu memang satu dari kebanggaan bangsa Slavic, tapi saya sendiri juga tak pernah ada urusan dengan bisnis Sukhoi. Hanya entahlah tiba-tiba saja saya jadi ingat dengan teman-teman Slavic saya yang pernah menolong saya di Rusia. Ingat dosen saya disana yang begitu baik dan suportif sampai-sampai pernah memberikan sekarung kentang buat saya. Tak tega rasanya jika kemudian main hantam kromo begitu saja.

 

Saya pernah jadi korban pengeroyokan dengan alasan rasisme di Rusia. Saya juga pernah mengalami hidup yang berat di Rusia, tapi itu semua tak membuat saya membenci orang Rusia. Rasisme itu bukan hanya ada disana. Rasisme ada dimana-mana termasuk di Indonesia. Banyak diantara mereka yang jauh dari apa yang dikatakan sebagai setan komunis atau orang yang tidak bertanggung jawab. Ini bukan masalah ras atau ideologi. Lepas dari apapun kebangsaannya mereka adalah manusia yang sama seperti kita. Mereka bukan setan dan tak semuanya arogan.

Sedikit meloncat, saya juga kemudian jadi berpikir kenapa juga media tak pernah membuat montase yang sama dramatisnya dengan intensitas siaran yang sama sebagaimana pemberitaan sukhoi terkait dengan penderita gizi buruk di Indonesia yang jumlahnya mencapai 4 persen dari 23 juta balita Indonesia atau sekitar 900 ribu anak. Tidak ada asuransi sebesar 50.000 USD buat mereka lho, juga tidak ada asuransi dari pemerintah sebesar 50 juta per kepala.

Sekali lagi tulisan ini tak ada urusan dengan bisnis Sukhoi. Bisnis biarlah diselesaikan pada pihak yang berbisnis. Terakhir semoga hasil investigasi dapat memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya kepada semua pihak.”

 

Well, semoga warga rumpiers dan warga indonesia lainnya tidak mudah terpprovokasi dan terdoktrinisasi melallui media yang menulis headline seenak jiwa hingga sengaja atau tidak, malah merasa dirugikan dengan sudut pandang yang menyudutkan satu sisi.

 Salam hangat,

 

 

Dd Hidayanti

THE_MEET (D.E.M.I.T) klinting klinting

google

Hmmm… sebenernya notes ini dibuat karenamau curcol aja sih, abis.. merinding mulu..

Udah hampir 4 harian ini perasaantiba-tiba menjadi super sensi. Sensi disini bukan marah-marah (selain itu juga loh), saya sering merinding, merinding disco kata Raditya Dika. Dari yang cuma diusilin dikantor yang file-file suka mendadak GHAIB. Sampe didatengin kucing jejadian, di kantor file yang mendadak ghaib juga ada kisahnya. Gimana dibilang ga Ghaib coba? file yang bolak balik aku rapihin mendadak ga ada kalo lagi dibutuhin. Tapi begitu ga diutuhin itu file bisa ber-copy-copy di setiap sudut. Padahal saat mencarinya saya tenang, setenang ketika saya jumpalitan diatas jendela kamar jika sedang pengen eksis. Juga kalo panik sudah jelas pasti ga bakal ketemu, sampe temen sekantor ikut cari file itu. Heboh banget! Akhirnya tetep aja jalan pintasnya print lagi di softcopynya. Dan itu terjadi sudah 3 kali ini. (BOROZ BOZ)

Belakangan ini, entah mengapa tiap abis magrib entah kenapa ko perasaan was-was selalu ada, padahal perasaan was-was kan memang timbulnya dari setan. “yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”–An-Nas 5. Termasuk rasa was-was itu juga. Tapi yawes gapapa, obat untuk orang ketakutan yang paling manjur adalah melawan rasa takut itu sendiri. Termasuk rasa takut ketika melihat sekelebat bayangan putih seliweran lewat mondar mandir. (Awalnya sih aku pikir halusinasi, tapi kok badanku merinding disco terus).

Pernah ada teman baik saya, seorang senior lulusan Rusia yang bilang, manusia itu memiliki semcam signal dengan 2 jenis yang alami. Semacam Respon tubuh gitu. Saat kita akan mendapat kejahatan atau bahaya yang berasal dari manusia, maka rasa takut dan gemetar akan dirasakan seluruh tubuh, kadang kalo kelewat sensi maka perasaan tidak nyaman akan semakin kuat seolah mengajak manusia itu sendiri untuk menghindar. Sedang signal ke dua berasal dari mahkluk alam lain, dimana si penerima respon akan merasa tidak nyaman dan merinding sekitar bulu roma(siapa sih yang buat istilah bulu roma! kenapa ga bulu argentina atau bulu russia aja yah?)

Terlepas dari itu semua, dari ilmu psikologi juga ada loh kaitannya, bisa dibilang telepati. Begini, ilmiahnya “Telepati dipercaya melibatkan fisiologis tubuh. Tidak semata-mata pikiran yang bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang menyampaikan sebuah informasi telepatik kepada orang lain, terjadi perubahan fisiologis dalam diri pengirim. Pada saat seorang pengirim pesan diminta berkonsentrasi memikirkan penerima pesan, respon kulit galvanik atau GSR, yang merupakan detektor alamiah terhadap stres psikologis dalam diri seseorang, meningkat. Pada saat relaks, GSR-nya kembali menurun dan..Bla–bla bla blaaaa… Jyeder! Bedanya, kalo dalam teory kan penerima disuruh konsentrasi, biasanya, saat orang dalam konsentrasi tinggi misalnya dalam keadaan nyetir, jalan sendirian dan aktivitas lain. Maka respon dari pengirim akan tersampaikan, beda lagi kalo orang yang di tuju pikiranya glambyar, jadinya bakalan kena misalnya hipnotis, atau sejenisnya termasuk gendam yang juga masuk katagory hipnosis sesat.

Intinya ketika seseorang memiliki niat buruk kepada orang lain, otomatis pesan akan tersampaikan dari pikiran manusia yang menjadi korbannya. Dimana manusia adalah mahluk yang memiliki ion-ion yang bermuatan listrik walaupun sangat kecil sekali, kurang lebih sekitar 0.5 mA. Tetep aja ada muatan listriknya, karena aliran darah dari manusia kan mengalir dari gesekan itulah manusia manusia menjadi mahluk hidup (HADOH! takut salah nie!) pokoknya.. itu deh! gyubrak#jatuh dari kursi dengan memukau#

Nah.. untuk ilmiahnya ngawur bin ngaco tapi ga ngaco-ngaco amat cukup sekian karena tiba-tiba hidung saya mau mimisan. Hahaha.

Terus..Terus…

Iseng saya yang sedang merinding disco ini [ah, ganti dulu, takut dibilang ngambil hak patennya Raditya Dika, mulai sekarang di ganti Merinding dangdut. Karena saya suka dangdut. Halaaah] Tiba-tiba ingin sekali membaca buku mengenai rukyah syariah yang saya beli di toko buku gramed*a bulan lalu [Baru sempet di baca euy]. Di halaman belakang ada kisah nyata yang menurut saya, sangat menarik. Maka diantara perasaan berkecamuk, merinding dangdut dan penasaran, akhirnya saya memutuskan untuk membacanya. Saya sih berpikir. Ah.. cemen sekali kalo sampe sama beginian aja takut. Bener juga. waktu baca buku itu udah jam 23.00 malam, bener-bener merinding dangdut koplo jadinya. Jadi bersensasi malamku, jumat kemaren. [saat itu saya bener-bener ga tau kalo hari jumat kemaren adalah jumat legi, yang kata orang bernuansa BISTIK, eh salah.. MISTIK maksud saya], akhirnya sukses saya tidur dengan perasaan dan mimpi yang mencekam semalaman. Tapi dunia nyata saya, tetap terkendali. Tandanya masih masuk level “AMAN”.

Hari sabtu malam, saya pulang ke kota saya, FYI rumah nenek saya berada di tanah miliknya yang berukuran 1 Hektar memanjang ke belakang. Ditanah bekas sawah itu dibangunlah sebuah rumah panggung yang RSSSS… disekitarnya ada beberapa pohon besar dan tua diantaranya, NANGKA, SAWO, MANGGA, KEDONDONG, JUWET, dan KELAPA, sebetulnya ini rumah apa taman bibit sih? @_@

Jadi rumah saya kesannya angker. Banyak orang suka dijailin disitu, apalagi kata orang tanah tempat rumah nenek jaman dulunya adalah makam China. Bisa jadi, Makam yang sudah berpuluh-puluh atau bahkan ratusan tahun itu ketika dipindah ga semuanya terpindahkan. Jadinya beberapa “tamu” suka usil. Dari tukang bebek yang nyewa lahan dibelakang rumah yang cerita kalo malam-malam dia didatangi sekumpulan orang bnerpakaian seperti jaman majapait [ini tukang bebek sepertinya fans berat sinetron brama kumbara], membawa obor dan arit datang beramai-ramai sambil ngancam akan di ambil jika tidak membersihkan bekas kotoran bebek disekitarnya [sepertinya emang salah si tukang bebek yang jorok dan malas]. Juga cerita lain, saat temen bapak sedang tidur di rumah-rumahan[maksudnya gubuk derita yang dibangun sendiri sementara di belakang rumah] ditemani oleh seekor ular hitam sebesar badan manusia. Tapi saat diberi penerangan ular tersebut panjangnya hanya sampai ujung kaki teman bapak tadi. Langsung lari terbirit-birit sampe pingsan didepan rumah.

Nah.. kali ini ceritaku, [sialan, saya yang punya rumah malah kena]
Sabtu malam, saya datang kerumah ibu mertua untuk membicarakan *TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT*, maaf sensor. jam 9 malam, saat berjalan dibawah pohon kedondong, tiba-tiba saya dikagetkan dengan suara kucing dari atas pohon. Wah ternyata Noska. Kucing belang tiga kesayanganku kehujanan diatas pohon. Langsung saja saya ambil tanpa pikir panjang, entah ada yang janggal dengan noska malam itu. Ia terlihat sangat ketakutan dengan mata yang sangat besar dan melotot janggal. Saya sempat curiga ii bukan noska, karena Noska tidak pernah nangis seperti itu. Tapi saya buang prasangka saya sambil mengelus dan menggendong.

Meski sempat tertunda tetap akhirnya saya berangkat kerumah mertua.
Malamnya ketika pulang kerumah jam sudah menunjukkan pukul 22.30 [hmm kenapa setiap jam seginian yak?] Saya panggil nama Noska dan ia menghamppiri. Benar-benar seperti noska meski saya bener-bener curiga ini bukan noska. Sampai saya ajak masuk kekamar sambil saya bacakan ayat kursi didepan wajahnya, juga An-Nas, sempat Noska terdiam dan memandang saya dengan aneh. Akhirnya saya pegang tangan dan kakinya karena takut tiba-tiba dia menyerang. ternyata wajahnya didekatkan ke saya dan “ndusel” manja. Fiuh.. ternyata kucing biasa… bukan jejaden.

Besok paginya, Aang(kakakku) bilang, semalam noska tidur di warnet sama adek-adeknya. Yang lebih meyakinkan, aang nini dan aki memang dengar suara kucing teriak kencang dan kami smua menyangka memang Noska. Ternyata. BUKAN!!! Karena Aang lihat Noska di warung depan. Dan yang didepan rumah Nini (nenek) adalah kucing lain. Badanku gemetaran seketika. Saat esok harinya saya cari, kucing itu sudah tidak muncul lagi. Saya ingat memang ternyata sangat beda meski mirip.

Minggu malam, aku sempat ngobrol sama seorang santri senior yang geletakan di warung rumahku[beberapa ustad dan santri memang tinggal ditanah milik Nini, bagunan kosong yang tadinya gudang dijadikan warung mie instan oleh ustad dan santri tersebut],

Santri Jem bilang, : “kayaknya kamu disenengi sama demit deh”
Dinda : “Enak aja! Enggalah”
Santri Jem : “iyha wong katanya waktu di Rusia suka praktek perdukunan”
Dinda : “Enak aja! fitnah! siapa bilang gitu?” sambil makan gerry chololatoz
Santri Jem : “wong ibumu sendiri bilang” katanya sambil mlintirin jenggot kambingnya
Dinda :”mulai lagi mamahku mengarang indah”
Santri jem : “Wong jumat kemaren yo jumat legi” katanya sambil garuk garuk kaki
Dinda :”laaaaaaaaah! apa hubungannya? bukanya kata orang jawa jumat kliwon yang serem!”
Santri Jem : “itu di jawatengah, kalo jawa timur jumat legi”
Dinda : “hmmmmmm” sambil mikir, ko bisa beda yah?
Santri Jem : “temenku pernah jaga kuburan orang yang meninggal jumat legi dan slasa kliwon, katanya santri yang pertama ga keliatan apa-apa tapi yang kedua diliatin penampakan pocong dan arek wedok rambutnya sampe tanah”
Dinda : [ndumel di hati] “sialan, tambah merinding aja nih saya!”
Santri Jem : “ya demite seneng karo kowe… makane di tutke”[Demitnya suka kamu makanya di ikutin]

Aaaaaaaaaaaaaaah……….

Entahlah, sampai kapan kejanggalan ini akan berakhir..

#baca doa pagi petang

Hmmm… sebenernya notes ini dibuat karenamau curcol aja sih, abis.. merinding mulu..

Udah hampir 4 harian ini perasaantiba-tiba menjadi super sensi. Sensi disini bukan marah-marah (selain itu juga loh), saya sering merinding, merinding disco kata Raditya Dika. Dari yang cuma diusilin dikantor yang file-file suka mendadak GHAIB. Sampe didatengin kucing jejadian, di kantor file yang mendadak ghaib juga ada kisahnya. Gimana dibilang ga Ghaib coba? file yang bolak balik aku rapihin mendadak ga ada kalo lagi dibutuhin. Tapi begitu ga diutuhin itu file bisa ber-copy-copy di setiap sudut. Padahal saat mencarinya saya tenang, setenang ketika saya jumpalitan diatas jendela kamar jika sedang pengen eksis. Juga kalo panik sudah jelas pasti ga bakal ketemu, sampe temen sekantor ikut cari file itu. Heboh banget! Akhirnya tetep aja jalan pintasnya print lagi di softcopynya. Dan itu terjadi sudah 3 kali ini. (BOROZ BOZ)

Belakangan ini, entah mengapa tiap abis magrib entah kenapa ko perasaan was-was selalu ada, padahal perasaan was-was kan memang timbulnya dari setan. “yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”–An-Nas 5. Termasuk rasa was-was itu juga. Tapi yawes gapapa, obat untuk orang ketakutan yang paling manjur adalah melawan rasa takut itu sendiri. Termasuk rasa takut ketika melihat sekelebat bayangan putih seliweran lewat mondar mandir. (Awalnya sih aku pikir halusinasi, tapi kok badanku merinding disco terus).

Pernah ada teman baik saya, seorang senior lulusan Rusia yang bilang, manusia itu memiliki semcam signal dengan 2 jenis yang alami. Semacam Respon tubuh gitu. Saat kita akan mendapat kejahatan atau bahaya yang berasal dari manusia, maka rasa takut dan gemetar akan dirasakan seluruh tubuh, kadang kalo kelewat sensi maka perasaan tidak nyaman akan semakin kuat seolah mengajak manusia itu sendiri untuk menghindar. Sedang signal ke dua berasal dari mahkluk alam lain, dimana si penerima respon akan merasa tidak nyaman dan merinding sekitar bulu roma(siapa sih yang buat istilah bulu roma! kenapa ga bulu argentina atau bulu russia aja yah?)

Terlepas dari itu semua, dari ilmu psikologi juga ada loh kaitannya, bisa dibilang telepati. Begini, ilmiahnya “Telepati dipercaya melibatkan fisiologis tubuh. Tidak semata-mata pikiran yang bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang menyampaikan sebuah informasi telepatik kepada orang lain, terjadi perubahan fisiologis dalam diri pengirim. Pada saat seorang pengirim pesan diminta berkonsentrasi memikirkan penerima pesan, respon kulit galvanik atau GSR, yang merupakan detektor alamiah terhadap stres psikologis dalam diri seseorang, meningkat. Pada saat relaks, GSR-nya kembali menurun dan..Bla–bla bla blaaaa… Jyeder! Bedanya, kalo dalam teory kan penerima disuruh konsentrasi, biasanya, saat orang dalam konsentrasi tinggi misalnya dalam keadaan nyetir, jalan sendirian dan aktivitas lain. Maka respon dari pengirim akan tersampaikan, beda lagi kalo orang yang di tuju pikiranya glambyar, jadinya bakalan kena misalnya hipnotis, atau sejenisnya termasuk gendam yang juga masuk katagory hipnosis sesat.

Intinya ketika seseorang memiliki niat buruk kepada orang lain, otomatis pesan akan tersampaikan dari pikiran manusia yang menjadi korbannya. Dimana manusia adalah mahluk yang memiliki ion-ion yang bermuatan listrik walaupun sangat kecil sekali, kurang lebih sekitar 0.5 mA. Tetep aja ada muatan listriknya, karena aliran darah dari manusia kan mengalir dari gesekan itulah manusia manusia menjadi mahluk hidup (HADOH! takut salah nie!) pokoknya.. itu deh! gyubrak#jatuh dari kursi dengan memukau#

Nah.. untuk ilmiahnya ngawur bin ngaco tapi ga ngaco-ngaco amat cukup sekian karena tiba-tiba hidung saya mau mimisan. Hahaha.

Terus..Terus…

Iseng saya yang sedang merinding disco ini [ah, ganti dulu, takut dibilang ngambil hak patennya Raditya Dika, mulai sekarang di ganti Merinding dangdut. Karena saya suka dangdut. Halaaah] Tiba-tiba ingin sekali membaca buku mengenai rukyah syariah yang saya beli di toko buku gramed*a bulan lalu [Baru sempet di baca euy]. Di halaman belakang ada kisah nyata yang menurut saya, sangat menarik. Maka diantara perasaan berkecamuk, merinding dangdut dan penasaran, akhirnya saya memutuskan untuk membacanya. Saya sih berpikir. Ah.. cemen sekali kalo sampe sama beginian aja takut. Bener juga. waktu baca buku itu udah jam 23.00 malam, bener-bener merinding dangdut koplo jadinya. Jadi bersensasi malamku, jumat kemaren. [saat itu saya bener-bener ga tau kalo hari jumat kemaren adalah jumat legi, yang kata orang bernuansa BISTIK, eh salah.. MISTIK maksud saya], akhirnya sukses saya tidur dengan perasaan dan mimpi yang mencekam semalaman. Tapi dunia nyata saya, tetap terkendali. Tandanya masih masuk level “AMAN”.

Hari sabtu malam, saya pulang ke kota saya, FYI rumah nenek saya berada di tanah miliknya yang berukuran 1 Hektar memanjang ke belakang. Ditanah bekas sawah itu dibangunlah sebuah rumah panggung yang RSSSS… disekitarnya ada beberapa pohon besar dan tua diantaranya, NANGKA, SAWO, MANGGA, KEDONDONG, JUWET, dan KELAPA, sebetulnya ini rumah apa taman bibit sih? @_@

Jadi rumah saya kesannya angker. Banyak orang suka dijailin disitu, apalagi kata orang tanah tempat rumah nenek jaman dulunya adalah makam China. Bisa jadi, Makam yang sudah berpuluh-puluh atau bahkan ratusan tahun itu ketika dipindah ga semuanya terpindahkan. Jadinya beberapa “tamu” suka usil. Dari tukang bebek yang nyewa lahan dibelakang rumah yang cerita kalo malam-malam dia didatangi sekumpulan orang bnerpakaian seperti jaman majapait [ini tukang bebek sepertinya fans berat sinetron brama kumbara], membawa obor dan arit datang beramai-ramai sambil ngancam akan di ambil jika tidak membersihkan bekas kotoran bebek disekitarnya [sepertinya emang salah si tukang bebek yang jorok dan malas]. Juga cerita lain, saat temen bapak sedang tidur di rumah-rumahan[maksudnya gubuk derita yang dibangun sendiri sementara di belakang rumah] ditemani oleh seekor ular hitam sebesar badan manusia. Tapi saat diberi penerangan ular tersebut panjangnya hanya sampai ujung kaki teman bapak tadi. Langsung lari terbirit-birit sampe pingsan didepan rumah.

Nah.. kali ini ceritaku, [sialan, saya yang punya rumah malah kena]
Sabtu malam, saya datang kerumah ibu mertua untuk membicarakan *TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT*, maaf sensor. jam 9 malam, saat berjalan dibawah pohon kedondong, tiba-tiba saya dikagetkan dengan suara kucing dari atas pohon. Wah ternyata Noska. Kucing belang tiga kesayanganku kehujanan diatas pohon. Langsung saja saya ambil tanpa pikir panjang, entah ada yang janggal dengan noska malam itu. Ia terlihat sangat ketakutan dengan mata yang sangat besar dan melotot janggal. Saya sempat curiga ii bukan noska, karena Noska tidak pernah nangis seperti itu. Tapi saya buang prasangka saya sambil mengelus dan menggendong.

Meski sempat tertunda tetap akhirnya saya berangkat kerumah mertua.
Malamnya ketika pulang kerumah jam sudah menunjukkan pukul 22.30 [hmm kenapa setiap jam seginian yak?] Saya panggil nama Noska dan ia menghamppiri. Benar-benar seperti noska meski saya bener-bener curiga ini bukan noska. Sampai saya ajak masuk kekamar sambil saya bacakan ayat kursi didepan wajahnya, juga An-Nas, sempat Noska terdiam dan memandang saya dengan aneh. Akhirnya saya pegang tangan dan kakinya karena takut tiba-tiba dia menyerang. ternyata wajahnya didekatkan ke saya dan “ndusel” manja. Fiuh.. ternyata kucing biasa… bukan jejaden.

Besok paginya, Aang(kakakku) bilang, semalam noska tidur di warnet sama adek-adeknya. Yang lebih meyakinkan, aang nini dan aki memang dengar suara kucing teriak kencang dan kami smua menyangka memang Noska. Ternyata. BUKAN!!! Karena Aang lihat Noska di warung depan. Dan yang didepan rumah Nini (nenek) adalah kucing lain. Badanku gemetaran seketika. Saat esok harinya saya cari, kucing itu sudah tidak muncul lagi. Saya ingat memang ternyata sangat beda meski mirip.

Minggu malam, aku sempat ngobrol sama seorang santri senior yang geletakan di warung rumahku[beberapa ustad dan santri memang tinggal ditanah milik Nini, bagunan kosong yang tadinya gudang dijadikan warung mie instan oleh ustad dan santri tersebut],

Santri Jem bilang, : “kayaknya kamu disenengi sama demit deh”
Dinda : “Enak aja! Enggalah”
Santri Jem : “iyha wong katanya waktu di Rusia suka praktek perdukunan”
Dinda : “Enak aja! fitnah! siapa bilang gitu?” sambil makan gerry chololatoz
Santri Jem : “wong ibumu sendiri bilang” katanya sambil mlintirin jenggot kambingnya
Dinda :”mulai lagi mamahku mengarang indah”
Santri jem : “Wong jumat kemaren yo jumat legi” katanya sambil garuk garuk kaki
Dinda :”laaaaaaaaah! apa hubungannya? bukanya kata orang jawa jumat kliwon yang serem!”
Santri Jem : “itu di jawatengah, kalo jawa timur jumat legi”
Dinda : “hmmmmmm” sambil mikir, ko bisa beda yah?
Santri Jem : “temenku pernah jaga kuburan orang yang meninggal jumat legi dan slasa kliwon, katanya santri yang pertama ga keliatan apa-apa tapi yang kedua diliatin penampakan pocong dan arek wedok rambutnya sampe tanah”
Dinda : [ndumel di hati] “sialan, tambah merinding aja nih saya!”
Santri Jem : “ya demite seneng karo kowe… makane di tutke”[Demitnya suka kamu makanya di ikutin]

Aaaaaaaaaaaaaaah……….

Entahlah, sampai kapan kejanggalan ini akan berakhir..

#baca doa pagi petang

Antara sepanjang Jalan Krian kenangan

Kalo dibilang gue orang yang suka jalan, jawabnya IYES! That’s true! Dibilang gue orang yang sukanya nguliner, jawabannya “Oke asal ga ngasal”, yang jelas, gue bukan orang yang suka berdiam diri dirumah sambil umbah-umbah dan korah-korah. Jiwa gue ga tenang kalo gue harus diem duduk manis dirumah.

Sabtu siang ga sengaja gue punya pikdak(pikiran dadakan) mau pulang duluan ke Bangil, biasanya sih gue harus nunggu malam dulu, nunggu si Kangmasmanis pulang kerja baru nebeng pulang. Malasnya hari sabtu lalu gue ga kepikiran terbengong-bengong disurabaya tanpa melakukan apapun. Mana ujan, bechek, ga ada ojek! Eh.. ada! Ketika gue mengutarakan maksud gue untuk nitip si putih (motor gue) dipelataran parkiran kantor gue. Itupun sebetulnya dengan berat hati karena gue takut si putih diapa-apain. Uh..

Tapi setelah lega mengancam para satpam dan orang bangunan dikantor, akhirnya mereka sanggup meyakinkan gue jika siputih akan benar-benar dijaga dan dirawat dengan baik, di tenangkan ketika ia cemas, atau dihangatkan diatas kompor kalo ia merasa dingin. Ceilahhhh…

Rencana awal emang mau naik KA ke bangil, selain murah juga lebih cepat karena ga macet lumpur. Coba kalo harus naik bus terus tiba-tiba macet? Males banget! Udah bau ketek dimana-mana, belum orang ngerokok, belum lagi nanti gue mabok lagi. Huaaaa.. tapi semoga perjalanan KA tidak dihambat oleh aksi demo seperti hari hari sebelumnya. Huhuhu.
Rencana gue berubah total saat antenna “jalan-jalan” gue kena signal dari Ibud, OB dikantor yang biasanya ditindas abis oleh para bossy kantor. Nah.. gue Tanya si Ibud ini pulang kapan, dia bilang jam 12, sedang gue yang BO jam 14.00, gue pengennya sih dianterin sama motor ke stasiun wonokromo, gue ogah banget naik bemo atau angkot, rawan ama jambret (sebetulnya emang malas aja) takut orang sebemo mluntir semua palanya gara-gara liat kecantikan gue. Hyahahahaha gubrak!

Denger si Ibud pulang jam 12 kuping gue panas, rasanya gue jadi pengen ikutan pulang. Meskipun gue udah rencana pulang cepet dan dapet izin dari HRD gue. Cuma gara-gara ujan. Gue urungkan niat pulang awal, sambil nunggu ujan reda gue nulis-nulis laporan deh. Biar senen ga begitu berat kerjaan gue. Gitu ceritanya, apa cerita kamu?

Waktu ujan reda, langit emang masih tetep gelap gulita meskipun jam 14.30, awan hitam menggelantung lama sama kaya kulit gue yang ga putih-putih meski gue berendam dilautan lotion whitening berbagai merek berjam-jam. Halllah malah curcol!
Ibud ngajakin bareng, waktu itu udah jam 3an, ga mungkin juga gue bilang ke Ibud kalo gue ga jadi bareng dia, soalnya gara-gara gue juga dia jadi nunggu sampe jam 2. Waktu pulang, para bossy kembali beraksi. Tau si Ibud belum pulang, mereka nyuruh Ibud untuk ngantar surat ke rumah pasien. Padahal shift sudah terganti dengan OB yang satu lagi. Tapi dasar Bossy, ga bisa deh liat orang enak dikit. AKhirnya sukses gue dan Ibud keujanan muter Surabaya 1 jam cari alamat pasien. Sial!

Jam setengah 4 gue dan Ibud mulai cabut dari Surabaya, uajan deres ga ketulungan, sebenernya lebih enak naik bis atau KA jam berikutnya, tapi berhubung gue udah kadung janji ya, ga mungkin gue tega nyuruh Ibud sendirian. Hmmm. Walhasil dengan diguyur air ujan dari langit (Ya iya masa dari laut!) gue memulai perjalanan gue nebeng Ibud ke Bangil muter lewat “sepanjang”, “krian”, “mojosari”,”japanan”, sebelum setelahnya baru bangil. Emang ini rute muter, Cuma dasar gue aja kumat. Gue emang pengen tau jalur lain saat pulang. Dari pad ague berangkat sendiri mending ada temennya. Gapapalah keujanan dan kejauhan niat awal emang “jalan-jalan”.

Sukses 2 jam jalur yang gue tempuh diselingi istirahat 10 menit untuk sholat ashar. Akhirnya sampe jug ague di Mojo sari, ga ada yang special sih selama perjalanan, yang asik.. ketika gue jalan ketempat yang belum pernah gue lewatin gue selalu merasa dejavu, asik aja.. seperti gue lagi dilempar kesuatu tempat dimana gue pernah tapi padahal belum pernah. Dan lagi, sepanjang perjalanan gue emang bener menikmati, karena gue bisa liat Indonesia. Maklum, gue orang desa yang udah jarang liat kota. Hahahaha.

Terminal Mojosari yang besar ternyata sangat miskin angkot. Gue sampe ga bisa bedain mana kuburan massal masa terminal. Terminal ko sepi banget, padahal hari udah mulai gelap. Juga ujan tak kunjung berenti. Gue ga mau berlama-lama diterminal yang ga beda sama lapangan bola kalo abis dipake buat pasar malam terus buyar tapi belum selese dibenerin. Gue ga mood untuk bertahan sendirian nunggu bis kuning (bis jurusan mojokerto-pasuruan lewat bangil) bareng preman terminal yang berkumis tebal itu. Ngeri sih. Cuma lebih ngeri lagi kalo ntar ada apa-apa.
Gue mutusin untuk menindas Ibud lagi, dibawah ancaman gue si Ibud akhirnya tunduk untuk ngantar gue sampe kota gempol. Dari situ Bangil ga jauh. Mau gue suruh anter sampe bangil? Gue ga tega. Berarti gue ga beda ama si bossy lain dong.

Ditengah jalan sebelum gempol, gue liat penampakan seonggok bis kuning sedang menggelepar di halte mungil nyempil dipinggir jalan. Akhirnya dengan muka penuh kemenangan si Ibud sukses nurunin gue BENER-BENER dipinggir jalan seperti yang dia ikrarkan sebelum setuju gue nebeng tadi. Hahahaha.

Sambil keburu-buru, gue masuk kedalam bis kuning tanpa melepas helm dan jas hujan yang udah ga keliatan warna aslinya karena kesiram genangan air sepanjang jalan tadi. Alhasil gue jadi tontonan orang se-bis. Untung ga ada yang mendadak nganggep gue badud kecebur comberan terus minta foto ama gue. Haik!

Kondektur bis kuning dateng minta ongkos, waktu gue lipet-lipet jas hujan gue ini. Gue ulurin duit 10 ribuan untuk ongkos sambil menyebutkan nama kota gue. “Bangil pak” gue baru tau ongkos bis mahal juga sekarang 3000 ribu padahal jarak dekat. Pantas bejibun orang milih naik motor. Selain praktis, lebih cepat juga dengan duit 5000 udah bisa muter-muterin kota sampe bisulan.

Dengan nada standar kernet yang dipaksa bicara bahasa Indonesia gahol, kernet tersebut jawab “Ke Bangilnya besok pagi aja ya mba… hari ini kita ke japanan aja dulu” dengan masih ngelipet jas hujan gue yang udah ga berbentuk tersebut gue melongo takjub denger kata-kata kernet bis yang mukanya mirip sama Opik kumis kalo lagi ga pake kumis.

Dengan muka bête dan heran akhirnya gue turun juga dijapanan meski gue tau. Betapa malasnya turun di rute nya lapindo. M-A-C-E-T total seperti perkiraan gue. Ahhh.. gue ga liat bis satupun yang lewat bangil. Gue putusin untuk ke pos polisi untuk tanya, (kali ini gue pede mampus ketemu polisi, pasalnya gue ga bawa motor dan gue ke pos pake helm. Hahahaha) pak polisi buncit tersebut ramah sekali, yang aku dengar ia berlogat Indonesia timur. Ah.. entah mengapa gue suka banget sama orang-orang dan alam Indonesia timur. Gue yang biasanya agak sewot meski ditanya baik-baik sama mahluk berseragam coklat ini, mendadak luluh hanya karena logat. Untuk gue ga khilaf terus minta foto bareng.
Gue disaranin untuk naik ojek sampe nusadua gempol. Karena kalo jalan kaki lumayan gempor juga betis gue yang sudah berkonde sejak lahir ini. Tapi karena seluruh badan gue udah kuyup gue akhirnya membisiki mesra tukang ojek untuk antar gue sekalian ke Bangil. Gue emang tersadar, ini tidak benar. Berboncengan jarak jauh dengan bukan muhrim bisa membuat fitnah. Nanti apa jadinya kalo tetangga tau kalo gue di kira selingkuh ama bapak-bapak berwajah segitiga? Aw Aw Aw.. Ampun DiJe!

Bener juga, jarak japanan-Bangil ditempuh 20 menit meskipun harga ojek ga jauh beda ama menitan tempuh dikali seribu. Padahal kalo naik siputih dengan 20 ribu gue bisa keliling Surabaya sampe ambeyen. Tapi apalah daya. Gue memang sedang khilaf.

Gue ga nyangka jika perjalanan gue dengan Jeko(sebutan gahol Ojek) membuahkan curcol sesaat. Apa muka gue kaya mesin penerima curhat atau gimana bentuknya gue sendiri ga jelas, yang jelas. Gue harus pasang kuping untuk dengerin Jeko curhat abis-abisan tentang pekerjaannya, tentang gajiannya, tentang, masa lalunya, tentang istrinya, tentang anaknya, juga tentang kota kelahirannya.Hingga mengapa akhirnya Jeko jadi tukang ojek. Yang jelas. Gue jadi yakin, setelah turun dari Ojek, selain ambeyen gue juga bisa buat buku singkat biografi Jeko

“sebuah perjalanan panjang antara Japanan-Bangil”

Huahahahahahahaha.
Sukses akhirnya gue sampe bangil dengan babak belur setelah 4 jam. Dengan cerita baru, juga tentang pengalaman baru dengan kisah Jeko dan Ibud.

 

Pria muda itu…

Bismillah..

Usianya seperti belum masuk kepala 3, ia selalu berdiri disekitaran perexod( lorong penyebrangan bawah tanah ), didadanya tertulis “помогите на хлеб” yang artinya “tolong bantu untuk roti” maksudnya mungkin untuk makan hari ini saja. Sepertinya, hal ini sudah lama dijalaninya karena aku tak pernah absen memerhatikan pria muda yang selalu menjadi perhatianku ini. Aku merasa aneh denganya, karena tubuhnya terlihat sempurna (tidak invalid) dan selalu memakai baju lengkap dan tak terlihat seperti (maaf) “gembel”.

Sesekali aku memasukan uang receh, meskipun tak sering. Karena bagiku, ia masih kuat dan bertenaga. Sedang masih banyak babushka(nenek) yang memang benar-benar renta yang lebih pantas diberi. Setiap melewatinya aku selalu membatin dalam hati “kenapa di negara sebesar ini ada pengemis? masih muda lagi” entah itu adalah life style atau memang ia hanya seorang pengangguran yang malas? ah.. bagaimanapun aku tak harus berburuk sangka untuknya. Semoga ia cepat tersadar dan mau bekerja untuk hidupnya.

Hari ini agak berbeda, aku melihatnya sedang beradu argumen dengan seorang babuska yang ternyata sudah lebih dulu beridiri ditempatnya. Mungkin ia merasa geram. Mungkin ia merasa daerah kekuasaan tempat ia menunggu rejekinya itu diambil orang lain.

Aku mendengarnya pria muda itu mengusir babuska tersebut agar tak mengemis didaerahnya. Pemandangan yang sungguh tak elok. Perasaanku tak karuan, antara heran dan ah.. pokoknya aneh!

Aku tak tahu lagi harus menulis apa tentang yang akku lihat hari ini.

Menurutku, menjadi pengemis sama sekali bukanlah jalan mencari rejeki yang elok tapi masih agak bagus dari pada harus menjadi perampok dan pencopet. Tapi lebih bagus lagi, berusaha lari dari penyakit malas, kemudian berdoa pada Tuhan agar bisa merubah hidup.

Wallahuá’álam

Fenomena musim ujian diRusia

gugel

Memang yang namanya musim ujian itu menegangkan! semua seakan-akan terburu-buru, waktu seakan berputar tidak lagi 24 jam tapi hanya 12jam! yang 12 jam hilang entah kemana.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, musim ujian itu bisa membuat kram otak dikepala rasanya pengen loncat dari tempatnya karena penuh berbagai materi selama 1 semester dan membuat kepala akhirnya ngadat-ngadat. Apalagi yang doyan SKS (sistem kebut semalam) untungnya saya termasuk mahasiswa yang bukan SKS itu, karena SKS yang saya anut agak lebih keren! mau tau? yaa.. karena SKS saya adalah Sistem kebut SEMINGGU! hahah.(ini mah sama aja!). eh.. Ga sama loh! nyang bener aje! untuk baca aja dibutuhkan waktu dan konsentrasi extra, belum lagi untuk mengartikan kata demi sekata ditambah pemahaman lebih dalam. Mana bisa SKS (yang itu) mustahal bin mustajab! hahaha

Setelah kemaren-kemaren sempat mengaburkan diri karena belum siap dan mendadak nervous sehingga menimbulkan ilusi melihat wajah dosen yang tiba-tiba menjadi “ganteng” itu. Tapi akhirnya semua materi dikepalaku nyangkut entah dimemori otak yang sebelah mana(maklum otaknya lama ga dipake kerja keras, giliran udah musim ujian ternyata udah rada berkarat hehehe), akhirnya aku coba untuk di search eh ternyata foldernya ga ketemu-ketemu.
Akhirnya muncullah strategi terakhir setelah melihat teman-teman satu persatu pada berguguran (buset ini dosen kalo lagi lecture bisa anggep kita temen tapi giliran ujian udah kaya harimau lapar yang menerjang kita dengan berjibun pertanyaan maut! uhhaaa) aku inisyiatif perlahan-lahan melangkah mundur bersama teman-teman yang berguguran dan berharap kali ini adalah mengunduran diri paling “terhormat”. Yah dari pada maju tapi sama sekali ga bisa jawab? lebih malu mana hayooo??? (asal tau aja, sistem ujian disini kebanyakan lisan coba kalo test multychoise aku bisa itung kancing baju kan? eh masih musim yah? atau kalo ujian tertulis, paling engga aku bisa nulisin puisi dikertasnya yang isinya memohon-mohon mendapat nilai! atau bisa juga menulis kesan-kesan selama kuliah dirusia. Pasti panjang deh! hahaha)

Hari ini, adalah hari dimana ujian tahap dua dimata kuliah itu (bilang aja HER), bisa dibayangkan kan? 2minggu terakhir ini aku bener-bener kurang istirahat, setiap malam insomnia karena mikir gimana tegangnya ujian besok hari, makan jadi ga nafsu karena kembung dan asam lambung naik. Alhasil seminggu pertamaku ujian dihiasi flu berat disertai demam, tapi ajaibnya, demam cuma 1 hari karena dikalahkan dengan ketakutan yang luar biasa tentang ujianku. Akhirnya flu nya sembuh sendiri. Ehehehehe (sebegitunyakah? tanyakan pada rumput tetangga yang bergoyang-goyang)

Akhirnya, dengan tidur singkatku, aku terbangun di subuh hari untuk kembali membaca ulang material untuk jam 9 pagi. Tentu, diselingi doa. Seperti biasa, karena aku adalah mahasiswa yang beriman dan bertaqwa, jadi doa adalah bagian terpenting dari UJIAN dan kuliah 😀

Jam 8 pagi, aku berangkat.. tentu tak lupa aku awali dengan “bismillah, tawakaltu allallah la haula walakuwaata illa billah”, hari ini aku yakin ainul yakin, bahwa ketika kita awali hari dengan Allah, dengan taqwa kepadaNya, dengan berserah hanya kepada Allah, maka Allah akan bersama kita,. Allah pun tak akan mengecewakan hamba-hambanya yang berdoa hanya kepadanya. Oleh karena Innaka la tukhliful mii’ad (sesungguhnya ALlah tak pernah menyalahi janjiNya)

Alhamdulillah.. persis sama seperti yang aku bayangkan semalam, aku mendapatkan urutan maju perdana(sudah tak lagi tegang dan takut menghadapi dosenku yang mendadak ganteng itu). Menjawab pertanyaan yang juga aku perkirakan semalam (bisa pas gitu! jangan-jangan ini ada unsur parapsikologinya pada bab telepati lagi! wew) wallahu a’alam, yang jelas.. telepatinya tersampaikan kepada Allah azza wa jalla hingga Allah menyampaikan dan menggerakkan hati dan pikiran sang dosen untuk memberikan pertanyaan yang itu. (bukankah Allah itu maha detail?)

Akhirnya, ujian hari ini lancar… pulang kembali ke asrama aku langsung menunaikan sholat dhuha seperti yang biasa aku lakukan. Semoga Allah selalu ada disetiap langkah kita.

PS : doa ku,
Ya Allah.. aku tau.. Zachot dan Exam bukanlah milik dosen-dosenku atau bahkan milik prorektor kami.. tapi milik engkau ya Allah.. maka jika engkau berkehendak, aku mendapatkannya maka Aku akan mendapatkannya. Ya Allah.. jadikan ilmu kami bermafaat bukan hanya untuk mendekatkan diri kepadaMu tetapi jadikanlah Ilmu yang kami dapat disini menjadi penawar lapar dan dahaga orang-orang disekitar kami. YA Allah.. Jadikan kami para mujahiddah dan mujahidMu dalam rangka menuntut ilmu di rantau. Sungguh.. Kami bersyukur karena kepercayaan Engkau kepada kami dan menjadikan kami manusia terpilih. Maka jauhkanlah kami dari ketakkaburan duniawi dan dekatkan kami dengan amal-amal sholeh yang dapat membawa kami kembali kepadaMu dengan ilmu . Amin

 

*zachot adalah ujian tanpa nilai*

*exam adalah ujian disertai nilai 3,4,atau 5*

Karena kamu dan aku adalah Beda!

Ada sebuah perbincangan seorang perempuan yang merasa tak puas dengan pertunangannya dengan seorang pria yang dimatanya selalu “kurang  sehingga “perempuan menggugat tunangannya :

 

“Bagaimana mungkin kamu bisa keyakinan sekuat itu terhadap perempuan yang belum pernah kamu kenal sebelumnya?? apakah kamu punya indra ke-enam??”


Ya Tuhan, sudah berapa kali aku benar-benar dibuat bingung oleh jalan pikirannyu, jalan pikiran seorang yang baru kukenal dan langsung mengajakku untuk menikah setelah ia tahu jika aku putus dengan mantanku.

“Sudahlah.. ini semua memang aneh, dan kenapa pula aku bisa percaya dengan ajakkan sintingmu itu! Bagaimana mungkin kamu mau mengajak nikah seorang cewe yang baru kamu kenal sedang kamu tidak kenal karakter dan sifatnya. Sungguh aneh.. lebih aneh lagi, aku yang bisa menerima kamu yang setelah aku menerima pertunangan ini merasa semakin “tak mengenalmu!”.


Berkali-kalipun ia menggugat agar mengahiri “pertunangan” nya, dengan alasan yang benar-benar masuk akal “aku dan kamu berbeda! kita tak cocok satu sama lain, kita tak akan bisa bersama”.

 

***

Sedang sang tunangan menjawab dengan tenang : 

“Sayang, ketika aku memintamu kepada kedua orang tuamu, bukan berarti aku tak memiliki pertimbangan yang matang, ketika hari pertunangan itu berlangsung, kau juga tak acap menolak kehadiranku yang berniat untuk menikahimu, saat itu pula ketika aku berpikir untuk melamarmu, aku sudah menyiapkan diriku untuk bisa menerimamu apa adanya dengan segala sifat dan karaktermu, jika kamu merasa tidak cocok, mungkin karena kamu memang belum bisa menerima kenyataan bahwa kini ada seorang lelaki yang penuh dengan kekurangan dan tak romantis ini telah menunjukmu sebagai calon ibu dari anak-anaknya. Mungkin kau tak merasa tenang karena aku jauh dari “standart”  yang kamu buat untuk seorang suami/pendampingmu. Aku akui aku tak memiliki kelebihan apapun selain kejujuran tanpa adanya “kepura-puraan” dketika dihadapanmu. Dan lelaki ini berharap bisa selalu berdiri disisimu apapun yang terjadi kini dan kelak”

“Dan satu lagi ” lanjut sang pria

 

“Jika kamu masih belum merasa cocok dengan aku, aku akan melepasmu demi kebahagiaanmu, apapun agar kamu bisa merasa bahagia”

 

****

Sang perempuan tersadar, bahwa lelaki seperti ini lah yang tak pernah masuk kedalam “standart” pasangan yang ia buat , karena ia lupa mencatat kriteria “pengertian” dalam standart buatannya itu. 

 

Begitulah, terkadang.. perempuan terlalu mengedepankan “perasaannya” untuk mengambil sesuatu. Dan bisa dengan mudah “mengahiri” apapun yang kurang berkenan dengan perasaannya. Semoga tidak untuk kita.

 

Karena ketika perasaan mengalihkan logika, bisa jadi perempuan akan memutuskan sesuatu yang nantinya dikemudian hari akan disesalinya.

 

Semoga kita adalah perempuan-perempuan cerdas yang bisa menyetir langkah kita tidak hanya dengan perasaan namun diimbangi dengan logika. 

 

^^

Cewe mengutarakan perasaan pada cowo? siapa takut…(tapi aku takut)

dari gugle

Bismillah…

Hari ini aku ga sengaja baca artikel tentang “akhwat yang meminang ikhwan”, rasanya tertohok sekali karena isi dari artikelnya tentang “keberanian” mengungkapkan rasa yang terpendam kepada seorang “pria/ikhwan”.
Bagiku, hal seperti itu sulit sekali. Seketika aku langsung mengingat seseorang yang sholeh dan (pernah) aku cintai. Dan mungkin sampai saat ini rasa itu masih ada…entahlah..

Sebut saja si A yang saat itu, aku tidak berani mengunggkapkan padanya dengan alasan kami berdua sama-sama masih kuliah. (alasan basi!) Tapi selain itu ada faktor yang kurang mendukung yaitu jarak kami yang sangat jauh sekali(aku yang sedang studi diluar Indonesia) sedang ikhwan yang aku menaruh rasa padanya tidak memungkinkan menjawab hal itu(kalopun aku berani untuk mengutarakan rasa itu saat itu), pernah aku mencoba memancing perasaannya tentang kedekatan kami dan ia selalu mengatakan baru akan (mau) mengenal dan dekat dengan perempuan ketika ia sudah lulus dari sekolah(bagaimanapun ia masih punya ikatan dinas).
Aku merasa si A memang ada (sedikit sekali) rasa kepadaku. Hal itu terbukti saat kepulanganku ke Indonesia, si A selalu memberiku perhatian yang lebih meskipun disana tak pernah ada kata-kata romantis (tentu saja! karena memang diantara kami hanya berstatus TEMAN). Tapi entah mengapa (atau karena aku saja yang GE ER) dia mengatakan bahwa perempuan yang deket dengan dia saat ini hanya beberapa! termasuk aku.
Saat kupancing lagi tentang (cewe yang dia sukai) ia sempat mengatakan bahwa ia memang sedang “suka” dengan seorang perempuan, yang bukan teman sekelasnya, bukan teman rumahnya, bukan teman SMA nya dan bukan teman 1kuliahannya.(dan aku bukan termasuk dari semua katagori itu), ia mengatakan bahwa sedang suka dengan seorang teman yang ia dapat dari “dikenalkan oleh seseorang”. (aku termasuk katagori yang ini), tapi aku tidak mau keburu GE ER, karena ia tidak mengatakan siapa perempuan itu. [Malah aku berpikir jika ternyata ia sudah punya perempuan impian! (hatiku meranaaaaaaa!)]
Aku melihatnya sebagai pria yang santun dan sholeh(dan data ini valid karena aku mendapatkannya dari seseorang yang terpercaya!), Sempat juga aku utarakan pada Mama perihal ikhwan ini. Terkejut mama sempat menyarankan agar aku “mengutarakan perasaanku” daripada dipendam sendiri katanya, dan itu akan sangat menyakitkan! sedangkan mengenai hasil akhir sebaiknya di kembalikan kepada takdir Allah swt.
Tetapi karena saat itu yang aku pikirkan bukan untuk pacaran tetapi untuk menyampaikan perasaanku yang mana jika direspon positif akan terus ditindak lanjuti(buset bahasanya! -_-‘ ) kearah yang lebih serius (saat itu aku lagi demen-demennya merangi PACARAN)
Tapi sayang, saat itu aku tidak punya keberanian untuk itu. Aku malah lebih concern kepada studiku, dan hal itu akhirnya berakhir ketika seseorang (sebut saja si B ) yang baru saja kukenal(kira-kira 4 bulan), dan ia langsung mengutarakan niatannya(untuk meminang) padaku. Sedang aku sejenak melupakan si A yang hanya “bungkam seribu bahasa!” jawabku hanya menyerahkan pada Mama tentang “Si B” itu.
“Yakin ga mau bilang sama si A dulu? nanti nyesel??”
“kayanya engga deh ma.. Aku pikir dia juga ga berani bilang ke aku.. iya kalo si A juga suka sama aku kalo engga? mau ditaro mana mukaku??”
Sedang saat itu si B (yang juga pria baik-baik) datang kehadapan mama. Aku, tidak pernah secara langsung(bertemu muka dengannya) saat itu aku pikir hanya gurauan ketika si B yang baru ku kenal itu bilang bahwa akan datang menemui mama untuk “mengutarakan niatnya meminangku”.
Bagaimana mungkin seseorang yang belum bertemu muka denganku sudah langsung “yakin” dengan perasaannya untuk meminang. Tapi saat itu aku hanya bisa sholat “isthikharah” untuk memantapkan hati. Jika memang yang terbaik semoga semua jelas!
Dan benar.. saat si B datang menemui mama, aku pasrahkan pada Tuhan agar menuntun hati Mama menentukan “pilihan hidupku” dimasa yang akan datang..

Dan, mamaku lebih Alhamdulillah prefer dengan pria (B) itu.

Mungkin hanya perasaanku.. mungkin juga hanya hatiku yang rasa.. tapi kami (aku dan si A) ahirnya renggang juga.. ia pun.. masih dengan status “single” nya…

A Letter for si A…
TO : Si A
Aku tau.. tak akan ada jawaban jika tidak ada pertanyaan…
Sampai saat ini, meski dihadapanku telah ada dinding “pinangan”.. aku masih bisa melihatmu didalam hatiku..
Biar sudah cintaku ini hanya sebatas “kekaguman” atas ke-solehanmu, atas ke-taat-an pada Tuhanmu..
Jika kau bertanya tentang sesal! Aku bisa menjawabnya bahwa aku “TIDAK MENYESAL”, mengenalmu.. tanpa kusadar bisa mengerti arti dari sebuah cinta yang tulus.. cinta yang tak perlu memiliki..
A… Bukan tidak mungkin saat itu aku nekad untuk mengotori hatimu! tapi cinta ini terlalu suci untuk aku kotori demi sebuah “jawaban” tanpa kepastian..
Biar sudah.. Tuhan yang mengatur hati dan raga ini agar tak menyentuhmu
Terimakasih A… akan kusimpan cinta ini dalam-dalam.. sebagai anugrah terindah bahwa aku masih sempat “cinta” terhadap seorang shaleh sepertimu.
TTD,
Dari seorang yang tak kuasa menghapus “cinta” ini pada mu.

Sayatan kecil itu

Aku dari sekumpulan yang terbuang..

terapung dilautan mati hingga mengndap rasa dibelahan jiwaku..

meniti dimana asa yang hendak pergi meninggalkanku..

Mencoba berdiri meski harus bertaruh nyawa..

Siapalah aku yang tak lagi mampu meronta menangisi takdir..

Bukan Tuhan.. Bukan aku menantang untuk kelahi..manalah aku berani untuk itu..

Aku cuma segumpal daging yang tersayat, berdarah dari jiwa yang terkoyak..

Meski aku tau harga dari sebuah mati, aku tak takut untuk menerimanya..

Sebuah harapan yang mungkin kini tinggal harapan..

Meski mereka semua tak inginkan..

Aku akan terus hidup..

Berjuang..

Untuk membeli harga dari mati itu…